Rabu, 22 April 2015

Teori Warna dan Khat



Teori Warna  dan Khat
Teori Brewster pertama kali dikemukakan pada tahun 1831. Teori ini menyederhanakan warna-warna yang ada di alam menjadi 4 kelompok warna, yaitu warna primer, sekunder, tersier, dan warna netral.
Kelompok warna ini sering disusun dalam lingkaran warna brewster. Lingkaran warna brewster mampu menjelaskan teori kontras warna (komplementer), split komplementer, triad, dan tetrad.
Pembagian warna
Warna primer
Merupakan warna dasar yang tidak merupakan campuran dari warna-warna lain. Warna yang termasuk dalam golongan warna primer adalah merah, biru, dan kuning.
Warna primer menurut teori warna pigmen dari Brewster adalah warna-warna dasar. Warna-warna lain dibentuk dari kombinasi warna-warna primer.
Pada awalnya, manusia mengira bahwa warna primer tersusun atas warna Merah, Kuning, dan Hijau. Namun dalam penelitian lebih lanjut, dikatakan tiga warna primer adalah:
1. Merah (seperti darah)
2. Biru (seperti langit atau laut)
3. Kuning (seperti kuning telur)
Ini kemudian dikenal sebagai warna pigmen primer yang dipakai dalam dunia seni rupa. Campuran dua warna primer menghasilkan warna sekunder. Campuran warna sekunder dengan warna primer menghasilkan warna tertier. Akan tetapi secara teknis, merah – kuning – biru, sebenarnya bukan warna pigmen primer. Tiga warna pigmen primer adalah magenta, kuning dan cyan. (Oleh karena itu apabila menyebut \”merah, kuning, biru\” sebagai warna pigmen primer, maka \”merah\” adalah cara yang kurang akurat untuk menyebutkan \”magenta\” sedangkan \”biru\” adalah cara yang kurang akurat untuk menyebutkan \”cyan\”). Biru dan hijau adalah warna sekunder dalam pigmen, tetapi merupakan warna primer dalam cahaya, bersama dengan merah.
Landasan biologis
Pada dasarnya warna primer adalah bukan milik cahaya, tapi lebih merupakan konsep biologis, yang didasarkan pada respon fisiologis mata manusia terhadap cahaya. Secara fundamental, cahaya adalah spektrum berkesinambungan dari panjang gelombang, yang berarti bahwa terdapat jumlah warna yang tak terhingga. Akan tetapi, mata manusia normalnya hanya memiliki tiga jenis alat penerima/reseptor yang disebut dengan sel kerucut (yang berada di retina). Ini yang merespon panjang gelombang cahaya tertentu. Manusia serta spesies lain yang memiliki tiga macam reseptor warna disebut makhluk trichromat.
Spesies yang dikenal sebagai tetrachromat, dengan empat reseptor warna menggunakan empat warna primer. Manusia hanya dapat melihat sampai dengan 400 nanometer, warna violet, sedangkan makhluk tetrachromat dapat melihat warna ultraviolet sampai dengan 300 nanometer, warna primer keempat ini kemungkinan bertempat di panjang gelombang yang lebih rendah dan kemungkinan adalah warna magenta spektral murni lebih dari sekedar magenta yang kita lihat sebagai campuran dari merah dan biru.
Banyak dari jenis burung dan binatang marsupial merupakan makhluk tetrachromat.
Warna primer additif
Alat/media yang menggabungkan pancaran cahaya untuk menciptakan sensasi warna menggunakan sistem warna additif. Televisi adalah yang paling umum. Warna primer additif adalah merah, hijau dan biru. Campuran warna cahaya merah dan hijau, menghasilkan nuansa warna kuning atau orange. Campuran hijau dan biru menghasilkan nuansa cyan, sedangkan campuran merah dan biru menhasilkan nuansa ungu dan magenta. Campuran dengan proporsi seimbang dari warna additif primer menghasilkan nuansa warna kelabu; jika ketiga warna ini disaturasikan penuh, maka hasilnya adalah warna putih. Ruang warna/model warna yang dihasilkan disebut dengan RGB (red, green, blue).
Warna primer subtraktif
Media yang menggunakan pantulan cahaya untuk untuk menghasilkan warna memakai metode campuran warna subtraktif.
Tradisional
Merah, Kuning, Biru / RYB (red, yellow, blue) merupakan rangkaian sejarah dari warna primer subtraktif. Khususnya digunakan dalam seni rupa (seni lukis). Ruang warna RYB membentuk triad warna primer dalam sebuah lingkaran warna standar; juga warna sekunder: violet, orange/jingga dan hijau. Triad warna tersusun dari 3 warna yang ekuidistan (berjarak sama) dalam sebuah lingkaran warna.
Pemakaian warna merah, biru, kuning sebagai warna primer menghasilkan gamut (rentang warna) yang relatif sempit/kecil, di mana, beberapa warna tidak bisa dicapai dengan campuran tersebut. Karena alasan itu, percetakan warna modern menggunakan campuran warna magenta, kuning, cyan.
CMYK
Dalam industri percetakan, untuk menghasilkan warna bervariasi, diterapkan pemakaian warna primer subtraktif: magenta, kuning dan cyan dalam ukuran yang bermacam-macam.
Campuran warna subtraktif
Campuran kuning dan cyan menghasilkan nuansa warna hijau; campuran kuning dengan magenta menghasilkan nuansa warna merah, sedangkan campuran magenta dengan cyan menghasilkan nuansa biru. Dalam teori, campuran tiga pigmen ini dalam ukuran yang seimbang akan menghasilkan nuansa warna kelabu, dan akan menjadi hitam jika ketiganya disaturasikan secara penuh, tetapi dalam praktek hasilnya cenderung menjadi warna kotor kecoklatan. Oleh karena itu, seringkali dipakai warna keempat, yaitu hitam, sebagai tambahan dari cyan, magenta dan kuning. Ruang warna yang dihasilkan lantas disebut dengan CMYK (Cyan, Magenta, Yellow, Black). Hitam disebut dengan \”K\” (key) dari istilah \”key plate\” dalam percetakan (plat cetak yang menciptakan detail artistik pada gambar, biasanya menggunakan warna tinta hitam).

Warna sekunder

Merupakan hasil pencampuran warna-warna primer dengan proporsi 1:1. Misalnya warna jingga merupakan hasil campuran warna merah dengan kuning, hijau adalah campuran biru dan kuning, dan ungu adalah campuran merah dan biru.

Warna tersier


Merupakan campuran salah satu warna primer dengan salah satu warna sekunder. Misalnya warna jingga kekuningan didapat dari pencampuran warna kuning dan jingga.
Warna netral
Warna netral merupakan hasil campuran ketiga warna dasar dalam proporsi 1:1:1. Warna ini sering muncul sebagai penyeimbang warna-warna kontras di alam. Biasanya hasil campuran yang tepat akan menuju hitam.
Warna panas dan dingin
Lingkaran warna primer hingga tersier bisa dikelompokkan menjadi dua kelompok besar, yaitu kelompok warna panas dan warna dingin. Warna panas dimulai dari kuning kehijauan hingga merah. Sementara warna dingin dimulai dari ungu kemerahan hingga hijau.
Warna panas akan menghasilkan sensasi panas dan dekat. Sementara warna dingin sebaliknya. Suatu karya seni disebut memiliki komposisi warna harmonis jika warna-warna yang terdapat di dalamnya menghasilkan efek hangat-sedang.

Hubungan antar warna


Kontras komplementer
Adalah dua warna yang saling berseberangan (memiliki sudut 180°) di lingkaran warna. Dua warna dengan posisi kontras komplementer menghasilkan hubungan kontras paling kuat. Misalnya jingga dengan biru.
Kontras split komplemen
Adalah dua warna yang saling agak berseberangan (memiliki sudut mendekati 180°). Misalnya Jingga memiliki hubungan split komplemen dengan hijau kebiruan.
Kontras triad komplementer
Adalah tiga warna di lingkaran warna yang membentuk segitiga sama kaki dengan sudut 60°.
Kontras tetrad komplementer
Disebut juga dengan double komplementer. Adalah empat warna yang membentuk bangun segi empat (dengan sudut 90°).

 
“Seni kaligrafi Islam atau lebih sinonim dengan nama seni khat; merupakan khazanah tertua di dunia yang masih dimiliki oleh umat Islam dan dikagumi di seluruh pelusuk dunia. Selain penyampai mesej dakwah, khat juga merupakan jalan untuk merehat dan menajamkan minda, di samping sebagai jalan untuk mendapat rezeki.

Sungguhpun begitu, terdapat banyak lagi faedah sehingga pernah dinyatakan oleh seniman arab bahawa khat sebagai sebuah abstraksi, ilmi, falsafi dan seni.
Memandangkan tulisan-tulisan sebelum kemunculan khat Arab kebanyakannya dalam bentuk segi dan berpetak, sudah tentu khat Arab yang pertama terwaris adalah dari jenis keturunan yang serupa. Oleh itu, khat Arab dalam bentuk pertamanya adalah dari jenis Khat Kuufi Klasik dan Khat Hijaazi.
Sebelum kedatangan Islam, dunia penulisan Arab tidaklah serancak dengan zaman selepasnya kerana ia hanya tertumpu pada keadaan-keadaan tertentu sahaja. Khat kaum Nibti yang diwarisi oleh orang Arab hanya dipecah kepada dua bentuk sahaja iaitu Khat Kuufi dan Khat Jazm (Khat Hijaazi).

Setelah datangnya Islam, tabiat Islam itu sendiri yang sememangnya mengajak manusia kepada cintakan ilmu pengetahuan ditambah pula aktiviti pencatatan Wahyu Ilahi pada masa hayat Baginda S.A.W. telah menyemarakkan perkembangan khat Arab. Daripada khat Kuufi dan Hijaazi, ia terpecah kepada beberapa bentuk, antaranya Kuufi Masyaq, Kuufi Madani, Kuufi Basiit, khat Hijaazi Daarij dan khat Makki Madani. Pada zaman itu, kesemua jenis khat yang ada mempunyai ciri-ciri antaranya tidak bertitik, tidak berbaris dan penyusunan yang tidak teratur.

Pada zaman Khulafa al-Rasyidin, khat Arab telah diperkembangkan kepada pelbagai bentuk dalam rumpun Kuufi seperti Kuufi Klasik, Shaami, Basri, Al-Asfaraaani, Al-Mash\’ab, Al-Samni, Al-Qairamuuz dan lain-lain. Khat pada zaman ini lebih teratur walaupun tanpa bertitik dan berbaris.

Apabila Saidina Uthman R.A. mengisytiharkan pembukuan al-Quran, baginda memperkemas tanda dan perundangan dalam al-Quran yang dikenali sebagai Musyaf Uthmani. Dalam seni musyaf al-Quran, tulisan khat penting kerana merakamkan segala ayat Tuhan. Kegagalan menyalin al-Quran dengan khat yang baik, jelas, dan tepat bermakna tidak kesampaianlah maksud al-Quran dalam erti kata yang luas.

Bentuk tulisan khat ketika itu adalah khat Kuufi Klasik yang tidak bersambung dan mungkin sukar dibaca pada hari ini. Mengikut sejarah, penulisan khat ini dihasilkan di Kufah, Iraq pada kurun ketujuh, hasil ilham mimpi seorang sufi. Ia dinamakan Kuufi, iaitu tulisan yang tidak bercantum dan dinamakan sedemikian sebagai tanda penghargaan kepada bandar Kufah.
 
Gaya khat Kuufi digunakan selama lebih kurang tiga abad. Ketika ini, yang menguasai seni dalam al-Quran adalah kekuatan khatnya dan tidak pada hiasan yang terdapat pada jidar kepala sesuatu lembaran berhias. Lebih kurang pada kurun ke-4 Hijrah, khat Kuufi beransur-ansur digantikan oleh khat Naskh hingga kini. Khat Naskh melahirkan pelbagai gaya tulisan dengan diberi nama yang berlainan. Hal ini tidak pula bermakna bentuk seni khat lain tidak digunakan untuk menyalin ayat al-Quran. Antara bentuk khat termasuklah khat Nasta\’iq di Parsi dan khat Sini di China. Seni khat yang lain seperti Thuluth, Muhaqqa, dan Rayhani digunakan pada tajuk surah sahaja. Kini, khat Naskh diterima sebagai bentuk tulisan baku dalam menyalin al-Quran. Seseorang yang arif tentang khat akan berasa kagum kerana pelbagai gaya khat dapat digunakan dalam hanya satu musyaf.

 
Zaman kerajaan Umawiyah telah menyaksikan pembangunan ketara seni khat Arab, antaranya kemunculan dua bentuk khat yang baru selepas Kuufi iaitu Khat Thuluth dan Khat Nasakh. Selain Khat Thuluth, terdapat khat-khat yang lain yang seakan-akan mirip dengan Khat Thuluth seperti Khat Toomar, Tauqi\’, Muhaqqiq, Thuluthain, Jalil, Musalsal dan sebagainya. Khat Nasakh pula muncul dari cabangan Khat Daarij semasa zaman permulaan Islam.


Pada abad ini, seni khat menyaksikan banyak perubahan antaranya ialah peletakan sistem titik dan baris di samping kemunculan ramai pakar-pakar penulis khat, antaranya Imam Hasan al-Basri, Malik bin Dinar dan Ibnu Hasan al-Maliih. Tulisan khat terus berkembang pada zaman Kerajaan Abbasiyah, Fatimiyah dan Uthmaniyah. Sebagaimana ketiga-tiga zaman ini terkenal sebagai zaman kegemilangan peningkatan taraf ilmu, begitu juga berlaku kepada dunia Khat Arab.

 

Dikatakan lebih daripada 50 cabangan Khat yang terhasil pada zaman ini yang dikembangkan melalui bentuk-bentuk yang lama. Antara bentuk baru yang muncul ialah Khaat Ta\’liq dan Nasta\’liq, Nasakh Badi\’, Khat Hazqaaj, pelbagai cabangan Kuufi dan sebagainya. Pada kurun ke-10, seni khat tersebar ke Parsi dengan gabungan-gabungan huruf yang lebih berseni. Tulisan ini terdiri daripada beberapa jenis, iaitu khat Kuufi, Khat Nasakh, Khat Diwani, Khat Thuluth dan Khat Riqa.

 

Pada kurun ke-16 dan 17, seni khat pernah menjadi medium komunikasi terpenting dalam menyampaikan mesej diplomatik. Ia diperkenalkan oleh Housam Roumi semasa era Suleyman 1 di wilayah Turki. Kesenian tulisan khat jenis ini terserlah melalui tanda dan tulisan yang menarik. Seni khat yang dikenali dengan nama Diwani ini berkembang seiring dengan variasinya iaitu Diwani al-Jali yang berbingkai.

Mashaf-mashaf Uthmani pada waktu itu muncul dengan pelbagai rupa bentuk khat sementara penulis-penulis khat tumbuh bagai cendawan selepas hujan. Di antara ketiga-tiga zaman ini, zaman kerajaan Turki Uthmaniyyah adalah zaman yang paling ketara dalam peningkatan seni khat di mana ia telah dieksploitkan sebagai bidang kesenian dan kecantikkan selain daripada penyampai maklumat.

 
Setelah kejatuhan Kerajaan Uthmaniyyah, warisan seni khat yang kebanyakannya yang berpusat di Turki telah berpecah ke serata Tanah Arab. Akhirnya, tahun demi tahun, benluk-bentuk khat yang banyak tadi telah dihadkan kepada beberapa bentuk tertentu sahaja. Had ini dibuat bagi menetapkan jenis-jenis khat yang kemas teratur, cantik dan berseni untuk diguna pakai oleh masyarakat umum. Untuk itu, khat-khat yang kekal sehingga sekarang ialah Khat Thuluth, Nasakh, Farsi yang muncul dari cabangan Nasta\’liq dan Kuufi, Diwaani yang muncul daripada Hazqaaj dan khat baru yang lain seperti khat Riq\’ah, Ijazah dan yang terbaru seperti Khat Moden.
Antara tokoh-tokoh khat zaman moden terkenal ialah Sheikh Abd. Aziz Al-Rifaaei (seorang ulama Islam yang faqih dari Turki), Hamid Aamidi (Turki), Mustafa
Izzat (Turki), Said Ibrahim (Mesir), Mahmud Shahaat (Mesir), Hashim Muliammad (Baghdad) dan lain-lain.

               









Tidak ada komentar:

Posting Komentar