Rabu, 22 April 2015

INOVASI PRODUK NUGET DAN RUMPUT LAUT



TUGAS DASAR TEKNOLOGI IKAN
 “NUGGET ECHINI”

UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2013



LATAR BELAKANG


Ikan merupakan salah satu bahan makanan segar yang berbau amis, Hal ini tentu saja berdampak pada semakin rendahnya konsumsi ikan pada masyarakat Indonesia. Berdasarkan data dari Direktorat Jendral Perikanan dan Kelautan (2006) tingkat konsumsi ikan nasional hanya 19 kg/kapita/tahun, sedangkan di negara Vietnam maupun Malaysia tingkat konsumsinya dapat mencapai 33 kg/kapita/tahun. Salah satu solusi untuk meningkatkan konsumsi ikan di Indonesia adalah dengan mengembangkan sektor perikanan darat.
Perikanan darat merupakan sektor perikanan Indonesia yang memiliki potensi cukup besar selain sektor kelautan. Meskipun demikian, potensi tersebut belum dapat dikembangkan dan dimanfaatkan dengan baik, terutama untuk kepentingan di dalam negeri. Salah satu faktor yang menjadi kendala dalam pemanfaatan sumber daya perikanan darat saat ini ialah masih terbatasnya diversifikasi produk olahan ikan. Penyelesaian dari masalah tersebut, ialah dengan pengembangan teknologi pengolahan produk-produk perikanan. Contoh produk olahan ikan yang saat ini mengalami perkembangan yang cukup pesat dan mendapatkan tempat di hati masyarakat ialah nugget ikan. Nugget ikan adalah suatu bentuk produk olahan dari daging ikan giling yang diberi bumbu-bumbu halus serta dicampur dengan bahan pengikat lalu dicetak menjadi bentuk tertentu, dicelupkan ke dalam batter dan breading kemudian digoreng atau disimpan. Ikan nila (Oreochromis sp) merupakan salah satu jenis ikan air tawar yang potensial dan dapat digunakan sebagai bahan baku nugget, karena
memiliki protein tinggi, lemak yang rendah serta hanya sedikit memiliki daging merah. Tingkat produksi ikan nila di Indonesia cukup tinggi, hal itu dapat dilihat pada angka ekspor ikan ini untuk negara Amerika yang mencapai 4.906,73 ton pada tahun 2005 (Dadang, 2006). Selain itu harga ikan nila juga terjangkau yaitu Rp. 8.000 - Rp. 10.000/kg dengan rasa daging yang sangat enak. Introduksi dari produk nugget ikan nila ini diharapkan dapat meningkatkan konsumsi ikan masyarakat.
            Perkembangan ilmu pangan dan gizi menunjukkan bahwa beberapa rumput laut mengandung komponen zat gizi dan non-gizi yang sangat berguna bagi kesehatan. Salah satunya adalah serat pangan (dietary fiber). Serat pangan merupakan salah satu komponen yang sering digunakan dalam komposisi diet sehari-hari. Serat memiliki fungsi mencegah terjadinya beberapa penyakit yang berhubungan dengan saluran pencernaan, kardiovaskuler dan diabetes. Serat pangan dapat diperoleh melalui konsumsi bahan-bahan pangan yang kaya serat serta melalui penambahan serat pada produk makanan olahan, selain itu rumput laut berfungsi sebagai sumber protein, karagenan dan karbohidrat, salah satu contoh rumput laut yang biasa digunakan dalam penambahan produk makanan adalah Eucheuma sp.
            Karagenan sering digunakan sebagai bahan pengental atau penstabil pada berbagai makanan dan minuman. Nugget merupakan adonan yang memerlukan suatu bahan pengisi (filler) yang sekaligus berfungsi sebagai emulsifier untuk menjaga adonan agar tetap stabil. Salah satu bahan pangan yang dapat digunakan sebagai pengisi adalah karagenan. Dengan alasan tersebut di dalam penelitian ini karagenan digunakan sebagai salah satu sumber serat pangan terutama serat pangan yang larut air (soluble dietary fiber). Saat ini, penggunaan karagenan pada produk olahan
ikan terutama nugget masih jarang dan masih belum banyak dikaji di Indonesia.

B. Tujuan
Penelitian ini diharapkan dapat memberi variasi pada produk pangan yang terbuat dari ikan, khususnya ikan darat. Di dalam penelitian ini dicari tingkat penambahan tepung wortel dan karagenan yang tepat dalam pembuatan nugget ikan nila.
Tujuan penelitian ini adalah meneliti pengaruh penambahan karagenan terhadap kandungan serat pangan nugget ikan nila. Dari penelitian ini diharapkan dihasilkan nugget ikan nila dengan kandungan serat dan protein yang tinggi dari karagenan, sekaligus mendapatkan karakteristik sensori yang baik dan disukai oleh konsumen.


TINJAUAN PUSTAKA
Protein daging ikan terdiri dari protein miofibril, sarkoplasma dan stroma. Protein myofibril merupakan jenis protein yang jumlahnya terbesar dari ketiga jenis protein tersebut yaitu antara 66-77 %. Protein miofibril terdiri dari miosin, aktin, aktinin dan troponin (Suzuki, 1981). Protein miofibril terdiri dari aktin dan miosin yang terletak berselang-seling. Gabungan dari aktin dan miosin membentuk aktomiosin yang sangat berperan dalam membentuk gel ikan (Fennema, 1976). Tetapi, protein miofibril mudah mengalami kerusakan oleh perlakuan fisik dan kimia sehingga pengolahan yang dilakukan harus memperhatikan faktor-faktor yang dapat menyebabkan kerusakan miosin.
Protein miofibril lebih tidak stabil pada kondisi asam dibandingkan kondisi netral dan kestabilan protein miofibril berbeda-beda tergantung spesies ikan (Suzuki, 1981). Apabila daging ikan mentah digiling dengan penambahan garam, maka miofibril akan larut dalam larutan garam tersebut dan menyebabkan strukturnya berubah dari gel menjadi sol (Suzuki, 1981).
Ikan nila merupakan jenis ikan konsumsi air tawar dengan bentuk tubuh memanjang dan pipih kesamping dan warna putih kehitaman atau kemerahan. Ikan nila berasal dari Sungai Nil dan danau-danau sekitarnya. Sekarang ikan ini telah tersebar ke negara-negara di lima benua yang beriklim tropis dan subtropis. Sedangkan di wilayah yang beriklim dingin, ikan nila tidak dapat hidup baik (Sugiarto, 1988). Ikan nila disukai oleh berbagai bangsa karena dagingnya enak dan tebal seperti daging ikan kakap merah (Sumantadinata, 1981). Ikan nila didatangkan ke Bogor pada tahun 1969 oleh Lembaga Penelitian Perikanan Darat (LPPD) setelah diteliti dan diperbanyak. Kemudian disebarluaskan ke berbagai propinsi di seluruh Indonesia sekitar tahun 1971. Ikan nila memiliki rupa yang mirip ikan mujair, tetapi ikan ini berpunggung lebih tinggi dan lebih tebal. Ciri khas lainnya adalah garis-garis (bars) yang jelas pada badan, sirip ekor dan sirip punggung. Pertumbuhan individu ikan nila lebih cepat daripada ikan mujair dan dapat mencapai ukuran yang jauh lebih besar. Ikan nila dapat mencapai ukuran lebih dari satu kilogram pada kolam yang subur akan plankton. Karena berbagai sifat yang lebih unggul daripada ikan mujair, maka ikan nila diharapkan dapat menggeser kedudukan ikan mujair yang dipelihara di kolam-kolam (Sumantadinata, 1981). Terdapat tiga jenis ikan nila yang dikenal, yaitu nila biasa, nila merah (nirah) dan nila albino (Sugiarto, 1988).

Phylum : Chordata
Sub Phylum : Vertebrata
Kelas : Pisces
Sub Kelas : Teleostei
Ordo : Perchomorphy
Sub Ordo : Percoidea
Famili : Cichilidae
Genus : Oreochromis
Spesies : Oreochromis niloticus

Komposisi Kimia Ikan Nila (Oreochromis niloticus)
Air merupakan komponen utama pada ikan. Kandungan air pada ikan berkisar antara 70-80 %, protein 18-20 %, lemak 0.5-20 % serta berbagai vitamin dan mineral (Ilyas, 1983). Komposisi kimia ikan sangat bervariasi tergantung dari spesies, jenis kelamin, umur, musim penangkapan, kondisi ikan dan habitat (Zaitsev et al., 1969).

Secara umum nugget adalah suatu bentuk olahan daging giling yang diberi bumbu-bumbu serta dicampur dengan bahan pengikat kemudian dicetak menjadi bentuk tertentu. Selanjutnya dilumuri dengan tepung roti (coating) yang akhirnya digoreng setengah matang (Mesra, 1994). Bentuk nugget pada umumnya persegi panjang, ketika digoreng nugget menjadi kekuning-kuningan dan kering. Produk nugget dapat dibuat dari daging sapi, ayam, ikan dan lain-lain. Nugget yang paling banyak diperdagangkan adalah nugget daging ayam. Elingosa (1994) menyatakan bahwa nugget adalah suatu bentuk produk daging giling yang telah dibumbui, kemudian diselimuti oleh perekat tepung dan dilumuri tepung roti, digoreng setengah matang lalu dibekukan untuk mempertahankan mutu selama penyimpanan. Menurut Apriadji (2001) nugget termasuk ke dalam salah satu bentuk produk beku siap saji. Produk beku siap saji adalah suatu produk yang telah mengalami pemanasan sampai setengah matang kemudian dibekukan. Produk beku siap saji ini memerlukan waktu pemanasan akhir yang cukup singkat untuk siap dikonsumsi. Pembekuan dilakukan setelah produk setengah matang (precooked). Pada saat diperlukan masakan tinggal dipanaskan hingga matang. Sekalipun dibekukan terlebih dahulu, makanan siap saji tidak akan kehilangan banyak zat gizi, juga tidak ada perubahan pada cita rasa terutama teksturnya (Apriadji, 2001).
Nugget ikan adalah suatu bentuk produk olahan dari daging ikan giling dan diberi bumbu-bumbu serta dicampur dengan bahan pengikat lalu dicetak menjadi bentuk tertentu, dicelupkan ke dalam batter dan breading kemudian digoreng atau disimpan terlebih dahulu dalam ruang pembeku atau freezer sebelum digoreng (Hapsari, 2002). Daging ikan berasal dari ikan segar yang telah dibuang kepala, sisik, kulit, sirip, isi perut dan ingsang serta telah dipisahkan dari tulangnya (Mesra, 1994).
            Karagenan merupakan getah rumput laut yang diekstraksi dengan air atau larutan alkali dari spesies tertentu dari kelas Rhodophyceae (alga merah), biasanya Chondrus crispus, Eucheuma cottonii, dan Eucheuma spinosum. Jenis algae yang mengandung karagenan adalah dari marga Eucheuma. Karagenan merupakan polisakarida linier, khususnya galaktan dengan residu galaktosa yang terikat dengan alternatif ikatan α-(1,3) dan β-(1,4). Pada umumnya ikatan galaktosa β-(1,4) muncul sebagai 3.6-anhidro-D-galaktosa dan mungkin terdapat grup ester sulfat pada beberapa atau seluruh unit galaktosa (Fardiaz, 1989). Menurut Glicksman (1979) secara alami terdapat tiga fraksi karagenan, yaitu kappa-karagenan, lambda-karagenan serta iota-karagenan. Kappakaragenan merupakan fraksi yang peka terhadap ion kalium, terdiri dari unitunit galaktosa 4-sulfat yang berikatan (1,3) dan 3,6-anhidro-D-galaktosa berikatan (1,4). Lambda-karagenan tersusun dari 1,4 galaktosa-2,6-disulfat, dan 1,3-galaktosa-2-sulfat. Sedangkan iota-karagenan mempunyai monomer
primer 1,3-galaktosa-4-sulfat dan 3,6-anhidro-D-galaktosa-2-sulfat berikatan (1,4). Sifat-sifat kappa, iota, dan lambda karagenan terdapat pada Tabel 4. Daya larut karagenan dalam air juga dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu : tipe karagenan, ion, bahan pelarut lainnya, suhu, dan pH.
Karagenan beserta garam-garamnya diklasifikasikan dalam kategori GRAS (Generally Recognized as Safe) yang digunakan pada taraf GMP (Good Manufacturing Practices) yaitu suatu jumlah bahan yang ditambahkan kedalam makanan tidak lebih dari jumlah yang dibutuhkan untuk mendapatkan pengaruh yang diinginkan. Karagenan dalam jumlah secukupnya dapat diaplikasikan pada berbagai produk sebagai pembentuk gel, penstabil, pengental (thickener), pensuspensi, pembentuk tekstur emulsi terutama pada produk-produk jelly, permen, sirup, dodol, nugget, produk susu, bahkan untuk industri komestik, tekstil, cat, obat-obatan dan pakan ternak (Suptijah, 2002). Menurut Istini et al., (1986) karagenan bersifat hidrokoloid yang terdiri dari dua senyawa utama, senyawa pertama bersifat mampu membentuk gel dan senyawa kedua mampu membuat cairan menjadi kental.



Metodologi
Nugget Echini merupakan suatu bentuk produk olahan daging ikan nila dan rumput laut Eucheuma sp. yang telah giling atau dihaluskan dan dicetak dalam bentuk potongan empat persegi ataupun bentuk lainnya yang menarik. Potongan ini kemudian dilapisi tepung berbumbu (battered dan breaded). Meskipun kandungan gizi dan protein ikan jauh lebih tinggi dari ayam dan daging lainnya, namun produk-produk dari ikan kurang popular di Indonesia. Untuk itu dengan hadirnya produk nugget ikan dengan tambahan rumput laut ini diharapkan masyarakat dapat menikmati ikan tidak dengan rasa ikan yang amis, namun produk ikan ini akan dikemas dengan rasa yang berbeda, lebih menarik, gurih, dan nikmat. Meskipun tidak semua masyarakat menyukai produk dari ikan yang notabene identik dengan rasa amis, namun dengan adanya  nugget Echini dengan penampilan yang unik, rasa yang lezat ,serta kanddungan protein yang tinggi dari rumput laut dan ikan diperkirakan masyarakat akan tertarik untuk mengkonsumsinya sebagai salah satu pelengkap makanan pokok mereka. Produk ini dikemas dalam plastik kedap udara, dan dijual di warung dan toko, serta dijual langsung oleh produsen kepada konsumen.
Bahan utama yang digunakan pada penelitian ini adalah filletan  ikan nila (Oreochromis sp) dalam keadaan segar yang diperoleh dari pasar ikan segar. Asal serat pangan yang digunakan berasal dari karagenan Eucheuma sp. Digunakan 1 ons terigu dengan protein, 2 ons dari fillet ikan nila, Tepung panir atau tepung roti secukupnya, telur 3 butir dikocok, santan kara secukupnya, 1/2 sdt garam halus,1/2 sdt merica bubuk, 3 siung bawang merah yang telah dihaluskan, 2 siung bawang putih yang telah dihaluskan, Minyak goreng untuk menggoreng nugget
Peralatan yang digunakan adalah timbangan, kompor, penggorengan, pisau, penggiling daging (chopper), loyang, dandang ukurang sedang,dll
Cara pembuatan Nugget Echini yaitu
  1. Cuci bersih giling fillet ikan hingga halus (agar bahan mudah menyatu), kemudian campur dengan semua bahan yang disebutkan di atas. Aduk sampai semua bahan tercampur dengan baik.
  2. Sediakan loyang yang tidak terlalu tebal dan olesi dengan minyak agar adonan tidak lengket.
  3. Masukkan adonan nugget dalam loyang kemudian ratakan permukannya dan kukus sampai matang betul dan adonan tidak terlihat pucat lagi (agar  terjadi denaturasi namun belum strukur primer)
  4. Setelah matang, simpan ditempat terbuka sampai dingin kemudian potong sesuai keinginan.(agar menurunkan suhu dan kandungan bahan tidak rusak)
  5. Balut potongan nugget dengan telur yang telah dikocok sampai tenggelam kemudian balut lagi dengan tepung roti sampai rata.
  6. Celup sekali lagi dengan kocokan telur agar rasanya renyah seperti cara di atas, tapi tanpa dimasukkan lagi dalam tepung roti
  7. Nugget langsung digoreng sampai berwarna keemasan (agar terjadi denaturasi sempurna).
  8. Jika ingin dilakukan penyimpanan pada nugget sebaiknya tidak perlu dilakukan penggorengan, cukup sampai cara ke 5.

Tips yang harus diperhatikan dalam membuat Nugget Echini :

  1. Gunakan loyang tipis agar nugget yang telah dikukus mudah dipotong dan cepat matang saat digoreng.
  2. Potong nugget dengan pisau yang telah diberi minyak agar tidak lengket.
  3. Tekan-tekan nugget pada saat dibalut dengan tepung roti agar tepungnya melengket dengan baik dan tidak terhambur pada saat digoreng.
  4. Goreng dengan api kecil saja karena tepung roti mudah gosong, goreng saat minyak  telah panas agar cepat meresap dalam adonan.
  5. Jika ingin dibekukan sebaiknya gunakan freezer karena dapat membekukan secara sempurna disbanding chiller.


Dalam pembuatan Nugget Echini terdapat tahapan-tahapan yang harus dilakukan. Tahapan-tahapan tersebut adalah sebagai berikut :
a.       Penyiangan dan Pencucian. Penyiangan adalah membuang bagian yang tidak  diperlukan yaitu kepala, sisik/kulit, isi perut dan insang. Penyiangan dan  pencucian dilakukan pada dasarnya adalah untuk menghilangkan segala  kotoran, darah dan lendir dari ikan yang merupakan sumber bakteri pembusuk dan bakteri patogen.
b.      Filleting. Tahapan ini adalah tahapan memisahkan daging dari tulang ikan serta kulitnya, sehingga didapat daging bersih tanpa tulang dan kulit atau sisiknya.
c.       Pencucian. Pencucian terhadap fillet ini bertujuan untuk menghilangkan protein sarkoplasma yang terdapat pada daging ikan tersebut. Selain itu, pencucian bertujuan untuk mendapat tekstur yang kompak. Proses pencucian ini menghasilkan bahan baku berupa surimi.
d.      Penggilingan. Tahapan ini bertujuan untuk menghaluskan dan melembutkan surimi, sehingga memudahkan pencampuran dengan bahan tambahan lain untuk membentuk adonan.
e.       Pengadonan dan Pencetakan. Pengadonan merupakan proses pencampuran daging ikan  (surimi) yang telah digiling dengan bawang putih, gula, garam dan merica untuk memberikan rasa  (seasoning). Bahan lain yang juga ditambahkan  adalah tepung tapioka, telur serta karagenan. Setelah adonan homogen lalu dicetak dan diberikan tepung panir.
f.       Pengukusan. Adonan lalu dikukus selama 45 menit pada suhu 100 0C, agar teksturnya menjadi lebih padat.
g.      Penggorengan, pada tahapan ini, bahan yang telah dikukus didinginkan terlebih dahulu untuk menurunkan suhunya, lalu digoreng pada suhu 180 0C selama tiga menit. Tujuan penggorengan adalah untuk mematangkan, meningkatkan cita rasa, mengeringkan, memberikan warna yang baik dan untuk membunuh mikroba yang tadinya terdapat dalam adonan.
h.      Pembekuan/Pendinginan, pada proses ini dilakukan pendinginan dibawah suhu bahan yang diharapkan dapat menjadikan produk nugget lebih awet dan tidak terjadi perubahan dalam segi rasa,tekstur, maupun nutrisi yang ada.        



Daftar Pustaka
Apriadji, W. 2001. Makanan Beku Siap Saji. www. Sedap-sekejap.com

Apriyantono, A., D. Fardiaz, N.L. Puspitasari, Sedarnawati, S. Budiyanto.
1989. Petunjuk Laboratorium Analisis Pangan. IPB Press, Bogor.

Dadang W.I. 2006. Dari Toba ke Amerika dan Eropa. Agrina.

Direktorat Jendral Perikanan dan Kelautan. 2006. Statistik Perikanan Indonesia Tahun 2006. Departemen Kelautan dan Perikanan, Jakarta.

Elingosa, T. 1994. Pembuatan Fish Nugget dari Ikan Tenggiri. Skripsi. Jurusan Teknologi Pangan dan Gizi. Fakultas Teknologi Pertanian, IPB. Bogor.

Fennema, O. R. (Ed.). 1976. Food Chemistry. Marcel Dekker, Inc., New York dan Basel.

Glicksman, M. 1984. Food Hidrocoloids II. CRC Press, Boca Rotan, Florida.

Hapsari RD. 2002. Pengolahan Daging Ikan Patin (Pangasius pangasius) Menjadi Bakso, Sosis, Nugget dan Pemanfaatan Limbahnya menjadi Tepung Ikan. Skripsi. Fakultas Teknologi Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Ilyas S. 1983. Teknologi Refrigerasi Hasil Perikanan: Teknik Pendinginan Ikan. CV. Paripurna. Jakarta.

Istini, S., A. Zatnika, Suhaimi dan J. Anggadireja. 1986. Manfaat dan Pengolahan Rumput Laut. Jurnal Penelitian. Balai Pusat Pengembangan Teknologi. Jakarta.

Mesra. 1994. Chicken Nugget dan Shrimp Nugget. Bulletin Hero.

Sugiarto. 1988. Teknik Pembenihan Ikan Mujair dan Nila. Penerbit CV. Simplex. Jakarta.

Sumantadinata, K. 1981. Pengembangbiakan Ikan-ikan Pekarangan di Indonesia. Bogor. Sastra Hudaya.

Suptijah, P. 2002. Rumput Laut: Prospek dan Tantangannya. htttp://www. Rudyet.tripod.com/sem2-012./hml.

Suzuki, T. 1981. Fish and Krill Processing Technology. Applied Sci. Publisher Ltd., London.

Zaitsev, V., I. Kizevetter, L. Lagunov, T. Makarova, L. Minder dan V. Podsevalov. 1969. Fish Curing and Processing. Mir Publisher. Moskow. Uni Sovye

Tidak ada komentar:

Posting Komentar