Jumat, 10 Maret 2017

contoh makalah kunjungan penanganan limbah produk


TEKNIK PENANGANAN DAN PEMANFAATAN LIMBAH INDUSTRI PERIKANAN DI UKM SURYA ABON BANGUNTAPAN YOGYAKARTA
                                                                                                                                                      I.            PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Indonesia merupakan salah satu negara yang kaya akan sumberdaya perikanananya, dimana hasil perikanan yang dapat berupa ikan ini biasanya akan dikonsumsi oleh masyarakat dalam keadaan masih segar maupun sudah dalam bentuk produk olahan. Jenis produk olahan yang semakin banyak inilah yang menyebabkan semakin meningkatnya jumlah industri pengolahan hasil perikanan serta semakin mengingkatnya perkembangan industri dengan penerapan teknologi yang tepat guna mendukung perekonomian nasional.
Meningkatanya industrialisasi dan aktifitas manusia, khusunya di bidang perikanan memberikan dampak positif bagi perekonomian masyarakat dan memberikan peningkatan nilai sektor industri perikanan. Dampak negatif juga terjadi karena industri pengolahan ikan belum semua menerapkan pengelolah lingkungan yang baik. Hal ini mengakibatkan bertambahnya limbah yang masuk ke lingkungan khususnya di perairan, pada konsentrasi tertentu limbah dapat memberikan dampak negatif bagi kualitas air dan kelangsungan hidup organisme yang ada di perairan (Wibowo et al., 2013)
Limbah adalah buangan yang kehadirannya pada suatu saat dan tempat tertentu tidak dikehendaki lingkungannya karena tidak mempunyai nilai ekonomis (Ginting, 1992). Menurut Mukhtasor (2007), limbah yang dihasilkan dari industri pengolahan hasil perikanan umumnya dapat digolongkan menjadi, limbah padat (basah dan kering) , limbah cair dan limbah hasil samping.
Limbah sebagai hasil sampingan dari suatu kegiatan perikanan yaitu sekitar 20 – 30%.  Limbah yang dihasilkan dari sutu kegiatan perikanan dapat beupa leibah padat, limbah cair, dan limbahn gas. Limbah yang dihasilkan ini dapat digunakan sebagai bahan baku industri lain seperti industri penyamakan kulit, pembuatan kitin dan kitosan yang berasal dari limbah cangkang udang. Limbah cair yang dihasilkan suatu industri akan dibuang ke lingkungan yang hanya mampu menerima buangan beban limbah  hingga suatu batas tertentu karena mempunyai daya dukung terbatas untuk tetap seimbang (Azwar, 1996).
Penanganan limbah hasil industri yang belum dilakuakan secara baik dapat menimbulkan pencemaran untuk lingkungan karena jumlah volume limbah yang melebihi batas kemampuan alamiah lingkungan untuk mengasimilasi limbah tersebut. Sehingga perlu adanya langkah khusus untuk menindaklanjuti pencemaran yang ditimbulkan. Oleh karena itu diperlukan suatu upaya untuk mempertahankan fungsi dan kelestarian lingkungan hidup agar tetap terjaga.

B.     Tujuan
1.      Mengetahui salah satu industri pengolahan perikanan di D. I. Yogyakarta
2.      Mengetahui teknik penanganan limbah cair di beberapa industri perikanan di D. I. Yogyakarta.
3.      Mengetahui pemanfaatan limbah padat atau hasil sampingan produksi di beberapa industri perikanan di D. I. Yogyakarta.

C.    Manfaat
1.      Mahasiswa dapat mengetahui kondisi industri perikanan secara langsung.
2.      Mahasiswa dapatmengetahui teknik penanganan limbah cair di beberapa industri perikanan di D. I. Yogyakarta.
3.      Mengetaui pemanfaatan limbah padat atau hasil samping produksi di beberapa industri perikanan di D. I. Yogyakarta.




                                                                                                                                         II.            TINJAUAN RUJUKAN
A.    Limbah Industri Perikanan
Industri pengolahan ikan disamping memberikan peningkatan kesejahteraan dan pendapatan daerah, namun menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan sekitarnya.Salah satu dampak negatif yang telah menjadi sorotan masyarakat luar adalah timbulnya pencemaran lingkungan disekitar lokasi industri (Setiyono dan Satmoko, 2008).
Limbah adalah buangan yang kehadirannya pada suatu saat dan tempattertentu tidak dikehendaki lingkungannya karena tidak mempunyai nilai ekonomi (Gintings, 1992). Menurut Moeljanto (1979), limbah perikanan adalah ikan yang terbuang, tercecer dan sisa olahan yang pada suatu saat di tempat tertentu yang belum dapat dimanfaatkan secara ekonomi. Limbah merupakan sisa dan atau hasil sampingan dari kegiatan atau industri perikanan (tangkap, budidaya dan pengolahan) yang dibuang ke lingkungan, baik yang melalui proses penanganan atau tidak (Sahubawa, 2011).
Limbah adalah sisa suatu usaha atau yang mengandung bahan berbahaya atau beracun yang karena sifat, konsentrasi atau jumlahnya , baik secara langsung atau tidak langsung akan dapat membahayakan lingkungan , kesehatan, kelangsungan hidup manusia atau makhluk hidup lainnya jika tidak ditangani dengan benar. Limbah air merupakan buangan cair yang tidak dapat dimanfaatkan lagi dan mengandung bahan - bahan yang membahayakan kesehatan manusia serta menganggu lingkungan hidup (Perdana, 2007).
Limbah hasil perikanan sendiri dapat digolongkan menjadi tiga jenisyaitu limbah cair, limbah padat, dan limbah gas. Limbah industri perikanan berdasarkan wujudnya secara umum dikategorikan menjadi dua  jenis, yaitu limbah padat  dan limbah cair. Limbah padat bersumber dari kepala udang atau ikan, cangkang atau kulit udang, tulang ikan, dan lain - lain. Limbah cair dapat bersumber dari air pencuci, air pembersih peralatan, lelehan es dari ruang produksi dan lain sebagainya (Sulaeman, 2009).




B.     Sistem Penanganan Limbah Cair Industri Perikanan
Teknik penanganan limbah cair pada prinsipnya terdiri dari tiga tahap, yaitu : teknil penanganan primer, sekunder, dan tersier.
1.      Teknik Penanganan Primer
Teknik penangangan primer merupakan tenik penanganan limbah yang dilakuakan dengan pemisahan padatan yang mengendap dan terapung (Gonzales, 1996). Pada teknik penanganan primer ini terdapat beberapa pelakuan fisik seperti screening, sedimentasi, pemisahan minyak dan lemak, dan pengapungan.
a.       Screening (penyaringan)
Perlakuan penyaringan ini dapat memisahkan padatan dengan ukuran partikel yang relatif besar (Gonzales, 1996). Pernyaringan dilakuakan pada padatan yang mengapung dan mengendap sehingga penyaringan dapat  menghilangkan padatan atau kotoran yang berukuran besar (Sahubawa, 2011).

b.      Sedimentasi
Perlakuan sedimentasi ini digunakan untuk menghilangkan padatan tersuspensi yang ada pada limbah cair (Sahubawa, 2011). Proses sedimentasi ini berdasar pada perbedaan kerapatan antar cairan sebagai bagian terbesar dengan partikel padatan yang menyebabkan mengendapnya padatan yang tersuspensi. Sebuah tangki sedimentasi dapat berbentuk persegi empat (rectangular tanks) maupun lingkaran (circular tanks). Pada proses sedimentasi terjadi proses pemisahan padatan dengan rantai berjalan yang terjadi pada dasar tangki. Rantai ini berjalan dengan kecepatan 0,5 – 1 m / menit. Padatan yang dihasilkan akan tertangpung dan dikumpulkan pada wadah yang ada  pada bagian akhir tangki, untuk kemudian dipindahkan atau dipompa keluar dengan menggunakan screw conveyor (Gonzales, 1996).



c.       Pemisahan minyak dan lemak
Limbah cair yang dihasilkan suatu industri pengolahan perikanan memiliki kandungan atau komposisi yang bervariasi seperti pada kandungan minyak dan lemak yang dipengaruhi oleh jenis operasi yang dilakukan, prosedur operasi, dan jenis ikan yang digunakan sebagai bahan baku industri pengolahan perikanan. Pemisahan minyak dan lemak ini menggunakan metode pemisahan gravitasi (Gonzales, 1996).

d.      Pengapungan (floculation)
Pengapungan bertujuan untuk menghilangkan minyak, lemak dan padatan tersuspensi. Pengapungan ini  merupakan sistem pengolahan limbah yang efektif karena dapat menghilangkan minyak dan lemak serta senyawa senyawa lainnya (Sahubawa, 2011).

2.      Teknik Penanganan Sekunder
Pada teknik penanganan limbah cair ini merupakan proses biologi dan kimia yang betujuan untuk menghilangkan material organik yang terdapat pada limbah cair. Tujuan pengolahan limbah cair secara biologi adalah untuk menghilangkan padatan yang tidak mengendap dan bahan organik terlarut dengan mikroba. Mikroorganisme digunakan untuk mendegradasi bahan organik dan menstabilkan limbah organik (Metcalf, 1991).
Pengolahan limbah cair secara biologi dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu pengolahan limbah secara aerobik dan anaerobik. Proses pengolahan secara aerobik terdiri dari sistem lumpur aktif (activated sludge), aerated lagoons, aerasi, trickling filters, rotating biological contractors, dan pengolahan secara aerobik. Proses pengolahan secara  anaerobik terdiri dari digestion system dan imhoff tanks. Pengolahan limbah cair dapat juga dilakukan secara fisikokimia, antara lain coagulation - floculation dan disinfection yang terdiri dari klorinasi dan ozonasi (Henze et al., 1987).



3.      Teknik Penanganan Tersier
Proses penanganan primer dan sekunder terhadap limbah dapat menurunkan nilai BOD air limbah dan menghilangkan bakteri berbahaya. Namun, kedua proses tersebut tidak dapat menghilangkan senyawa - senyawa organik dan anorganik yang terlarut. Oleh karena itu diperlukan sistem penanganan tersier (lanjutan). Beberapa macam proses penanganan tersier yang dapat diterapkan antara lain adalah : absorbsi dan pengendapan, elektroodialis, osmosis berlawanan, dan klorinasi (Sahubawa, 2011).

Gambar 1. Sistem Pengelolaan Limbah Cair

C.    Pemanfaatan Limbah Padat Industri Perikanan
Limbah padat merupakan penyumbang terbesar terhadap keseluruhan limbah industri perikanan. Limbah padat yang dihasilkan sutu industry perikanan merupakan limbah padat yang tidak mengandung zat – zat beracun bagi lingkungan, namun limbah padat ini sangat mudah mengalami proses pembusukan sehingga akan menimbulkan bau yang kurang sedap (busuk). Limbah padat tersebut dapat berupa kepala, ekor, tulang ikan, kulit, potongan daging ikan, sisik, insang atau saluran pencernaan (Sugiharto, 1987). Penyebab timbulnya bau busuk pada limbah ikan karena terjadi proses penguraian protein ataupun hasil - hasil peruraian protein dalam proses autolysis serta substansi - substansi non nitrogen oleh bakteri (Murniyanti, 2000). Proses ini akan menghasilkan pecahan - pecahan protein sederhana dan berbau busuk seperti H2S, amonia, indol, skatol, dan lain - lain.
Penanganan atau pengolahan dari limbah padat yang dihasilkan oleh suatu industry perikanan dapat dilakukan melalui beberapa cara sehingga dapat menjadikan limbah padat ini tidak memberikan dapat buruk bagi lingkungan. Cara pengolahan limbah padat berdasarkan pada sifatnya dapat dibagi menjadi dua cara, yaitu :
1.      Pengolahan limbah padat tanpa pengolahan yang merupakan cara pengolahan limbah padat yang tidak mengandung unsur kimia beracun dan tidak berbahaya berbahaya bagi lingkungan sehingga dapat langsung dibuang ke lingkungan atau pada tempat – tempat tertentu.

2.      Pengolahan limbah padat dengan pengolahan merupakan cara pengolahan limbah padat yang mengandung unsur atau zat – zat kimia beracun dan berbahaya bagi lingkungan sehingga harus diolah terlebih dahulu sebelum dibuang ke lingkungan atau tempat - tempat tertentu.

D.    Contoh Produk Hasil Pemanfaatan Limbah Industri Perikanan
Limbah industry perikanan dapat dimanfaatkan dan diberikan beberapa perlakuan seperti pengolahan sehingga dapat menghasilkan suatu barang atau produk yang memiliki manfaat dan nilai ekonomis yang tinggi. Beberapa contoh dari produk yang dihasilkan dari pemanfaatan limbah industry ini antara lain :
1.      Tepung Tulang Ikan
Tepung tulang adalah bahan hasil penggilingan tulang yang telah diekstrak gelatinnya (Tarwiyah, 2001). Salah satu bahan yang mengandung mineral yang tinggi adalah tepung tulang ikan. Tepung tulang ikan merupakan sumber mineral yang memiliki kandungan kalsium dan fosfor yang tinggi. Menurut Orias (2008), selain memiliki kandungan mineral yang tinggi kandungan kalsium pada ikan terutama pada tulang ikan membentuk kompleks dengan fosfor dalam bentuk apatit atau trikalsiumfosfat. Tepung tulang ikan memiliki kandungan gizi yang tinggi yang dapat meningkatkan produksi dan nilai gizi telur, daging ternak dan ikan. Komponen - komponen tepung tulang ikan yang berkualitas tinggi mengandung air 6 - 100%, lemak 5 - 12%, protein 60 - 70% dan abu 10 - 20%.
2.      Kitin dan Kitosan
Limbah padat crustacea (kulit, kepala, kaki) merupakan salah satu masalah yang harus dihadapi oleh pabrik pengolahan Crustacea.Limbah biasanya dikeringkan dan dimanfaatkan sebagai pakan dan pupuk dengan nilai ekonomi yang rendah. Ilmu pengetahuan yang  semakin maju membuat limbah udang dapat dijadikan bahan untuk membuat kitin dan kitosan (Fahmi, 1997).
Kitin sebagai polimer alami kedua yang sangat penting pemanfaatannya, telah diidentifikasi sebagai biopolimer yang menjanjikan untuk berbagai aplikasi antara lain dalam bidang industri pertanian, bioteknologi, biomedis, makanan dan kosmetik, karena memiliki sifat kimia dan biologinya yang unik. Polimer ini dilaporkan mempunyai sifat fisiko kimia yang berbeda tergantung pada sumber kitin dan kondisi produksi kitosan (Mahmoud et al., 2007; Kumirska et al., 2010). Kitin dan kitosan telah mencapai kepentingan komersil sebagai bahan materi yang cocok karena sifatnya sangat baik sebagai biodegradable, biokompatibel, adsorpsi, dan kemampuan untuk membentuk film / lapisan, serta pengkhelat ion logam (Fernandez, 2004; Aranaz et al., 2009; Mincea, 2012)
Kitosan merupakan polimer alami yang bersifat non toksis, lebih ramah lingkungan dan mudah terdegradasi secara alami. Menurut Srijanto (2003), kitosan merupakan polielektrolit kationik dan polimer berantai panjang yang mempunyai berat molekul besar dan reaktif karena adanya gugus amina dan hidroksil yang bertindak sebagai donor electron. Adanya gugus amina ini yang nantinya hanya bias berikatan dengan asam asetat dimana kitosan memiliki ion positif dan berikatan dengan asam asetat dengan ion negative OH-.

3.      Kolagen dan Gelatin
Kolagen merupakan komponen struktural utama dari jaringan ikat putih (white connetive tissue) yang meliputi hampir 30 persen dari total protein pada jaringan dan organ tubuh vertebrata dan invertebrata. Pada mamalia, kolagen terdapat di kulit, tendon, tulang rawan dan jaringan ikat. Demikian juga pada burung dan ikan, sedangkan pada avertebrata kolagen terdapat pada dinding sel (Baily, 1989).Produk kolagen biasanya terdapat dalam kosmetik.
Gelatin adalah derivat protein dari serat kolagen yang ada pada kulit, tulang, dan tulang rawan. Pada prinsipnya proses pembuatan gelatin dapat dibagi menjadi dua macam,yaitu proses asam dan proses basa. Perbedaan kedua proses ini terletak pada proses perendamannya.Proses perubahan kolagen menjadi gelatin melibatkan tiga perubahan yaitu pemutusan sejumlah ikatan peptida untuk memperpendek rantai, pemutusan sejumlah ikatan peptida untuk memperpendek rantai, pemutusan atau pengacauan sejumlah ikatan camping antar rantai dan  perubahan konfigurasi rantai (Junianto et al., 2006).

4.      Kulit Tersamak
Salah satu limbah yang dihasilkan dari pengolahan fillet ialah kulit ikan.Kulit ikan terdiri dari daerah punggung, perut dan ekor sesuai dengan bentuk badannya. Kulit ikan tersusun dari komponen kimia protein, lemak, air, dan mineral.Kulit ikan dapat dimanfaatkan sebagai bahan pangan maupun non pangan. Pengembangan teknologi penyamakan kulit berupa kulit ikan yang semula dianggap sebagai limbah yang kurang termanfaatkan dan tidak mempunyai nilai jual, saat ini justru berpeluang menjadi bahan baku industri kerajinan. Kulit hasil penyamakan digunakan sebagai bahan bakuseperti sepatu, tas, dompet, ikat pinggang, dan jaket. Proses penyamakan kulit pada dasarnya adalah kegiatan mengubah kulit mentah yang bersifat labil yaitu bahan yang cepat membusuk menjadi kulit tersamak (leather) yang sangat stabil untuk jangka waktu tidak terbatas dan mempunyai daya jual yang sangat signifikan.
                                                                                                                        III.            METODOLOGI PRAKTIKUM
Metodologi yang digunakan dalam praktikum ini adalah :
1.      Melakukan studi pengamatan langsung di pabrik industri perikanan UKM Surya Abon.
2.      Melakukan wawancara dengan pihak industri perikanan UKM Surya Abon.
3.      Pengumpulan data / informasi mengenai sistem penanganan limbah cair dan pengambilan limbah padat industri perikanan UKM Surya Abon.
4.      Studi Pustaka, pembuatan video limbah cair dan inovasi pemanfaatan limbah padat industri perikanan UKM Surya Abon.





                                                                                                                            IV.            HASIL DAN PEMBAHASAN
A.    Hasil



Bagan 1. Prosen Pengolahan Ikan dan Daging hingga Pengolahan Limbah di UKM Surya Abon

 





           













B.     Pembahasan
UKM Surya Abon adalah salah satu home industry di Yogyakarya yang mengolah beberapa hasil perikanan. UKM Surya Abon di Wiyoro Kidul  RT. 08 Baturetno Banguntapan Kabupaten Bantul, Yogyakarta. Pemilik dari Surya Abon ini didirikan oleh Bapak Agus. Surya Abon berdiri sejak tahun 1994 dengan total karyawan 8 orang yang mana 4 orang dibagian produksi dan 4 orang sebagai pemasaran (sales). Produk dari Surya Abon adalah abon daging sapi, abon daging ayam, abon tuna (bila ada pemesanan), dan abon nabati (bila ada pemesanan). Pembuatan abon menggunakan bahan baku daging ayam, daging sapi, dan ikan tuna. Ikan tuna diperoleh dalam keadaan segar dan utuh.
Limbah cair yang ada di UKM Surya Abon adalah berupa air pencucian ikan dan air sisa dari proses perebusan daging, sedangkan limbah padat berupa tulang, kulit, dan sirip. Pengolahan limbah cair di Surya Abon dengan membuang limbah tersebut pada salurang pembuangan air (selokan), dapat dilihat gambar 1.


 

Limbah cair limbah industri perikanan pada umumnya mengandung beberapa parameter diantaranya yaitu parameter BOD,COD, TSS, minyak dan lemak. Keseluruhan dari beberapa parameter tersebut dibuang secara langsung ke badan air dan akan mengakibatkan pencemaran air, oleh karena itu sebelum limbah cair ini dibuang ke badan air maka diperlukan suatu pengolahan limbah cair terlebih dahulu sehingga limbah cair yang dibuang pada badan air dapat atau sudah memenuhi standar yang baik. Penuruan kadar atau tingat COD pada limbah air yang dapat berupa air cucian dan air sisa rebusan daging ini dapat dilakukan dengan adanya kombinasi perlakuak proses aerasi, ansorpsi, dan filtrasi. Pemberian kombinasi perlakuan ini diharapkan dapar menurunkan kadar atau tingkat COD yang lebih baik atau rendah. Angka atau nilai COD merupakan ukuran bagi pencemaran air oleh zat organik yang secara alamiah dapat dioksidasikan melalui proses mikroorganisme yang ada dalam air limbah (Sugiharto, 1987).
Pemanfaatan limbah industri perikanan yang dihasilkan lengkap dengan cara pemanfaatannya di UKM Surya Abon, antara lain :
1.      Air limbah cucian daging dan sisa air rebusan daging digunakan sebagai pupuk organik bagi tanaman padi. Kandungan yang terdapat dalam pupuk organik yaitu nitrogen 5-9%, fosfor 2-4%, kalium 2-7%, dan unsur mikro lainnya, dilakukan dengan cara mengalirkan air limbah cucian daging dan sisa air rebusan daging pada saluran air (selokan) , nantinya air limbah akan mengalir langsung ke irigasi persawahan.
2.      Limbah jeroan atau isi perut, kulit, tulang, dan kepala selama ini belum dimanfaatkan secara maksimal, hanya dibuang ke tempat pembuangan sampah. Hal ini bisa disebabkan karena belum tersedianya peralatan maupun  tenaga ahli.
Pengolahan dari limbah cair yang dilakukan di UKM Surya Abon masih kurang baik dan belum memenuhi prosedur. Pengolahan limbah cair yang berupa air cucian daging dan air sisa perebusan daging yang kurang tepat dapat menimbulkan dampak negative bagi lingkungan sekitar khususnya berdampak pada kesehatan masyrakat. Namun, menurut penuturan dari ke pemiliki Surya Abon yang dibuang kealiran air yang akan digunakan untuk mengairi sawah dapat memberikan dampak yang positif bagi tanaman yang ditanam pada lahan pertanian dengan mengurangi pertumbuhan gulma yang akan mengganggu pertumbuhan tanaman dilahan pertanian tersebut. Munculnya masalah kesehatan disebabkan oleh kandungan BOD masih banyak sehinga muncul bakteri berbahaya (Sahubawa, 2011). Limbah cair industri perikanan mengandung padatan tersuspensi sebagai sumber protein atau nitrogen yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber hara untuk lahan pertanian.
Perilaku pengusaha pengolahan ikan yang salah satunya pada UKM Surya Abon belum menerapkan prinsip produksi yang bersih, hal ini dapat dilihat pada cara pengolahan limbah padat yang berupa kulit, kepala, tulang, dan jeroan yang secara langsung dibuang pada tempat sampah yang nantinya akan dibuang ke TPA dengan adanya penumpukan limbah padat di tempat terbuka dapat menimbulkan bau yang kurang sedap. Timbulnya bau yang kurang sedap ini dikarenakan adanya proses pembusukan ikan menimbulkan gas yang tersebar oleh angin ke wilayah sekitar kawasan industri. Kawasan industri yang dekat dengan kawasan pemukinan dapat menyebabkan peningkatan bau tidak sedap, semakin besar dan semakin jauh dari kawasan industri maka tingkat bau berkurangl (Setyo, 2013).
Limbah ikan jika tidak dikelola dengan baik akan menyebabkan pencemaran dan menimbulkan bau yang menyengat karena proses dekomposisi protein. Penyebab timbulnya bau busuk pada limbah ikan adalah karena terjadi proses penguraian protein, ataupun hasil - hasil peruraian protein dalam proses autolisis serta substansi - substansi non nitrogen oleh bakteri. Proses ini menghasilkan pecahan - pecahan protein sederhana dan berbau busuk seperti H2S, ammonia, indol, skatol dan lain - lain (Fajrin, 2013).
Inovasi limbah padat yang diterapkan di UKM Surya Abon ini belum diterapkan atau dimanfaatkan secara maksimal, hal ini dikarenakan limbah padat yang dihasilkan pada UKM Surya Abon selama ini hanya dibuang ke tempat pembuangan sampah.

                                                                                                                              V.            KESIMPULAN DAN SARAN
A.    Kesimpulan
1.      Salah satu industri pengolahan perikanan di D.I. Yogyakarta adalah UKM Surya Abon yang berlokasi di Wiyoro Kidul  RT. 08 Baturetno Banguntapan Kabupaten Bantul, Yogyakarta
2.      UKM Surya Abon ini memproduksi olahan abon yang menghasilkan limbah cair maupun padat. Limbah cair berupa air bekas pencucian daging dan sisa air perebusan daging, sedangkan limbah padat berupa kulit, kepala, jeroan, dan tulang.
3.      Penanganan limbah cair dilakukan dengan membuang ke saluran air, sedangkan limbah padat seperti kulit, kepala, jeroan, dan tulang dibuang pada tempat pembuangan sampah.

B.     Saran
Sebaiknya dilakukan pengolahan limbah padat maupun cair sebelum dibuang ke lingkungan, karena dapat mencemari lingkungan dan air tanah yang akan dipakai juga pada industri tersebut yang nantinya akan berpengaruh terhadap mutu produk.


DAFTAR PUSTAKA
Aranaz, I. Mengibar, M. Harris, R. Panos, I. Miralles, B. Acosta, N. Galed, G. and Heras, H. 2009. Functional Characterization of Chitin and Chitosan. Chemical Biology. 3. pp. 203 - 230.
Azwar, Azrul. 1996. Pengantar Ilmu Kesehatan Lingkungan. PT. Mutiara Sumber Widya. Jakarta.
Baily, A. J., N. D. Light. 1989. Genes, Biosynthesis and Degradation of Collagenin Connetive tissue in Meat and Meat Products. Elsevier Applied Science, London.
Fahmi, R. 1997. Isolasi dan Transformasi Kitin Menjadi Kitosan. Jurnal Kimia Andalas.
Fajrin, M. H., Thamrin., Saiful Bahri. 2013. Pengolahan Limbah Ikan Patin menjadi Biodiesel. Pusat Penelitian Lingkungan Hidup Universitas Riau. Pekanbaru.
Fernandez, Kim. 2004. Physicochemical and Functional Properties of Crawfish Chitosan as Affected by Different Processing Protocols. Unpublished thesis (MSc). Louisiana State University.
Gintings, Perdana. Ir. 1992. Mencegah dan Mengendalikan Pencemaran Industri. Edisi 1.  Pustaka Sinar Harapan. Jakarta.
Gonzales. 1996. Wastewater Treatment in Fisheries Industry. FAO Fishery Technical Paper 335. Rome.
Junianto, Haetami., Maulina. 2006. Produksi Gelatin Dari Tulang Ikan Dan Pemanfaatannya Sebagai Bahan Dasar Pembuatan Cangkang Kapsul.
Kumirska, J. Czerwicka, M. Kaczynski, Z. Bychowska, A. Brzozowski, K. Thoming, J. and Stepnowski. P. 2010. Application of Spectroscopic Methods for Structural Analysis of Chitin and Chitosan. Marine Drugs. 8. pp. 1567 - 1636.
Mahmoud, N.S., Ghaly, A.E. and Arab, F. 2007. Unconventional Approach for Demineralization of Deproteinized Crustacean Shells for Chitin Production. American Journal of Biochemistry and Biotechnology. 3 (1). pp. 1-9.
Metcalf dan Eddy. 1991. Wastewater Engineering: Treatment, Disposal, and Reuse. 3rd Edition. McGraw Hill Inc. Singapore.
Mincea, M. Negrulescu, A. and Ostafe, V. 2012. Preparation, Modification, and Applications of Chitin Nanowhiskers : a review. Rev. Adv. Mater. Sci. 30. pp. 225-242.
Moeljanto.1979. Pemanfaatan Limbah Perikanan. Balai Penelitian Teknologi Perikanan. Jakarta.
Mukhtasor. 2007. Pencemaran Pesisir dan Laut. Pradnya Paramita, Jakarta.
Murniyati, A. S., Sunarman. 2000. Pendinginan, Pembekuan dan Pengawetan Ikan. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.
Orias, A. 2008. Pemanfaatan Tepung Tulang Ikan Patin (Pangianus sp.) Sebagai Sumber Kalsium Dan Fosfor Dalam Pembuatan Biskuit. Thesis. Pascasarjana IPB. Bogor.
Perdana, G. 2007. Sistem Pengolahan Lingkungan dan Limbah Industri. Yrama Widya. Bandung.
Sahubawa, L. 2011. Bahan Ajar 2011 : Manajemen Limbah Industri Perikanan. Jurusan Perikanan. Fakultas Pertanian. Universitas Gadjah Mada. Yogykarta.
Setyo, T. R, Purwanto., Bambang, Yulianto. 2013. Pengolahan Lingkungan Industri Pengolahan Limbah Fillet Ikan. Seminar Nasional Sumberdaya Alam dan Lingkungan. Semarang.
Srijanto, B., 2003. Kajian pengembangan teknologi proses produksi kitin dan kitosan secara kimiawi. Prosiding Seminar Nasional Teknik Kimia Indonesia 1 : 1-5.
Sugiharto. 1987. Dasar – Dasar Pengelolaan Air Limbah. Universitas Indonesia. Jakarta.
Sulaeman, D. 2009. Makalah Pengelolaan Limbah Industri disampaikan dalam penyusunan Pedoman Design Teknik IPAL. Agroindustri. Bogor.
Tarwiyah. 2001. Prosedur Analisa Kimia Komposisi Dan Kesegaran Ikan Lele. Penebar Swadaya. Jakarta.
Wibowo, T.S., Purwanto dan B. Yulianto. 2013. Pengelolaan lingkungan industri pengolahan limbah fillet ikan. Prosiding Seminar Nasional Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan.


























Tidak ada komentar:

Posting Komentar