TEKNIK PENANGANAN DAN PEMANFAATAN LIMBAH INDUSTRI
PERIKANAN DI UKM SURYA ABON BANGUNTAPAN YOGYAKARTA
I.
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Indonesia merupakan salah satu negara yang kaya akan sumberdaya
perikanananya, dimana hasil perikanan yang dapat berupa ikan ini biasanya akan
dikonsumsi oleh masyarakat dalam keadaan masih segar maupun sudah dalam bentuk
produk olahan. Jenis produk olahan yang semakin banyak inilah yang menyebabkan
semakin meningkatnya jumlah industri pengolahan hasil perikanan serta semakin
mengingkatnya perkembangan industri dengan penerapan teknologi yang tepat guna
mendukung perekonomian nasional.
Meningkatanya
industrialisasi dan aktifitas manusia, khusunya di bidang perikanan memberikan
dampak positif bagi perekonomian masyarakat dan memberikan peningkatan nilai
sektor industri perikanan. Dampak negatif juga terjadi karena industri
pengolahan ikan belum semua menerapkan pengelolah lingkungan yang baik. Hal ini
mengakibatkan bertambahnya limbah yang masuk ke lingkungan khususnya di
perairan, pada konsentrasi tertentu limbah dapat memberikan dampak negatif bagi
kualitas air dan kelangsungan hidup organisme yang ada di perairan (Wibowo et al., 2013)
Limbah
adalah buangan yang kehadirannya pada suatu saat dan tempat tertentu tidak
dikehendaki lingkungannya karena tidak mempunyai nilai ekonomis (Ginting,
1992). Menurut Mukhtasor (2007), limbah yang dihasilkan dari industri
pengolahan hasil perikanan umumnya dapat digolongkan menjadi, limbah padat
(basah dan kering) , limbah cair dan limbah hasil samping.
Limbah sebagai hasil sampingan dari suatu kegiatan perikanan yaitu
sekitar 20 – 30%. Limbah yang dihasilkan
dari sutu kegiatan perikanan dapat beupa leibah padat, limbah cair, dan limbahn
gas. Limbah yang dihasilkan ini dapat digunakan sebagai bahan baku industri
lain seperti industri penyamakan kulit, pembuatan kitin dan kitosan yang
berasal dari limbah cangkang udang. Limbah cair yang dihasilkan suatu industri
akan dibuang ke lingkungan
yang hanya mampu menerima buangan beban limbah
hingga suatu batas tertentu karena mempunyai daya dukung terbatas untuk
tetap seimbang (Azwar, 1996).
Penanganan
limbah hasil industri yang
belum dilakuakan secara baik dapat
menimbulkan pencemaran untuk lingkungan karena jumlah volume limbah yang
melebihi batas kemampuan alamiah lingkungan untuk mengasimilasi limbah
tersebut. Sehingga perlu adanya langkah khusus untuk menindaklanjuti pencemaran
yang ditimbulkan. Oleh karena itu
diperlukan suatu upaya untuk mempertahankan fungsi dan kelestarian
lingkungan hidup agar tetap
terjaga.
B. Tujuan
1. Mengetahui
salah satu industri pengolahan perikanan di D. I. Yogyakarta
2.
Mengetahui
teknik penanganan limbah
cair di beberapa industri perikanan di D. I. Yogyakarta.
3.
Mengetahui
pemanfaatan limbah padat atau
hasil sampingan produksi
di beberapa industri
perikanan di D. I. Yogyakarta.
C. Manfaat
1. Mahasiswa
dapat mengetahui kondisi industri perikanan secara langsung.
2. Mahasiswa
dapatmengetahui teknik penanganan limbah cair di beberapa industri perikanan di
D. I.
Yogyakarta.
3. Mengetaui
pemanfaatan limbah padat atau hasil samping produksi di beberapa industri
perikanan di D. I.
Yogyakarta.
II.
TINJAUAN RUJUKAN
A.
Limbah Industri Perikanan
Industri pengolahan ikan disamping
memberikan peningkatan kesejahteraan dan pendapatan daerah, namun menimbulkan
dampak negatif terhadap lingkungan sekitarnya.Salah satu dampak negatif yang
telah menjadi sorotan masyarakat luar adalah timbulnya pencemaran lingkungan
disekitar lokasi industri (Setiyono dan Satmoko, 2008).
Limbah
adalah buangan yang kehadirannya pada suatu saat dan tempattertentu tidak
dikehendaki lingkungannya karena tidak mempunyai nilai ekonomi (Gintings, 1992). Menurut
Moeljanto (1979), limbah perikanan adalah ikan yang terbuang, tercecer dan sisa
olahan yang pada suatu saat di tempat tertentu yang belum dapat dimanfaatkan
secara ekonomi. Limbah merupakan
sisa dan atau hasil sampingan dari kegiatan atau industri perikanan (tangkap,
budidaya dan pengolahan) yang dibuang ke lingkungan, baik yang melalui proses
penanganan atau tidak (Sahubawa, 2011).
Limbah adalah sisa suatu usaha atau yang mengandung bahan
berbahaya atau beracun yang karena sifat, konsentrasi atau jumlahnya , baik
secara langsung atau tidak langsung akan dapat membahayakan lingkungan ,
kesehatan, kelangsungan hidup manusia atau makhluk hidup lainnya jika tidak
ditangani dengan benar. Limbah air merupakan buangan cair yang tidak dapat
dimanfaatkan lagi dan mengandung bahan - bahan yang membahayakan kesehatan
manusia serta menganggu lingkungan hidup (Perdana, 2007).
Limbah
hasil perikanan sendiri dapat digolongkan menjadi tiga jenisyaitu limbah cair,
limbah padat, dan limbah gas.
Limbah
industri perikanan berdasarkan wujudnya secara umum dikategorikan menjadi
dua jenis, yaitu limbah padat dan limbah cair. Limbah padat bersumber dari
kepala udang atau ikan, cangkang atau kulit udang, tulang ikan, dan lain - lain. Limbah cair dapat bersumber
dari air pencuci, air pembersih peralatan, lelehan es dari ruang produksi dan
lain sebagainya (Sulaeman, 2009).
B.
Sistem Penanganan Limbah Cair Industri Perikanan
Teknik penanganan limbah cair pada prinsipnya terdiri dari tiga tahap, yaitu : teknil penanganan primer, sekunder, dan tersier.
1.
Teknik Penanganan Primer
Teknik penangangan primer merupakan tenik
penanganan limbah yang dilakuakan dengan pemisahan padatan yang mengendap dan terapung (Gonzales, 1996). Pada
teknik penanganan primer ini terdapat beberapa pelakuan fisik seperti screening, sedimentasi, pemisahan minyak dan lemak, dan pengapungan.
a. Screening (penyaringan)
Perlakuan
penyaringan ini dapat memisahkan padatan dengan ukuran partikel yang relatif besar
(Gonzales, 1996). Pernyaringan dilakuakan pada padatan yang mengapung dan mengendap sehingga penyaringan
dapat menghilangkan padatan atau kotoran
yang berukuran besar (Sahubawa, 2011).
b. Sedimentasi
Perlakuan
sedimentasi ini digunakan untuk menghilangkan padatan tersuspensi yang ada pada limbah cair (Sahubawa, 2011). Proses sedimentasi ini berdasar pada perbedaan kerapatan antar
cairan sebagai bagian terbesar dengan partikel padatan yang menyebabkan
mengendapnya padatan yang tersuspensi. Sebuah tangki sedimentasi dapat
berbentuk persegi empat (rectangular
tanks) maupun lingkaran (circular
tanks). Pada proses sedimentasi terjadi proses pemisahan
padatan dengan rantai berjalan yang terjadi pada dasar tangki. Rantai ini
berjalan dengan kecepatan 0,5 – 1 m / menit. Padatan yang
dihasilkan akan tertangpung dan dikumpulkan pada wadah yang
ada pada bagian akhir tangki, untuk
kemudian dipindahkan atau dipompa keluar dengan menggunakan screw conveyor (Gonzales, 1996).
c. Pemisahan minyak dan lemak
Limbah
cair yang dihasilkan suatu industri pengolahan perikanan memiliki kandungan
atau komposisi yang bervariasi seperti pada kandungan minyak dan lemak yang
dipengaruhi oleh jenis operasi yang dilakukan, prosedur operasi, dan jenis ikan
yang digunakan sebagai bahan baku industri pengolahan perikanan. Pemisahan
minyak dan lemak ini menggunakan metode pemisahan gravitasi (Gonzales, 1996).
d. Pengapungan (floculation)
Pengapungan bertujuan untuk menghilangkan minyak,
lemak dan padatan tersuspensi. Pengapungan ini merupakan sistem pengolahan limbah yang
efektif karena dapat menghilangkan minyak dan lemak serta senyawa senyawa
lainnya (Sahubawa, 2011).
2.
Teknik Penanganan Sekunder
Pada teknik penanganan limbah cair ini merupakan proses biologi dan kimia yang betujuan untuk
menghilangkan material organik yang terdapat pada limbah cair. Tujuan
pengolahan limbah cair secara biologi adalah untuk menghilangkan padatan yang
tidak mengendap dan bahan organik terlarut dengan mikroba. Mikroorganisme digunakan
untuk mendegradasi bahan organik dan menstabilkan limbah organik (Metcalf,
1991).
Pengolahan
limbah cair secara biologi dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu pengolahan
limbah secara aerobik dan anaerobik. Proses pengolahan secara aerobik terdiri
dari sistem lumpur aktif (activated
sludge), aerated lagoons, aerasi,
trickling filters, rotating biological contractors, dan
pengolahan secara aerobik. Proses pengolahan secara anaerobik terdiri dari digestion system dan imhoff
tanks. Pengolahan limbah cair dapat juga dilakukan secara fisikokimia,
antara lain coagulation - floculation dan disinfection yang terdiri dari klorinasi
dan ozonasi (Henze et al., 1987).
3.
Teknik Penanganan Tersier
Proses
penanganan primer dan sekunder terhadap limbah dapat menurunkan nilai BOD air
limbah dan menghilangkan bakteri berbahaya. Namun, kedua proses tersebut tidak
dapat menghilangkan senyawa - senyawa organik dan anorganik yang terlarut. Oleh karena itu diperlukan
sistem penanganan tersier (lanjutan). Beberapa macam proses penanganan tersier
yang dapat diterapkan antara lain adalah : absorbsi dan pengendapan,
elektroodialis, osmosis berlawanan, dan klorinasi (Sahubawa, 2011).
Gambar 1. Sistem Pengelolaan Limbah Cair
C.
Pemanfaatan Limbah Padat Industri Perikanan
Limbah padat merupakan penyumbang terbesar terhadap keseluruhan
limbah industri perikanan. Limbah padat yang dihasilkan sutu industry perikanan
merupakan limbah padat yang tidak mengandung zat – zat beracun bagi lingkungan,
namun limbah padat ini sangat mudah mengalami proses pembusukan sehingga akan
menimbulkan bau yang kurang sedap (busuk). Limbah
padat tersebut dapat berupa kepala, ekor, tulang ikan, kulit, potongan daging
ikan, sisik, insang atau saluran pencernaan (Sugiharto, 1987). Penyebab timbulnya bau
busuk pada limbah ikan karena terjadi proses penguraian protein ataupun hasil - hasil peruraian protein
dalam proses autolysis serta substansi - substansi non nitrogen oleh bakteri (Murniyanti, 2000).
Proses ini akan menghasilkan
pecahan - pecahan protein
sederhana dan berbau busuk seperti H2S, amonia, indol, skatol, dan
lain - lain.
Penanganan atau pengolahan dari limbah padat yang dihasilkan oleh suatu
industry perikanan dapat dilakukan melalui beberapa cara sehingga dapat
menjadikan limbah padat ini tidak memberikan dapat buruk bagi lingkungan. Cara
pengolahan limbah padat berdasarkan pada sifatnya dapat
dibagi menjadi dua cara, yaitu :
1. Pengolahan
limbah padat tanpa pengolahan yang merupakan
cara pengolahan limbah padat
yang tidak mengandung unsur kimia beracun dan tidak berbahaya berbahaya bagi lingkungan sehingga dapat langsung
dibuang ke lingkungan atau pada tempat – tempat tertentu.
2. Pengolahan
limbah padat dengan pengolahan
merupakan
cara pengolahan limbah padat
yang mengandung unsur atau zat – zat kimia
beracun dan berbahaya bagi lingkungan sehingga
harus diolah terlebih dahulu sebelum dibuang ke lingkungan atau tempat - tempat tertentu.
D.
Contoh Produk Hasil Pemanfaatan Limbah Industri
Perikanan
Limbah industry perikanan dapat dimanfaatkan dan diberikan beberapa
perlakuan seperti pengolahan sehingga dapat menghasilkan suatu barang atau
produk yang memiliki manfaat dan nilai ekonomis yang tinggi. Beberapa contoh
dari produk yang dihasilkan dari pemanfaatan limbah industry ini antara lain :
1. Tepung
Tulang Ikan
Tepung
tulang adalah bahan hasil penggilingan tulang yang telah diekstrak gelatinnya
(Tarwiyah, 2001). Salah satu bahan yang mengandung mineral yang tinggi adalah
tepung tulang ikan. Tepung tulang ikan merupakan sumber mineral yang memiliki
kandungan kalsium dan fosfor yang tinggi. Menurut Orias (2008), selain memiliki
kandungan mineral yang tinggi kandungan kalsium pada ikan terutama pada tulang
ikan membentuk kompleks dengan fosfor dalam bentuk apatit atau trikalsiumfosfat. Tepung
tulang ikan memiliki kandungan gizi yang tinggi yang dapat meningkatkan produksi
dan nilai gizi telur, daging ternak dan ikan. Komponen - komponen tepung tulang
ikan yang berkualitas tinggi mengandung air 6 - 100%, lemak 5 - 12%, protein 60 - 70% dan abu 10 - 20%.
2. Kitin
dan Kitosan
Limbah
padat crustacea
(kulit, kepala, kaki) merupakan salah satu masalah yang harus dihadapi oleh
pabrik pengolahan Crustacea.Limbah biasanya dikeringkan dan dimanfaatkan
sebagai pakan dan pupuk dengan nilai ekonomi yang rendah. Ilmu pengetahuan yang semakin maju membuat limbah udang dapat
dijadikan bahan untuk membuat kitin dan kitosan (Fahmi, 1997).
Kitin
sebagai polimer alami kedua yang sangat penting pemanfaatannya, telah
diidentifikasi sebagai biopolimer yang menjanjikan untuk berbagai aplikasi
antara lain dalam bidang industri pertanian, bioteknologi, biomedis, makanan
dan kosmetik, karena memiliki sifat kimia dan biologinya yang unik. Polimer ini
dilaporkan mempunyai sifat fisiko kimia yang berbeda tergantung pada sumber
kitin dan kondisi produksi kitosan (Mahmoud et al., 2007; Kumirska et
al., 2010). Kitin dan kitosan telah mencapai kepentingan komersil sebagai
bahan materi yang cocok karena sifatnya sangat baik sebagai biodegradable,
biokompatibel, adsorpsi, dan kemampuan untuk membentuk film / lapisan, serta
pengkhelat ion logam (Fernandez, 2004; Aranaz et al., 2009; Mincea,
2012)
Kitosan
merupakan polimer alami yang bersifat non toksis, lebih ramah lingkungan dan
mudah terdegradasi secara alami.
Menurut
Srijanto (2003), kitosan merupakan polielektrolit kationik dan polimer berantai
panjang yang mempunyai berat molekul besar dan reaktif karena adanya gugus
amina dan hidroksil yang bertindak sebagai donor electron. Adanya gugus amina
ini yang nantinya hanya bias berikatan dengan asam asetat dimana kitosan
memiliki ion positif dan berikatan dengan asam asetat dengan ion negative OH-.
3.
Kolagen dan Gelatin
Kolagen merupakan komponen struktural
utama dari jaringan ikat putih (white
connetive tissue) yang meliputi hampir 30 persen dari total protein pada
jaringan dan organ tubuh vertebrata dan invertebrata. Pada mamalia, kolagen
terdapat di kulit, tendon, tulang rawan dan jaringan ikat. Demikian juga pada burung dan ikan,
sedangkan pada avertebrata kolagen terdapat pada dinding sel (Baily,
1989).Produk kolagen biasanya terdapat dalam kosmetik.
Gelatin adalah derivat protein dari
serat kolagen yang ada pada kulit, tulang, dan tulang rawan. Pada prinsipnya
proses pembuatan gelatin dapat dibagi menjadi dua macam,yaitu proses asam dan
proses basa. Perbedaan kedua proses ini terletak pada proses
perendamannya.Proses perubahan kolagen menjadi gelatin melibatkan tiga
perubahan yaitu pemutusan sejumlah ikatan peptida untuk memperpendek rantai,
pemutusan sejumlah ikatan peptida untuk memperpendek rantai, pemutusan atau
pengacauan sejumlah ikatan camping antar rantai dan perubahan konfigurasi rantai (Junianto et al., 2006).
4.
Kulit Tersamak
Salah satu limbah yang dihasilkan dari
pengolahan fillet ialah kulit ikan.Kulit ikan terdiri dari daerah punggung,
perut dan ekor sesuai dengan bentuk badannya. Kulit ikan tersusun dari komponen kimia
protein, lemak, air, dan mineral.Kulit ikan dapat dimanfaatkan sebagai bahan
pangan maupun non pangan. Pengembangan teknologi penyamakan kulit berupa kulit
ikan yang semula dianggap sebagai limbah yang kurang termanfaatkan dan tidak
mempunyai nilai jual, saat ini justru berpeluang menjadi bahan baku industri
kerajinan. Kulit hasil penyamakan digunakan sebagai bahan
bakuseperti sepatu, tas, dompet, ikat pinggang, dan jaket. Proses penyamakan
kulit pada dasarnya adalah kegiatan mengubah kulit mentah yang bersifat labil
yaitu bahan yang cepat membusuk menjadi kulit tersamak (leather) yang sangat stabil untuk jangka waktu tidak terbatas dan
mempunyai daya jual yang sangat signifikan.
III.
METODOLOGI PRAKTIKUM
Metodologi yang digunakan dalam
praktikum ini adalah :
1. Melakukan
studi pengamatan langsung di pabrik industri perikanan UKM Surya Abon.
2. Melakukan
wawancara dengan pihak industri perikanan
UKM
Surya
Abon.
3. Pengumpulan
data / informasi mengenai
sistem penanganan limbah cair dan pengambilan limbah padat industri perikanan UKM Surya Abon.
4. Studi
Pustaka, pembuatan video limbah cair dan inovasi pemanfaatan limbah padat
industri perikanan UKM Surya Abon.
IV.
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
Bagan 1. Prosen Pengolahan Ikan dan Daging hingga
Pengolahan Limbah di UKM Surya Abon
B. Pembahasan
UKM Surya Abon adalah
salah satu home industry di
Yogyakarya yang mengolah beberapa hasil perikanan. UKM Surya Abon di Wiyoro
Kidul RT. 08 Baturetno Banguntapan
Kabupaten Bantul, Yogyakarta. Pemilik dari Surya Abon ini didirikan oleh Bapak
Agus. Surya Abon berdiri sejak tahun 1994 dengan total karyawan 8 orang yang
mana 4 orang dibagian produksi dan 4 orang sebagai pemasaran (sales). Produk
dari Surya Abon adalah abon daging sapi, abon daging ayam, abon tuna (bila ada
pemesanan), dan abon nabati (bila ada pemesanan). Pembuatan abon menggunakan bahan baku daging ayam, daging
sapi, dan ikan tuna. Ikan tuna diperoleh dalam keadaan segar dan utuh.
Limbah cair yang ada di UKM Surya Abon adalah berupa air
pencucian ikan dan air sisa dari proses perebusan daging, sedangkan limbah
padat berupa tulang, kulit, dan sirip. Pengolahan limbah cair di Surya Abon
dengan membuang limbah tersebut pada salurang pembuangan air (selokan), dapat
dilihat gambar 1.
Limbah
cair limbah industri perikanan pada umumnya mengandung beberapa parameter
diantaranya yaitu parameter BOD,COD, TSS, minyak dan lemak. Keseluruhan dari
beberapa parameter tersebut dibuang secara langsung ke badan air dan akan
mengakibatkan pencemaran air, oleh karena itu sebelum limbah cair ini dibuang
ke badan air maka diperlukan suatu pengolahan limbah cair terlebih dahulu
sehingga limbah cair yang dibuang pada badan air dapat atau sudah memenuhi
standar yang baik. Penuruan kadar atau tingat COD pada limbah air yang dapat
berupa air cucian dan air sisa rebusan daging ini dapat dilakukan dengan adanya
kombinasi perlakuak proses aerasi, ansorpsi, dan filtrasi. Pemberian kombinasi
perlakuan ini diharapkan dapar menurunkan kadar atau tingkat COD yang lebih
baik atau rendah. Angka atau nilai COD merupakan ukuran
bagi pencemaran air oleh zat organik yang secara alamiah dapat dioksidasikan
melalui proses mikroorganisme yang ada dalam air limbah (Sugiharto, 1987).
Pemanfaatan limbah
industri perikanan yang dihasilkan lengkap dengan cara pemanfaatannya di UKM
Surya Abon, antara lain :
1. Air
limbah cucian daging dan sisa air rebusan
daging digunakan sebagai pupuk organik bagi tanaman padi. Kandungan yang terdapat
dalam pupuk organik yaitu nitrogen 5-9%, fosfor 2-4%, kalium 2-7%, dan unsur mikro
lainnya, dilakukan dengan cara
mengalirkan air limbah cucian daging
dan sisa air rebusan daging pada saluran air (selokan)
, nantinya air limbah akan mengalir
langsung ke irigasi persawahan.
2. Limbah
jeroan atau isi perut, kulit, tulang,
dan kepala selama ini belum dimanfaatkan secara
maksimal, hanya dibuang ke tempat
pembuangan sampah. Hal ini bisa disebabkan karena belum
tersedianya peralatan maupun tenaga ahli.
Pengolahan dari limbah
cair yang dilakukan di UKM Surya Abon masih kurang baik dan belum memenuhi prosedur.
Pengolahan limbah cair yang berupa air cucian daging dan air sisa perebusan
daging yang kurang tepat dapat menimbulkan dampak negative bagi lingkungan
sekitar khususnya berdampak pada kesehatan masyrakat. Namun, menurut penuturan
dari ke pemiliki Surya Abon yang dibuang kealiran air yang akan digunakan untuk
mengairi sawah dapat memberikan dampak yang positif bagi tanaman yang ditanam
pada lahan pertanian dengan mengurangi pertumbuhan gulma yang akan mengganggu
pertumbuhan tanaman dilahan pertanian tersebut. Munculnya masalah kesehatan disebabkan
oleh kandungan BOD masih banyak sehinga muncul bakteri berbahaya (Sahubawa,
2011). Limbah cair industri perikanan mengandung padatan tersuspensi sebagai
sumber protein atau nitrogen yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber hara untuk
lahan pertanian.
Perilaku pengusaha
pengolahan ikan yang salah satunya pada UKM Surya Abon belum menerapkan prinsip
produksi yang bersih, hal ini dapat dilihat pada cara pengolahan limbah padat
yang berupa kulit, kepala, tulang, dan jeroan yang secara langsung dibuang pada
tempat sampah yang nantinya akan dibuang ke TPA dengan adanya penumpukan limbah
padat di tempat terbuka dapat menimbulkan bau yang kurang sedap. Timbulnya bau
yang kurang sedap ini dikarenakan adanya proses pembusukan
ikan menimbulkan gas yang tersebar oleh angin ke wilayah sekitar kawasan industri.
Kawasan industri yang dekat dengan kawasan pemukinan dapat menyebabkan
peningkatan bau tidak sedap, semakin besar dan semakin jauh dari kawasan
industri maka tingkat bau berkurangl (Setyo, 2013).
Limbah
ikan jika tidak dikelola dengan baik akan menyebabkan pencemaran dan menimbulkan
bau yang menyengat karena proses dekomposisi protein. Penyebab timbulnya bau
busuk pada limbah ikan adalah karena terjadi proses penguraian protein, ataupun
hasil - hasil peruraian protein dalam proses autolisis serta substansi - substansi
non nitrogen oleh bakteri. Proses ini menghasilkan pecahan - pecahan protein
sederhana dan berbau busuk seperti H2S, ammonia, indol, skatol dan
lain - lain (Fajrin, 2013).
Inovasi limbah padat
yang diterapkan di UKM Surya Abon ini belum diterapkan atau dimanfaatkan secara
maksimal, hal ini dikarenakan limbah padat yang dihasilkan pada UKM Surya Abon
selama ini hanya dibuang ke tempat pembuangan sampah.
V.
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Salah
satu industri pengolahan perikanan di D.I. Yogyakarta adalah UKM Surya Abon yang berlokasi
di Wiyoro Kidul RT. 08 Baturetno
Banguntapan Kabupaten Bantul, Yogyakarta
2. UKM Surya Abon ini memproduksi
olahan abon yang menghasilkan limbah cair maupun padat. Limbah cair berupa air
bekas pencucian daging dan sisa air perebusan daging, sedangkan limbah padat
berupa kulit, kepala, jeroan, dan tulang.
3. Penanganan
limbah cair dilakukan dengan membuang ke saluran
air, sedangkan limbah padat seperti kulit, kepala, jeroan, dan tulang dibuang pada tempat
pembuangan sampah.
B. Saran
Sebaiknya
dilakukan pengolahan limbah padat maupun cair sebelum dibuang ke lingkungan, karena dapat mencemari lingkungan dan air tanah yang
akan dipakai juga pada industri tersebut yang nantinya akan berpengaruh
terhadap mutu produk.
DAFTAR PUSTAKA
Aranaz, I. Mengibar, M. Harris, R.
Panos, I. Miralles, B. Acosta, N. Galed, G. and Heras, H. 2009. Functional
Characterization of Chitin and Chitosan. Chemical
Biology. 3. pp. 203 - 230.
Azwar, Azrul. 1996. Pengantar Ilmu
Kesehatan Lingkungan. PT. Mutiara Sumber Widya. Jakarta.
Baily,
A. J., N. D. Light. 1989. Genes, Biosynthesis and Degradation of Collagenin Connetive
tissue in Meat and Meat Products. Elsevier Applied Science, London.
Fahmi,
R. 1997. Isolasi dan Transformasi Kitin Menjadi Kitosan. Jurnal Kimia Andalas.
Fajrin, M. H., Thamrin.,
Saiful Bahri. 2013. Pengolahan Limbah Ikan Patin menjadi Biodiesel. Pusat
Penelitian Lingkungan Hidup Universitas Riau. Pekanbaru.
Fernandez, Kim. 2004. Physicochemical and Functional Properties of
Crawfish Chitosan as Affected by Different Processing Protocols.
Unpublished thesis (MSc). Louisiana State University.
Gintings, Perdana. Ir. 1992. Mencegah dan Mengendalikan Pencemaran
Industri. Edisi 1. Pustaka Sinar
Harapan. Jakarta.
Gonzales. 1996. Wastewater Treatment in
Fisheries Industry. FAO Fishery Technical Paper 335. Rome.
Junianto,
Haetami., Maulina. 2006. Produksi Gelatin Dari Tulang Ikan Dan Pemanfaatannya Sebagai
Bahan Dasar Pembuatan Cangkang Kapsul.
Kumirska, J. Czerwicka, M. Kaczynski, Z.
Bychowska, A. Brzozowski, K. Thoming, J. and Stepnowski. P. 2010. Application
of Spectroscopic Methods for Structural Analysis of Chitin and Chitosan. Marine
Drugs. 8. pp. 1567 - 1636.
Mahmoud, N.S., Ghaly, A.E. and Arab, F.
2007. Unconventional Approach for Demineralization of Deproteinized Crustacean
Shells for Chitin Production. American Journal of Biochemistry and
Biotechnology. 3 (1). pp. 1-9.
Metcalf dan Eddy. 1991. Wastewater
Engineering: Treatment, Disposal, and Reuse. 3rd Edition. McGraw Hill Inc.
Singapore.
Mincea, M. Negrulescu, A. and Ostafe, V.
2012. Preparation, Modification, and Applications of Chitin Nanowhiskers : a
review. Rev. Adv. Mater. Sci. 30. pp. 225-242.
Moeljanto.1979. Pemanfaatan Limbah Perikanan. Balai Penelitian
Teknologi Perikanan. Jakarta.
Mukhtasor. 2007. Pencemaran Pesisir dan
Laut. Pradnya Paramita, Jakarta.
Murniyati,
A. S., Sunarman. 2000. Pendinginan, Pembekuan dan Pengawetan Ikan. Penerbit
Kanisius. Yogyakarta.
Orias, A. 2008. Pemanfaatan Tepung Tulang Ikan Patin (Pangianus sp.) Sebagai
Sumber Kalsium Dan Fosfor Dalam Pembuatan Biskuit. Thesis. Pascasarjana
IPB. Bogor.
Perdana, G. 2007. Sistem Pengolahan Lingkungan
dan Limbah Industri. Yrama Widya. Bandung.
Sahubawa, L. 2011. Bahan Ajar 2011 :
Manajemen Limbah Industri Perikanan. Jurusan Perikanan. Fakultas Pertanian. Universitas
Gadjah Mada. Yogykarta.
Setyo, T. R, Purwanto.,
Bambang, Yulianto. 2013. Pengolahan Lingkungan Industri Pengolahan Limbah Fillet Ikan. Seminar Nasional Sumberdaya
Alam dan Lingkungan. Semarang.
Srijanto, B., 2003. Kajian pengembangan
teknologi proses produksi kitin dan kitosan secara kimiawi. Prosiding Seminar
Nasional Teknik Kimia Indonesia 1 : 1-5.
Sugiharto.
1987. Dasar – Dasar Pengelolaan Air Limbah. Universitas Indonesia. Jakarta.
Sulaeman, D. 2009. Makalah Pengelolaan
Limbah Industri disampaikan dalam penyusunan Pedoman Design Teknik IPAL.
Agroindustri. Bogor.
Tarwiyah. 2001. Prosedur
Analisa Kimia Komposisi Dan Kesegaran Ikan Lele. Penebar Swadaya. Jakarta.
Wibowo, T.S., Purwanto dan B. Yulianto.
2013. Pengelolaan lingkungan industri pengolahan limbah fillet ikan. Prosiding
Seminar Nasional Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan.