LAPORAN PRAKTIKUM
BIOKIMIA
REAKSI UJI PROTEIN
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Protein merupakan salah
satu unsur terpenting penyusun makhluk hidup. Seperti halnya unsur lainnya
seperti karbohidrat, protein juga memiliki sifat dan fungsi. Sifat-sifat dan fungsi protein
ditentukan oleh jenis dan urutan asam amino. Beberapa fungsi utama protein
dalam organisme kehidupan antara lain; sebagai bahan penyusun selaput sel dan dinding
sel, jaringan pengikat, pembentuk membran sel, mengangkut molekul-molekul lain
(hemoglobin) dan sebagai zat antibodi.
Di dalam kehidupan, protein
memegang peranan yang penting pula. Proses kimia dalam tubuh dapat berlangsung
dengan baik karena adanya enzim, suatu protein yang berfungsi sebagai
biokatalisator.
Kita dapat memperoleh
protein dari bahan makanan yang banyak mengandung protein, misalnya pada hewan
terkandung protein hewani, sedangkan pada tumbuhan terkandung protein nabati.
Protein
merupakan polipeptida berbobot molekul tinggi yang terdapat secara alami.
Polipeptida yang memiliki hanya asam amino saja digolongkan sebagai protein
sederhana. Protein terkonjugasi mengandung komponen bukan asam amino yang
dikenal sebagai gugus prostetik di samping kerangka utama asam amino.
Dalam ilmu Kimia, pencampuran atau penambahan
suatu senyawa dengan senyawa yang lain dikatakan bereaksi bila menunjukkan
adanya tanda terjadinya reaksi, yaitu: adanya perubahan warna, timbul gas, bau,
perubahan suhu, dan adanya endapan. Pencampuran yang tidak disertai dengan
tanda demikian, dikatakan tidak terjadi reaksi kimia. Ada beberapa reaksi khas
dari protein yang menunjukkan efek/tanda terjadinya reaksi kimia, yang
berbeda-beda antara pereaksi yang satu dengan pereaksi yang lainnya. Semisal
reaksi uji protein (albumin) dengan Biuret test yang menunjukkan perubahan
warna, belum tentu sama dengan pereaksi uji lainnya.
Untuk
membuktikan kebenaran teori tersebut maka dianggap penting melakukan percobaan
ini
1.2 Maksud dan Tujuan Percobaan
1.2.1 Maksud Percobaan
Untuk
mengetahui dan menguji kandungan protein
dalam senyawa sampel.
1.2.2 Tujuan Percobaan
- Untuk mengidentifikasi adanya protein dengan tes
biuret.
- Untuk mengidentifikasi adanya protein dengan tes
pengendapan logam.
- Untuk mengidentiikasi adanya protein dengan tes
pengendapan dengan alkohol.
1.3 Prinsip Percobaan
Reaksi Biuret Ikatan peptida yang menyusun protein dalam suasana basa
akan berwarna ungu dengan Cu. Pengendapan dengan Logam Reaksi ion logam dengan protein mengakibatkan terjadinya endapan. Pengendapan dengan Alkohol menyebabkan penurunan kelarutan protein akibat penambahan pelarut organik.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Protein adalah molekul raksasa yang terdiri dari
satuan-satuan kecil penyusunnya yang disebut asam amino yang tersusun dalam
urutan tertentu, dengan jumlah dan struktur tertentu. Molekul-molekul ini
merupakan bahan pembangun sel hidup. Protein yang paling sederhana terdiri atas
50 asam amino, tetapi ada beberapa protein yang memiliki ribuan asam amino. Hal
yang terpenting adalah ketidakhadiran, penambahan, atau penggantian satu saja
asam amino pada sebuah struktur protein dapat menyebabkan protein tersebut
menjadi gumpalan molekul yang tidak berguna. Setiap asam amino harus terletak
pada urutan yang benar dan struktur yang tepat (Poedjiadi, 1994).
Protein yang terdapat dalam makanan kita
dicernakan dalam lambung dan usus menjadi asam-asam amino, yang diabsorsi dan
dibawa oleh darah ke hati. Sebagian asam amino diambil oleh hati, sebagian lagi
diedarkan ke dalam jaringan-jaringan di luar hati. Protein dalam sel-sel tubuh
dibentuk dari asam amino. Bila ada kelebihan asam amino dari jumlah yang
digunakan untuk biosintesis protein, kelebihan asam amino akan diubah menjadi
asam keto yang dapat masuk kedalam siklus asam sitrat atau diubah menjadi urea.
Hati merupakan organ tubuh dimana terjadi reaksi katabolisme maupun anabolisme.
Asam amino yang dibuat dalam hati, maupun yang dihasilkan dari proses
katabolisme protein dibawa oleh darah ke dalam jaringan untuk digunakan. Asam
amino yang terdapat dalam darah berasal dari tiga sumber, yaitu absorpsi
melalui dinding usus, hasil penguraian protein dalam sel dan hasil sintesis
asam amino dalam sel (Poedjiadi, 1994).
Asam amino adalah monomer protein yang mempunyai dua gugus fungsi yaitu gugus
amino dan gugus hidroksil. Jumlah asam amino yang terdapat di alam ada beratus
– ratus jumlahnya, namun yang diketahui ikut membangun protein hanya sekitar 20
macam. Sifat asam amino antara lain memiliki titik leleh di atas 200 °C, larut
dalam senyawa polar dan tidak larut dalam senyawa nonpolar serta memiliki momen
dipol yang besar (Anonim a,
2011).
Beberapa Reaksi Uji Protein (Page, 1989) :
A. Percobaan berdasarkan reaksi warna:
1) Percobaan kadar-N
Kapur
natron, yaitu campuran NaOH dan Ca(OH)2 dalam tabung reaksi dengan larutan protein
dipanaskan. Keluarlah Amoniak dan Amina.Lakmus merah yang dibasahi menjadi
biru.
2) Reaksi Xantoprotein
Larutan asam nitrat pekat ditambahkan
dengan hati-hati ke dalam larutan protein. Setelah dicampur terjadi pengendapan
putih yang dapat berubah menjadikuning apabila dipanaskan.. reaksi yang terjadi
ialah nitrasi pada inti Benzen yang terdapata pada molekul protein. Jadi,
reaksi ini positif untuk protein, fenilalanin dan triptofan. Kulit kita bila
kena asam nitrat berwarna kuning, itu juga karena terjadi reaksi xantoprotein
ini.
3) Reaksi Millon
Pereaksi
Millon adalah larutan merkuro dan merkuri nitrat dalam asam nitrat, apabila
pereaksi ini ditambahkan pada larutan protein, akan menghasilkan endapan putih
yang dapat berubah menjadi merah oleh pemanasan. Pada dasarnya reaksi ini
positif untuk fenol-fenol, karena terbentuknya senyawa merkuri dengan gugus
hidroksifenil yang berwarna. Protein yang mengandung tirosin akan memberikan
reaksi positif.
4)
Reaksi Biuret
Larutan Protein + NaOH + CuSO4
lembayung Berlaku untuk senyawaan yang
mempunyai jumlah ikatan peptida > 1. Reaksi ini dapat dipakai untuk
penentuan protein secara kualitatif dan kuantitatif.
Beberapa
reaksi uji terhadap protein, tes biuret merupakan salah satu cara untuk
mengidentifikasi adanya protein, dalam larutan basa biuret memberikan warna
violet dengan CuSO4 karena akan terbentuk kompleks Cu2+
dengan gugus CO dan gugus NH dari rantai peptida dalam suasana basa.
Pengendapan dengan logam diketahui bahwa protein mempunyai daya untuk
menawarkan racun. Salting out, apabila terdapat garam-garam anorganik alam
presentase tinggi dalam larutan protein, maka kelarutan protein akan berkurang,
sehingga mengakibatkan pengendapan. Pengendapan dengan alkohol, penambahan
pelarut organik seperti aseton atau alkohol akan menurunkan kelarutan protein
pada kedudukan dan distribusi dari gugus hidrofil polar dan hidrofob polar di
dalam molekul hingga menghasilkan protein yang dipol (Tim Dosen Kimia, 2011).
Fungsi protein di dalam tubuh kita sangat banyak,
bahkan banyak dari proses pertumbuhan tubuh manusia dipengaruhi oleh protein
yang terkandung di dalam tubuh kita. Di bawah ini beberapa fungsi protein yaitu
(Anonim b, 2011):
a.
Sebagai enzim
Hampir semua reaksi biologis dipercepat atau
dibantu oleh suatu senyawa makromolekul spesifik yang disebut enzim, dari
reaksi yang
sangat sederhana seperti reaksi transportasi karbon dioksida sampai yang sangat rumit seperti replikasi kromosom. Protein besar peranannya terhadap perubahan-perubahan kimia dalam sistem biologis.
sangat sederhana seperti reaksi transportasi karbon dioksida sampai yang sangat rumit seperti replikasi kromosom. Protein besar peranannya terhadap perubahan-perubahan kimia dalam sistem biologis.
b.
Alat pengangkut dan penyimpan
Banyak molekul dengan MB kecil serta beberapa
ion dapat diangkut atau dipindahkan oleh protein-protein tertentu. Misalnya
hemoglobin mengangkut oksigen dalam eritrosit, sedangkan mioglobin mengangkut oksigen
dalam otot. Pengatur pergerakan Protein merupakan komponen utama daging,
gerakan otot terjadi karena adanya dua molekul protein yang saling bergeseran.
c.
Penunjang mekanis
Kekuatan dan daya tahan robek kulit dan tulang
disebabkan adanya kolagen, suatu protein berbentuk bulat panjang dan mudah
membentuk serabut. Pertahanan tubuh atau imunisasi Pertahanan tubuh biasanya
dalam bentuk antibodi, yaitu suatu protein khusus yang dapat mengenal dan
menempel atau mengikat benda-benda asing yang masuk ke dalam tubuh seperti
virus, bakteri, dan sel- sel asing lain.
d.
Media perambatan impuls syaraf
Protein yang mempunyai fungsi ini biasanya
berbentuk reseptor, misalnya rodopsin, suatu protein yang bertindak sebagai
reseptor
penerima warna atau cahaya pada sel-sel mata.
penerima warna atau cahaya pada sel-sel mata.
e.
Pengendalian pertumbuhan
Protein ini bekerja sebagai reseptor (dalam
bakteri) yang dapat mempengaruhi fungsi bagian-bagian DNA yang mengatur sifat
dan karakter bahan
Struktur asam amino secara umum adalah satu
atom C yang mengikat empat gugus: gugus amina (NH2),
gugus karboksil
(COOH), atom hidrogen
(H), dan satu gugus sisa (R, dari residue) atau disebut juga gugus atau
rantai samping yang membedakan satu asam amino dengan asam amino lainnya. Atom
C pusat tersebut dinamai atom Cα ("C-alfa") sesuai dengan
penamaan senyawa bergugus karboksil, yaitu atom C yang berikatan langsung
dengan gugus karboksil. Oleh karena gugus amina juga terikat pada atom Cα
ini, senyawa tersebut merupakan asam α-amino. Asam amino biasanya
diklasifikasikan berdasarkan sifat kimia rantai samping tersebut menjadi empat
kelompok. Rantai samping dapat membuat asam amino bersifat asam lemah, basa
lemah, hidrofilik jika polar, dan hidrofobik jika nonpolar (Anonim a, 2010).
Dari struktur umumnya, asam amino mempunyai dua
gugus pada tiap molekulnya, yaitu gugus amino dan gugus karboksil, yang
digambarkan sebagai struktur ion dipolar. Gugus amino dan gugus karboksil pada asam
amino menunjukkan sifat-sifat spesifiknya. Karena asam amino mengandung kedua
gugus tersebut, senyawa ini akan memberikan reaksi kimia yang yang mencirikan
gugus-gugusnya. Sebagai contoh adalah reaksi asetilasi dan esterifikasi. Asam
amino juga bersifat amfoter, yaitu dapat bersifat sebagai asam dan memberikan
proton kepada basa kuat, atau dapat bersifat sebagai basa dan menerima proton
dari basa kuat (Girindra, 1986).
Semua asam amino yang ditemukan pada protein
mempunyai ciri yang sama, gugus karboksil dan amino diikat pada atom karbon
yang sama. Masing-masing berbeda satu dengan yang lain pada gugus R-nya, yang
bervariasi dalam struktur, ukuran, muatan listrik, dan kelarutan dalam air.
Beberapa asam amino mempunyai reaksi yang spesifik yang melibatkan gugus R-nya
(Girindra, 1986).
Melalui reaksi hidrolisis protein telah
didapatkan 20 macam asam amino yang dibagi berdasarkan gugus R-nya, berikut
dijabarkan penggolongan tersebut : asam amino non-polar dengan gugus R yang
hidrofobik, antara lain Alanin, Valin, Leusin, Isoleusin, Prolin, Fenilalanin,
Triptofan dan Metionin. Golongan kedua yaitu asam amino polar tanpa muatan pada
gugus R yang beranggotakan Lisin, Serin, Treonin, Sistein, Tirosin, Asparagin
dan Glutamin. Golongan ketiga yaitu asam amino yang bermuatan positif pada
gugus R dan golongan keempat yaitu asam amino yang bermuatan negatif pada gugus
R. Dari ke-20 asam amino yang ada, dijumpai delapan macam asam amino esensial
yaitu valin, leusin, Isoleusin, metionin, Fenilalanin, Triptofan, Treonin, dan
Lisin. Asam amino essensial ini tidak bisa disintesis sendiri oleh tubuh
manusia sehingga harus didapatkan dari luar seperti makanan dan zat nutrisi
lainnya (Girindra, 1986).
BAB III
METODE PERCOBAAN
3.1 Bahan
Bahan
yang digunakan dalam percobaan ini adalah NaOH 2,5 M, CuSO4 0,01 M, HgCL2 0,2
M, (CH3COO)2Pb 0,2 M, Larutan albumin, HCl 0,1 M, NaOH 0,1 M, Etanol 95 % dan
buffer pH 4,7, larutan asam amino (glisin, asam aspartat, alanin, albumin).
3.2 Alat
Alat yang digunakan dalam percobaan
ini adalah tabung reaksi, rak tabung, pipet tetes, pipet skala, sikat tabung.
3.3 Prosedur Kerja
3.3.1 Tes Biuret
3 ml larutan protein
ditambah dengan 1 ml NaOH 2,5 M, dicampurkan dengan baik, ditambahkan dengan
setetes CuSO4 0,01 M kemudian dicampurkan, jika timbul warna, ditambahkan lagi
setetes atau lebih CuSO4, diulangi percobaan ini dengan menggunakan larutan
asam amino.
3.3.2 Pengendapan dengan Logam
3
ml larutan protein ditambahkan dengan 5 tetes HgCl2 0,2 M. Ulangi percobaan
dengan menggunakan (CH3COO)2Pb.
3.3.3 Pengendapan dengan Alkohol
Tabung I
diisi dengan 2,5 ml larutan albumin lalu ditambahkan dengan 0,5 ml HCl 0,1 M
dan3 ml etanol 95 %. Tabung II diisi dengan 2,5
ml larutan albumin lalu ditambahkan dengan 0,5 ml NaOH 0,1 M kemudian
ditambahkan dengan 3 ml Etanol 95 %. Tabung
III diisi dengan 2,5 ml larutan albumin lalu ditambahkan dengan 0,5 ml buffer
asetat pH 4,7 kemudian ditambahkan dengan 3 ml etanol 95 %.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari percobaan ini adalah sebagai
berikut:
1. Pada reaksi uji protein dengan tes Biuret
bereaksi positif dengan menghasilkan larutan yang berwarna violet/ungu.
2. Pada reaksi uji protein dengan penambahan
logam berat seperti logam Hg dan Pb bereaksi positif dengan adanya pengendapan.
3. Pada reaksi uji protein dengan pengendapan
alkohol bereaksi positif pada suasana asam dan basa serta tergantung pada pH
reaksi.
5.2 Saran
Untuk asisten dan laboratorium sudah baik, sedang
untuk percobaan mungkin bisa ditambahkan asam amino lain sebagai pembanding.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim a, 2011, Asam Amino. http://id.wikipedia.org/wiki/asam_amino,
diakses tanggal 21 oktober 2011,pukul 18.00 WITA.
Anonim b, 2011, Fingsi protein. http://chem-is-try.org/fungsi_protein
, diakses tanggal 28 oktober 2011,pukul 20.15 WITA.
Fessenden, Ralph J., Joan
S. Fessenden, 1997, Dasar-dasar Kimia
Organik, Binarupa Aksara, Jakarta.
Girindra, A., 1986, Biokimia I, Gramedia,
Jakarta.
Page, D., S., 1998, Prinsip-prinsip Biokimia, Erlangga,
Jakarta.
Poedjiadi, A., 1994, Dasar-dasar Biokimia, Universitas
Indonesia Press, Jakarta.
Tim Dosen Kimia., 2011, Penuntun Praktikum
Biokimia Umum, Laboratorium Biokimia, Universitas Hasanuddin, Makassar.
Winarno, F., G., 1991, Kimia Pangan dan Gizi, Gramedia Pustaka
Utama, Jakarta.
LEMBAR PENGESAHAN
Makassar, 26 Oktober 2011
Asisten
Praktikan
ASMAN KUMIK RR.DYAH RORO ARIWULAN
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
4.1.1 Tes Biuret
Larutan contoh
|
NaOH 2,5 M
|
CuSO4 0,01 M
|
CuSO4 0,01 M berlebih
|
Glisin
Alanin
Asam aspartat
Albumin
|
Bening
Bening
Bening
Bening
|
Biru
Biru
Bening
Bening keunguan
|
Biru
Biru tua
bening
Ungu muda(violet)
|
4.1.2 Pengendapan dengan Logam
No
|
Larutan contoh
|
HgCl2 0,2 M
|
(CH3COO)2Pb
|
1.
2.
3.
4.
|
Glisin
Alanin
Albumin
Asam Aspartat
|
Bening
Bening
Putih pekat + endapan putih
Bening
|
Bening
Bening
Putih kekuningan, pekat, endapan
Bening
|
4.1.3 Pengendapan dengan Alkohol
Larutan Contoh
|
Tabung I
|
Tabung II
|
Tabung III
|
Putih keruh
|
Terbentuk 2
lapisan
|
Terbentuk 2
Lapisan,
endapan
|
4.2 Reaksi
4.2.1 Tes Biuret
- Albumin
O O
ll ll
2
H2N - CH-C - NH-CH - C
- OH + 2 NaOH + CuSO4
R R n
CH -
C NH - CH
o
Cu2+
O
CH -
NH C - Cu
- Serin
2 CH - CH-COOH + 2 NaOH + CuSO4
l l
OH NH2
- Glisin
O O
H-CH-C-OH +
NaOH H-CH-C-ONa + H2O + CuSO4
NH2
NH2
- Alanin
H3C - CH-COOH + 2 NaOH +
CuSO4
l
NH2
4.2.2 Pengendapan dengan Logam
·
HgCl2
O O O
2H2N-CH-C - NH-CH-C -
NH-CH- C -OH + HgCl2
R R n
R
O O O
2H2N-CH-C -
NH-CH-C - NH-CH- C- O
R R n
R
Hg2+ + 2 HCl
O O O
2H2N-CH-C -
NH-CH-C - NH- CH- C - O
R R n
R
- Serin
CH2
– CH - COOH + HgCl2
l
l
OH NH2
- Glisin
H - CH-COOH + HgCl2
l
NH2
- Alanin
H3C-CH
– COOH + HgCl2
l
NH2
(CH3COO)2 Pb
O O
ll ll
2 H2N - CH-C - NH-CH -
C - OH + (CH3COO)2
Pb
R R n
O O
ll ll
H2N - CH-C –
NH–CH - C - O
R n
Pb6+ + H+ + CH3COO -
O O
ll ll
H2N - CH-C – N –
CH - C -
O
R R n
- Glisin
H - CH-COOH + (CH3COO)2
Pb
l
NH2
- Alanin
H3C-CH
– COOH + (CH3COO)2 Pb
l
NH2
4.2.3 Pengendapan dengan Alkohol
- NaOH
O O O
H2N-CH-C -
NH-CH-C - NH- CH- C –OH + OH-
R R n R
O O O
H2N-CH-C -
NH-CH-C - NH- CH- C –O- + C2H5OH
R R n R
O O O
H2N-CH-C -
NH-CH-C - NH- CH- C –OC2H5 + OH- + H2O
R R n
R
- HCl
O O O
H2N-CH-C -
NH-CH-C - NH- CH- C –OH + H+
R R n
R
O O O
H2N-CH-C -
NH-CH-C - NH- CH- C –+OH2
+ C2H5OH
R R n
R
O O O
H2N-CH-C -
NH-CH-C - NH- CH- C –OC2H5
+ H+ + H2O
R R n
R
- Buffer pH 4,7
O O O
H2N-CH-C - NH-CH-C - NH- CH- C –OH + C2H5
OH
R R n
R
O O O
H2N-CH-C -
NH-CH-C - NH- CH- C –OC2H5 + H2O
R R n
R
4.3 Pembahasan
4.3.1 Tes Biuret
Tes biuret merupakan
salah satu tes uji protein, bekerja pada suasana basa,
dan akan memberikan perubahan warna pada larutan yang diuji menjadi berwarna
violet dengan CuSO4 , karena terbentuk kimpleks Cu2+
dengan gugus CO dan gugus NH dari rantai peptida dalam suasana basa.
Pada tes biuret ini, penambahan NaOH 2,5 M
akan mengendapkan protein pada larutan Albumin, hal ini ditandai dengan
bertambah jernihnya larutan albumin yang keruh. Pada larutan asam amino,
penambahan NaOH 2,5 M tidak menyebabkan perubahan yang berarti. Pada penambahan
CuSO4 0,01 M sebanyak 1 tetes menyebabkan larutan albumin mengalami
perubahan yaitu larutan ini tidak tercampur dengan baik dan perubahan warna
menjadi ungu muda atau violet hanya pada permukaan saja, sedangkan pada larutan
asam amino glisin dan alanin terjadi perubahan warna pada permukaanya yaitu
berwarna biru, sedangkan pada serin tidak terjadi perubahan warna. Hal ini disebabkan karena glisin dan
alanin mengandung gugus hidroksil yang dapat membentuk kompleks dengan Cu2+. Warna biru makin pekat dengan penambahan CuSO4 berlebih.
Setelah dilakukan penambahan CuSO4 0,01 M berlebih, terjadi perubahan pada semua
larutan, baik pada larutan albumin maupun larutan asam amino. Larutan albumin
berwarna ungu muda, dan asam amino yang lain (Serin, Glisin, Alanin,) berwarna
biru muda.
4.3.2 Pengendapan dengan Logam
Diketahui bahwa protein
mampu menawarkan racun karena asam amino yang merupakan penyusun suatu protein
dapat mengikat logam seperti Hg (merkuri klorida) dan Pb (timbal asetat), racun
atau logam yang terikat dalam reaksi ini ditandai dengan adanya endapan putih.
Pada reaksi ini, albumin ditambahkan
dengan HgCl2 . Pada penambahan ini larutan berubah dari
bening menjadi putih pekat. Hal ini disebabkan karena adanya kemampuan protein
atau asam amino untuk berikatan dengan ion logam di atas titik isoelektriknya.
Kemampuan ini disebabkan karena pada saat pH berada di atas titik isoelektrik
protein atau asam amino, maka ia akan bermuatan negatif sehingga mampu mengikat
ion logam yang bermuatan positif. Berdasarkan teori, titik isoelktrik albumin
adalah : 4,55-4,90, alanin 6,00 , glisin
5,97 dan serin 5,68 (titik isoelektrik adalah keadaan pH dimana protein
/asam amino memiliki jumlah muatan positif dan negatif yang sama). Adanya
pertambahan ion logam menyebabkan putusnya jembatan disulfida dan ikatan
kovalen S-S pada protein yang mengandung gugus sulfuhidril.
Dengan adanya endapan saat
penambahan albumin dan glisin dengan (CH3COO)2 Pb menunjukkan
bahwa protein dan asam amino dapat bertindak sebagai antidotum/penawar racun
pada keracunan logam berat seperti Hg dan Pb. Sedangkan untuk asam amino
seperti asam aspartat, serin, dan alanin tidak membentuk endapan karena suasana
larutan masih berada di bawah titik isoelektrik kedua asam amino tersebut, sehingga
asam amino yang bermuatan positif tidak mampu berikatan dengan ion logam yang
bermuatan positif pula. Selain itu, ketiga jenis asam amino tersebut tidak
mengandung gugus sulfuhidril.
4.3.3 Pengendapan dengan Alkohol
Penambahan alkohol yang merupakan
pelarut organik akan menurunkan kelarutan protein, karena kelarutaan suatu
protein tergantung dari kedudukan dan distribusi dari gugus hidrofil polar dan
hidrofob polar pada molekul. Mampu mengendapkan logam dalam suasan asam dan
pada pH 4,7 yang merupakan titik isoelektrik.
Pada
reaksi pengendapan dengan alkohol, larutan albumin akan membentuk endapan yang
disebabkan karena adanya gugus hidrofobik polar (yang menarik gugus non-polar)
didalam molekul protein dan menghasilkan protein dipol. Menurut teori, albumin + HCl dan albumin + NaOH
membentuk larutan bening sedangkan albumin + buffer asetat pH 4,7 agak keruh.
Hal ini disebabkan karena pada pH 4,7 merupakan titik isoelektrik albumin.
Titik isoelektrik merupakan pH dimana kelarutn protein minimum karena jumlah
ion positif dan ion negatif sama sehingga penambahan senyawa organik seperti
aseton dan alkohol yang bersifat nonpolar (muatan = 0) cenderung menurunkan
kelarutan protein. Sedangkan dengan penambahan asam atau basa menyebabkan
larutan albumin kelihatan agak bening, hal ini menandakan naiknya kelarutan
albumin. Hal ini berdasarkan sifat protein yang amfoter (protein dalam suasana
pelarut yang bersifat asam akan bertindak sebagai basa dan dalam suasana
pelarut yang bersifat basa akan bertindak sebagai asam).
LAMPIRAN
Bagan Kerja
·
Tes Biuret
ulangi percobaan di atas dengan menggunakan
larutan asam amino.
·
|
|
|
Pengendapan Dengan Logam
Ulangi percobaan diatas dengan menggunakan
(CH3COO)2Pb dan mengganti larutan albumin dengan larutan
asam amino.
·
Pengendapan Dengan Alkohol
Tabung Larutan
|
I
|
II
|
III
|
Albumin
|
2,5 ml
|
2,5 ml
|
2,5 ml
|
HCL 0,1 M
|
0,5 ml
|
-
|
-
|
NaOH 0,1 M
|
-
|
0,5 ml
|
-
|
Buffer asetat pH 4,7
|
-
|
-
|
0,5 ml
|
Etanol 95%
|
3 ml
|
3 ml
|
3 ml
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar