Jumat, 17 Oktober 2014

LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA PENGUJIAN ENZIM

Hello ketemu lagi dengan mimin yang selalu mem-posting laporan buat mahasiswa keche haha.. ini dia mimin posting laporan dari jurusan seberang,cekidot....

TUJUAN 

1. Mengetahui kecepatan reaksi enzim nitrat reduktase pada tanaman budidaya dan tanaman non budidaya
2. Mengetahui titik akromatik enzim amilase dari kecambah jagung dan kecambah kacang hijau.
3. Mengetahui pengaruh suhu dan pH terhadap aktivitas enzim.

Enzim adalah senyawa probiotik yang dapat mempercepat atau mengkatalis reaksi kimia. Enzim berperan dalam mengubah laju reaksi, sehingga kecepatan reaksi yang dihasilkan dapat dijadikan ukuran keaktifan enzim(Gaman dan Sherington, 1992). Karena enzim adalah protein, maka enzim dalam pakan rentan terdenaturasi atau rusak oleh enzim pencernaan atau sesuatu yang dapat mengubah struktur enzim (Yangel, 2004).
 Ciri – Ciri Enzim
  1. Biokatalisator : enzim hanya dihasilkan oleh sel-sel mahkluk hidup yang digunakan untuk mempercepat proses reaksi dalam jaringan.(Montgomery, 1993).
  2. Protein : sifat-sifat enzim sama dengan protein yaitu dapat rusak pada suhu yang tinggi dan dipengaruhi pH
  3. Bekerja Secara Khusus : enzim tertentu hanya dapat mempengaruhi reaks tertentu, tidak dapat mempengaruhi raeksi lainnya. Zat yang terpengaruhi oleh enzim tersebut substrat. Substrat adalah zat yang bereaksi. Oleh karena macam zat yang bereaksi di dalam sel sangat banyak, maka macam enzim pun banyak
  4. Dapat Digunakan Berulang Kali: dapat digunakan berulang kali karena enzim tidak berubah pada saat terjadi reaksi. Satu molekul enzim dapat bekerja berkali-kali selama enzim itu tidak rusak. (bohinsky, 1973)
  5. Rusak Oleh Panas : enzim rusak oleh panas karena merupakan suatu protein . Rusaknya enzim oleh panas disebut denaturasi jika telah rusak enzim tidak dapat bekerja lagi.
  6. Tidak Ikut Bereaksi : Enzim mampu meningkatkan reaksi kimia tetap tidak diubah oleh reaksi yang dikatalisnya serta tidak mengubah oleh reaksi yang dikatalisnya serta tidak mengubah kedudukan normal dari kesetimbangan kimia. pH dan temperatur mempengaruhi aktivitas enzim (Toha, 1993).
  7. Bekerja Dapat Balik : suatu enzim dapat bekerja menguraikan suatu senyawa menjadi senyawa-senyawa lain dan sebaliknya dapat pula bekerja menyusun senyawa-senyawa itu menjadi senyawa semula.
  8. Kerja Enzim Dipengaruhi Faktor Lingkungan :

Struktur Enzim.
Enzim merupakan protein yang tersusun atas asam – asam amino. Kebanyakan enzim berukuran lebih besar dari substratnya.akan tetapi,hanya daerah tertentu dari molekul enzim tersebut yang berikatan dengan substrat, yaitu bagian yang disebut dengan sisi aktif (active side)
Bagian protein dari enzim disebut apo-enzim, sedangkan enzim keseluruhannya disebut haloenzim.
Bagian protein ( tak aktif )          +          non-protein                   = haloenzim ( aktif )
            ( apoenzim)                          ( gugus protestik )


Jika tidak ada enzim, atau aktivitas enzim terganggu maka reaksi metabolisme sel akan terhambat hingga pertumbuhan sel juga terganggu.Reaksi-reaksi enzimatik dibutuhkan agar bakteri dapat memperoleh makanan/ nutrient dalam keadaan terlarut yang dapat diserap ke dalam sel, memperoleh energi Kimia yang digunakan untuk biosintesis, perkembangbiakan, pergerakan, dan lain-lain.
Amilase adalah enzim hidrolitik yang menghidrolisis polimer glukose yang mengandung ikatan α(1à4). Amilum dan glikogen adalah polimer khas semacam ini. Polimer glukose yang mengandung ikatan β(1à4) glikosidik seperti sellulose adalah bukan substrat amilase tidak memenuhi persyaratan stereospesifik dari amilase. Produk pencernaan amilase dari dan glikogen bervariasi menurut sifat ekstrak substrat namun pembentukan beberapa gula pereduksi merupakan kegiatan khas amilase. Amilase ludah mengandung ikatan β(1à4) glikosidik (Soedarmo, 1989).
 Pada Enzim amilase dapat memecah ikatan pada amilum hingga terbentuk maltosa.Ada tiga macam enzim amilase, yaitu α amilase, β amilase dan γ amilase. Yang terdapat dalam saliva (ludah) dan pankreas adalah α amilase (dheeran, 2009). Enzim ini memecah ikatan 1-4 yang terdapat dalam amilum dan disebut endo amilase sebab enzim ini bagian dalam atau bagian tengah molekul amilum (Poedjiadi, 1994).



PEMBAHASAN
Klasifikasi enzim:
a)        Golongan I Oksidoreduktase
Enzim yang ternasuk dalam golongan ini dapat dibagi dalam dua bagian yaitu dehidrogenase dan oksidase.
b)        Golongan II Transferase
Enzim yang termasuk golongan ini bekerja sebagai katalis pada reaksi pemindahan suatu gugus dari suatu senyawa kepada senyawa lain. Beberapa contoh enzim yang termasuk golongan ini adalah meeetiltransferase, hidroksimetiltransferase, karboksiltransferase, asiltransferase dan aminotrandferase atau disebut juga transminase (Anna Poedjiadi, 1994).
c)        Golongan III Hidrolase
Enzim ini bekerja sebagai katalis pada reaksi hidrolisis. Beberapa enzim dalam kelompok ini ialah esterase, lipase, pofatase, amylase, aminopepetidase, karboksipeptidase, pepsin, tripsin, kimotripsin.
d)       Golongan IV Liase
Enzim yang termasuk golongan ini mempunyai peranan penting dalam reaksi pemindahan suatu gugus dari satu substrat (bukan cara hidrolisis) atau sebaliknya. Contoh enzim golongan ini natara lain dekarboksilase, aldolase, hidratase.
e)        Golongan V Isomerase
Enzim yang termasuk golongan ini bekerja pada reaksi perubahan intramolekuler, misalnya rekasi perubahan glukosa menjadi fruktosa, perubahan senyawa L menjadi senyawa D, senyawa sis menjadi senyawa trans dan lain-lain. Contoh enzim yang termasuk golongan ini antara lain ribolosafosfat ipomerase dan glukosafosfat isomerase.
f)         Golongan VI Ligase
Enzim yang termasuk golongan ini bekerja pada reaksi-reaksi penggabungan dua molekul. Oleh karenanya enzim tersebut juga dinamakan sintesa. Ikatan yang terbentuk anatara penggabungan tersebut adalah ikatan C-O, C-S, C-N atau C-C. contoh enzim golongan ini antara lain glutamine sintetase dan piruvat karboksilase.


Titik akromatis adalah titik dimana sudah tidak terjadi  perubahan warna lagi. Titik akromatis bisa diartikan sebagai titik dimana terjadi perubahan kimia dari polisakarida menjadi monosakarida. (Michael J. Pelczar.2006)




Bohinsky, r.c., 1973. Modern concepts in biochemistry, 3 edition. Allyn and bacon, inc, London.
Dheeran, P., Kumar, S., Jaiswal JY., Adhikari, DK. 2009. Characterization of hyperthermostable α‐amylase. from Geobacillus sp. IIPTN. Appl Microbiol Biotechnol
Gaman, P.M. dan Sherington. 1992. Ilmu Pangan. PAU Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Motgomery, A. 1993. Bertanam Kacang Kedelai. Penebar Swadaya, Jakarta
Poedjiadi, Anna dan Supriyatin, Titin. 1994. Dasar-dasar Biokimia. Jakarta : Universitas Indonesia.

Toha, M.R.H. 1993. Legumes : Chemistry, Technology, and Human Nutrition. Marcel Dekker, Inc., New York.

Yangel, O. 2004. Food Legume. Tropical Product Institut, Lodon.


Soedarmo, D. 1989. Biokimia Umum. Institut Pertanian Bogor. Bogor.


LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA PROTEIN UGM

LAPORAN PRAKTIKUM
BIOKIMIA

REAKSI UJI PROTEIN

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Protein merupakan salah satu unsur terpenting penyusun makhluk hidup. Seperti halnya unsur lainnya seperti karbohidrat, protein juga memiliki sifat  dan fungsi. Sifat-sifat dan fungsi protein ditentukan oleh jenis dan urutan asam amino. Beberapa fungsi utama protein dalam organisme kehidupan antara lain; sebagai bahan penyusun selaput sel dan dinding sel, jaringan pengikat, pembentuk membran sel, mengangkut molekul-molekul lain (hemoglobin) dan sebagai zat antibodi.
Di dalam kehidupan, protein memegang peranan yang penting pula. Proses kimia dalam tubuh dapat berlangsung dengan baik karena adanya enzim, suatu protein yang berfungsi sebagai biokatalisator.
Kita dapat memperoleh protein dari bahan makanan yang banyak mengandung protein, misalnya pada hewan terkandung protein hewani, sedangkan pada tumbuhan terkandung protein nabati.
Protein merupakan polipeptida berbobot molekul tinggi yang terdapat secara alami. Polipeptida yang memiliki hanya asam amino saja digolongkan sebagai protein sederhana. Protein terkonjugasi mengandung komponen bukan asam amino yang dikenal sebagai gugus prostetik di samping kerangka utama asam amino.
Dalam ilmu Kimia, pencampuran atau penambahan suatu senyawa dengan senyawa yang lain dikatakan bereaksi bila menunjukkan adanya tanda terjadinya reaksi, yaitu: adanya perubahan warna, timbul gas, bau, perubahan suhu, dan adanya endapan. Pencampuran yang tidak disertai dengan tanda demikian, dikatakan tidak terjadi reaksi kimia. Ada beberapa reaksi khas dari protein yang menunjukkan efek/tanda terjadinya reaksi kimia, yang berbeda-beda antara pereaksi yang satu dengan pereaksi yang lainnya. Semisal reaksi uji protein (albumin) dengan Biuret test yang menunjukkan perubahan warna, belum tentu sama dengan pereaksi uji lainnya.
Untuk membuktikan kebenaran teori tersebut maka dianggap penting melakukan percobaan ini

1.2 Maksud dan Tujuan Percobaan
1.2.1 Maksud Percobaan
            Untuk mengetahui dan menguji kandungan protein dalam senyawa sampel.
1.2.2 Tujuan Percobaan
  1. Untuk mengidentifikasi adanya protein dengan tes biuret.
  2. Untuk mengidentifikasi adanya protein dengan tes pengendapan logam.
  3. Untuk mengidentiikasi adanya protein dengan tes pengendapan dengan alkohol.

1.3 Prinsip Percobaan
Reaksi Biuret Ikatan peptida yang menyusun protein dalam suasana basa akan berwarna ungu dengan Cu. Pengendapan dengan Logam Reaksi ion logam dengan protein mengakibatkan terjadinya endapan. Pengendapan dengan Alkohol menyebabkan penurunan kelarutan protein akibat penambahan pelarut organik.
 
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

            Protein adalah molekul raksasa yang terdiri dari satuan-satuan kecil penyusunnya yang disebut asam amino yang tersusun dalam urutan tertentu, dengan jumlah dan struktur tertentu. Molekul-molekul ini merupakan bahan pembangun sel hidup. Protein yang paling sederhana terdiri atas 50 asam amino, tetapi ada beberapa protein yang memiliki ribuan asam amino. Hal yang terpenting adalah ketidakhadiran, penambahan, atau penggantian satu saja asam amino pada sebuah struktur protein dapat menyebabkan protein tersebut menjadi gumpalan molekul yang tidak berguna. Setiap asam amino harus terletak pada urutan yang benar dan struktur yang tepat (Poedjiadi, 1994).
Protein yang terdapat dalam makanan kita dicernakan dalam lambung dan usus menjadi asam-asam amino, yang diabsorsi dan dibawa oleh darah ke hati. Sebagian asam amino diambil oleh hati, sebagian lagi diedarkan ke dalam jaringan-jaringan di luar hati. Protein dalam sel-sel tubuh dibentuk dari asam amino. Bila ada kelebihan asam amino dari jumlah yang digunakan untuk biosintesis protein, kelebihan asam amino akan diubah menjadi asam keto yang dapat masuk kedalam siklus asam sitrat atau diubah menjadi urea. Hati merupakan organ tubuh dimana terjadi reaksi katabolisme maupun anabolisme. Asam amino yang dibuat dalam hati, maupun yang dihasilkan dari proses katabolisme protein dibawa oleh darah ke dalam jaringan untuk digunakan. Asam amino yang terdapat dalam darah berasal dari tiga sumber, yaitu absorpsi melalui dinding usus, hasil penguraian protein dalam sel dan hasil sintesis asam amino dalam sel (Poedjiadi, 1994).
Asam amino adalah monomer protein yang mempunyai dua gugus fungsi yaitu gugus amino dan gugus hidroksil. Jumlah asam amino yang terdapat di alam ada beratus – ratus jumlahnya, namun yang diketahui ikut membangun protein hanya sekitar 20 macam. Sifat asam amino antara lain memiliki titik leleh di atas 200 °C, larut dalam senyawa polar dan tidak larut dalam senyawa nonpolar serta memiliki momen dipol yang besar (Anonim a, 2011).
Beberapa Reaksi Uji Protein  (Page, 1989) :
A.    Percobaan berdasarkan reaksi warna:
1)      Percobaan kadar-N
Kapur natron, yaitu campuran NaOH dan Ca(OH)2  dalam tabung reaksi dengan larutan protein dipanaskan. Keluarlah Amoniak dan Amina.Lakmus merah yang dibasahi menjadi biru.
2)      Reaksi Xantoprotein
Larutan asam nitrat pekat ditambahkan dengan hati-hati ke dalam larutan protein. Setelah dicampur terjadi pengendapan putih yang dapat berubah menjadikuning apabila dipanaskan.. reaksi yang terjadi ialah nitrasi pada inti Benzen yang terdapata pada molekul protein. Jadi, reaksi ini positif untuk protein, fenilalanin dan triptofan. Kulit kita bila kena asam nitrat berwarna kuning, itu juga karena terjadi reaksi xantoprotein ini.
3)      Reaksi Millon
Pereaksi Millon adalah larutan merkuro dan merkuri nitrat dalam asam nitrat, apabila pereaksi ini ditambahkan pada larutan protein, akan menghasilkan endapan putih yang dapat berubah menjadi merah oleh pemanasan. Pada dasarnya reaksi ini positif untuk fenol-fenol, karena terbentuknya senyawa merkuri dengan gugus hidroksifenil yang berwarna. Protein yang mengandung tirosin akan memberikan reaksi positif.
4)      Reaksi Biuret
            Larutan Protein + NaOH + CuSO4                 lembayung                   Berlaku untuk senyawaan yang mempunyai jumlah ikatan peptida > 1. Reaksi ini dapat dipakai untuk penentuan protein secara kualitatif dan kuantitatif.
            Beberapa reaksi uji terhadap protein, tes biuret merupakan salah satu cara untuk mengidentifikasi adanya protein, dalam larutan basa biuret memberikan warna violet dengan CuSO4 karena akan terbentuk kompleks Cu2+ dengan gugus CO dan gugus NH dari rantai peptida dalam suasana basa. Pengendapan dengan logam diketahui bahwa protein mempunyai daya untuk menawarkan racun. Salting out, apabila terdapat garam-garam anorganik alam presentase tinggi dalam larutan protein, maka kelarutan protein akan berkurang, sehingga mengakibatkan pengendapan. Pengendapan dengan alkohol, penambahan pelarut organik seperti aseton atau alkohol akan menurunkan kelarutan protein pada kedudukan dan distribusi dari gugus hidrofil polar dan hidrofob polar di dalam molekul hingga menghasilkan protein yang dipol (Tim Dosen Kimia, 2011).
Fungsi protein di dalam tubuh kita sangat banyak, bahkan banyak dari proses pertumbuhan tubuh manusia dipengaruhi oleh protein yang terkandung di dalam tubuh kita. Di bawah ini beberapa fungsi protein yaitu (Anonim b, 2011):
a.       Sebagai enzim
Hampir semua reaksi biologis dipercepat atau dibantu oleh suatu senyawa makromolekul spesifik yang disebut enzim, dari reaksi yang
sangat sederhana seperti reaksi transportasi karbon dioksida sampai yang sangat rumit seperti replikasi kromosom. Protein besar peranannya terhadap perubahan-perubahan kimia dalam sistem biologis.
b.      Alat pengangkut dan penyimpan
Banyak molekul dengan MB kecil serta beberapa ion dapat diangkut atau dipindahkan oleh protein-protein tertentu. Misalnya hemoglobin mengangkut oksigen dalam eritrosit, sedangkan mioglobin mengangkut oksigen dalam otot. Pengatur pergerakan Protein merupakan komponen utama daging, gerakan otot terjadi karena adanya dua molekul protein yang saling bergeseran.
c.       Penunjang mekanis
Kekuatan dan daya tahan robek kulit dan tulang disebabkan adanya kolagen, suatu protein berbentuk bulat panjang dan mudah membentuk serabut. Pertahanan tubuh atau imunisasi Pertahanan tubuh biasanya dalam bentuk antibodi, yaitu suatu protein khusus yang dapat mengenal dan menempel atau mengikat benda-benda asing yang masuk ke dalam tubuh seperti virus, bakteri, dan sel- sel asing lain.
d.      Media perambatan impuls syaraf
Protein yang mempunyai fungsi ini biasanya berbentuk reseptor, misalnya rodopsin, suatu protein yang bertindak sebagai reseptor
penerima warna atau cahaya pada sel-sel mata.
e.       Pengendalian pertumbuhan
Protein ini bekerja sebagai reseptor (dalam bakteri) yang dapat mempengaruhi fungsi bagian-bagian DNA yang mengatur sifat dan karakter bahan
Struktur asam amino secara umum adalah satu atom C yang mengikat empat gugus: gugus amina (NH2), gugus karboksil (COOH), atom hidrogen (H), dan satu gugus sisa (R, dari residue) atau disebut juga gugus atau rantai samping yang membedakan satu asam amino dengan asam amino lainnya. Atom C pusat tersebut dinamai atom Cα ("C-alfa") sesuai dengan penamaan senyawa bergugus karboksil, yaitu atom C yang berikatan langsung dengan gugus karboksil. Oleh karena gugus amina juga terikat pada atom Cα ini, senyawa tersebut merupakan asam α-amino. Asam amino biasanya diklasifikasikan berdasarkan sifat kimia rantai samping tersebut menjadi empat kelompok. Rantai samping dapat membuat asam amino bersifat asam lemah, basa lemah, hidrofilik jika polar, dan hidrofobik jika nonpolar (Anonim a, 2010).
Dari struktur umumnya, asam amino mempunyai dua gugus pada tiap molekulnya, yaitu gugus amino dan gugus karboksil, yang digambarkan sebagai struktur ion dipolar. Gugus amino dan gugus karboksil pada asam amino menunjukkan sifat-sifat spesifiknya. Karena asam amino mengandung kedua gugus tersebut, senyawa ini akan memberikan reaksi kimia yang yang mencirikan gugus-gugusnya. Sebagai contoh adalah reaksi asetilasi dan esterifikasi. Asam amino juga bersifat amfoter, yaitu dapat bersifat sebagai asam dan memberikan proton kepada basa kuat, atau dapat bersifat sebagai basa dan menerima proton dari basa kuat (Girindra, 1986).
Semua asam amino yang ditemukan pada protein mempunyai ciri yang sama, gugus karboksil dan amino diikat pada atom karbon yang sama. Masing-masing berbeda satu dengan yang lain pada gugus R-nya, yang bervariasi dalam struktur, ukuran, muatan listrik, dan kelarutan dalam air. Beberapa asam amino mempunyai reaksi yang spesifik yang melibatkan gugus R-nya (Girindra, 1986).
Melalui reaksi hidrolisis protein telah didapatkan 20 macam asam amino yang dibagi berdasarkan gugus R-nya, berikut dijabarkan penggolongan tersebut : asam amino non-polar dengan gugus R yang hidrofobik, antara lain Alanin, Valin, Leusin, Isoleusin, Prolin, Fenilalanin, Triptofan dan Metionin. Golongan kedua yaitu asam amino polar tanpa muatan pada gugus R yang beranggotakan Lisin, Serin, Treonin, Sistein, Tirosin, Asparagin dan Glutamin. Golongan ketiga yaitu asam amino yang bermuatan positif pada gugus R dan golongan keempat yaitu asam amino yang bermuatan negatif pada gugus R. Dari ke-20 asam amino yang ada, dijumpai delapan macam asam amino esensial yaitu valin, leusin, Isoleusin, metionin, Fenilalanin, Triptofan, Treonin, dan Lisin. Asam amino essensial ini tidak bisa disintesis sendiri oleh tubuh manusia sehingga harus didapatkan dari luar seperti makanan dan zat nutrisi lainnya (Girindra, 1986).







BAB III
METODE PERCOBAAN

3.1 Bahan
            Bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah NaOH 2,5 M, CuSO4 0,01 M, HgCL2 0,2 M, (CH3COO)2Pb 0,2 M, Larutan albumin, HCl 0,1 M, NaOH 0,1 M, Etanol 95 % dan buffer pH 4,7, larutan asam amino (glisin, asam aspartat, alanin, albumin).         

3.2 Alat
            Alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah tabung reaksi, rak tabung, pipet tetes, pipet skala, sikat tabung.

3.3 Prosedur Kerja
3.3.1 Tes Biuret
            3 ml larutan protein ditambah dengan 1 ml NaOH 2,5 M, dicampurkan dengan baik, ditambahkan dengan setetes CuSO4 0,01 M kemudian dicampurkan, jika timbul warna, ditambahkan lagi setetes atau lebih CuSO4, diulangi percobaan ini dengan menggunakan larutan asam amino.
3.3.2 Pengendapan dengan Logam
            3 ml larutan protein ditambahkan dengan 5 tetes HgCl2 0,2 M. Ulangi percobaan dengan menggunakan (CH3COO)2Pb.
3.3.3 Pengendapan dengan Alkohol
Tabung I diisi dengan 2,5 ml larutan albumin lalu ditambahkan dengan 0,5 ml HCl 0,1 M dan3 ml etanol 95 %. Tabung II diisi dengan 2,5 ml larutan albumin lalu ditambahkan dengan 0,5 ml NaOH 0,1 M kemudian ditambahkan dengan 3 ml Etanol 95 %. Tabung III diisi dengan 2,5 ml larutan albumin lalu ditambahkan dengan 0,5 ml buffer asetat pH 4,7 kemudian ditambahkan dengan 3 ml etanol 95 %.




















BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
            Adapun kesimpulan dari percobaan ini adalah sebagai berikut:
1.      Pada reaksi uji protein dengan tes Biuret bereaksi positif dengan menghasilkan larutan yang berwarna violet/ungu.
2.      Pada reaksi uji protein dengan penambahan logam berat seperti logam Hg dan Pb bereaksi positif dengan adanya pengendapan.
3.      Pada reaksi uji protein dengan pengendapan alkohol bereaksi positif pada suasana asam dan basa serta tergantung pada pH reaksi.

5.2 Saran
            Untuk asisten dan laboratorium sudah baik, sedang untuk percobaan mungkin bisa ditambahkan asam amino lain sebagai pembanding.










DAFTAR PUSTAKA

Anonim a, 2011, Asam Amino. http://id.wikipedia.org/wiki/asam_amino, diakses tanggal 21 oktober 2011,pukul 18.00 WITA.

Anonim b, 2011, Fingsi protein. http://chem-is-try.org/fungsi_protein , diakses tanggal 28 oktober 2011,pukul 20.15 WITA.

Fessenden, Ralph J., Joan S. Fessenden, 1997, Dasar-dasar Kimia Organik, Binarupa Aksara, Jakarta.

Girindra, A., 1986, Biokimia I, Gramedia, Jakarta.
Page, D., S., 1998, Prinsip-prinsip Biokimia, Erlangga, Jakarta.
Poedjiadi, A., 1994, Dasar-dasar Biokimia, Universitas Indonesia Press, Jakarta.
Tim Dosen Kimia., 2011, Penuntun Praktikum Biokimia Umum, Laboratorium Biokimia, Universitas Hasanuddin, Makassar.

Winarno, F., G., 1991, Kimia Pangan dan Gizi, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.












LEMBAR PENGESAHAN














Makassar, 26  Oktober 2011

      Asisten                                                                 Praktikan




ASMAN KUMIK                                         RR.DYAH RORO ARIWULAN

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
4.1.1  Tes Biuret 
Larutan contoh
NaOH 2,5 M
CuSO4 0,01 M
CuSO4 0,01 M berlebih
Glisin
Alanin
Asam aspartat
Albumin
Bening
Bening
Bening
Bening
Biru
Biru
Bening
Bening keunguan
Biru
Biru tua
bening
Ungu muda(violet)

4.1.2 Pengendapan dengan Logam
No
Larutan contoh
HgCl2  0,2 M
(CH3COO)2Pb
1.
2.
3.

4.
Glisin
Alanin
Albumin

Asam Aspartat
Bening
Bening
Putih pekat + endapan putih
Bening
Bening
Bening
Putih kekuningan, pekat, endapan
Bening

4.1.3  Pengendapan dengan Alkohol
Larutan Contoh
Tabung I
Tabung II
Tabung III

Putih keruh
Terbentuk 2
lapisan
Terbentuk 2
Lapisan, endapan

4.2  Reaksi
4.2.1 Tes Biuret
  • Albumin
                                 O              O                  
                                 ll                  ll                   
2  H2N - CH-C - NH-CH - C  - OH + 2 NaOH + CuSO4
                         R                 R      n     

                                 CH  -  C          NH  -  CH
                                        o
                                                    Cu2+
                                                               O
                                           CH  -  NH    C  -  Cu

  • Serin
2 CH - CH-COOH + 2 NaOH + CuSO4
                l       l
               OH   NH2
  • Glisin
                  O                                              O
         H-CH-C-OH  +  NaOH             H-CH-C-ONa  + H2O + CuSO4
             NH2                                                             NH2
           
  • Alanin
H3C - CH-COOH + 2 NaOH + CuSO4
                        l
          NH2
4.2.2 Pengendapan dengan Logam
·         HgCl2
                           O                O                  O
      2H2N-CH-C - NH-CH-C  - NH-CH- C -OH + HgCl2
                     R                 R        n        R
                           O                 O                 O
      2H2N-CH-C - NH-CH-C  - NH-CH- C- O
                     R                 R        n        R            
   Hg2+    + 2 HCl
                           O                 O                 O
      2H2N-CH-C - NH-CH-C  - NH- CH- C - O
                     R                  R         n      R
  • Serin
      CH2 – CH - COOH +        HgCl2
                   l       l
                  OH   NH2
           



  • Glisin
   H - CH-COOH  +   HgCl2
                            l
                           NH2 

  • Alanin
                      H3C-CH – COOH + HgCl2
                               l
                              NH2
(CH3COO)2 Pb
                                  O                   O                  
                                ll                      ll                    
      2  H2N - CH-C - NH-CH - C  - OH + (CH3COO)2 Pb
                         R                 R      n     
                                                                 


O                    O
                            ll                     ll
      H2N - CH-C – NH–CH - C  -  O
                           R                          n     
                                                                       Pb6+ + H+ + CH3COO -                                 

                              O                   O
                             ll                     ll
      H2N - CH-C – N – CH - C  -  O
                 R                  R     n     


  • Glisin
   H - CH-COOH    + (CH3COO)2 Pb                   
          l
                           NH2
           
  • Alanin
                      H3C-CH – COOH + (CH3COO)2 Pb
                               l
                              NH2

4.2.3 Pengendapan dengan Alkohol
  • NaOH
                        O                 O                     O
      H2N-CH-C - NH-CH-C  - NH- CH- C –OH + OH-
                  R                  R           n      R               
                         O                 O                     O
      H2N-CH-C - NH-CH-C  - NH- CH- C –O- + C2H5OH
                   R                  R           n      R               
                         O                 O                     O
      H2N-CH-C - NH-CH-C  - NH- CH- C –OC2H+ OH+ H2O
                   R                  R           n      R               

  • HCl
                          O                 O                     O
      H2N-CH-C - NH-CH-C  - NH- CH- C –OH + H+
                     R                  R         n     R               
                          O                 O                     O
      H2N-CH-C - NH-CH-C  - NH- CH- C –+OH2 + C2H5OH
                     R                  R         n       R               
                         O                 O                     O
      H2N-CH-C - NH-CH-C  - NH- CH- C –OC2H5 + H+ + H2O
                     R                  R         n      R               
  • Buffer pH 4,7
                         O                 O                     O
      H2N-CH-C - NH-CH-C  - NH- CH- C –OH + C2H5 OH
                     R                  R         n     R               
                          O                 O                     O
      H2N-CH-C - NH-CH-C  - NH- CH-  C –OC2H5 + H2O
                           R                  R        n       R  



4.3 Pembahasan
4.3.1 Tes Biuret
Tes biuret merupakan salah satu tes  uji protein, bekerja pada suasana basa, dan akan memberikan perubahan warna pada larutan yang diuji menjadi berwarna violet dengan CuSO4 , karena terbentuk kimpleks Cu2+ dengan gugus CO dan gugus NH dari rantai peptida dalam suasana basa.
Pada tes biuret ini, penambahan NaOH 2,5 M akan mengendapkan protein pada larutan Albumin, hal ini ditandai dengan bertambah jernihnya larutan albumin yang keruh. Pada larutan asam amino, penambahan NaOH 2,5 M tidak menyebabkan perubahan yang berarti. Pada penambahan CuSO4 0,01 M sebanyak 1 tetes menyebabkan larutan albumin mengalami perubahan yaitu larutan ini tidak tercampur dengan baik dan perubahan warna menjadi ungu muda atau violet hanya pada permukaan saja, sedangkan pada larutan asam amino glisin dan alanin terjadi perubahan warna pada permukaanya yaitu berwarna biru, sedangkan pada serin tidak terjadi perubahan warna. Hal ini disebabkan karena glisin dan alanin mengandung gugus hidroksil yang dapat membentuk kompleks dengan Cu2+.   Warna biru makin pekat  dengan penambahan CuSO4 berlebih. Setelah dilakukan penambahan CuSO4 0,01  M berlebih, terjadi perubahan pada semua larutan, baik pada larutan albumin maupun larutan asam amino. Larutan albumin berwarna ungu muda, dan asam amino yang lain (Serin, Glisin, Alanin,) berwarna biru muda.

4.3.2  Pengendapan dengan Logam
Diketahui bahwa protein mampu menawarkan racun karena asam amino yang merupakan penyusun suatu protein dapat mengikat logam seperti Hg (merkuri klorida) dan Pb (timbal asetat), racun atau logam yang terikat dalam reaksi ini ditandai dengan adanya endapan putih.
Pada reaksi ini, albumin ditambahkan dengan HgCl2 . Pada penambahan ini larutan berubah dari bening menjadi putih pekat. Hal ini disebabkan karena adanya kemampuan protein atau asam amino untuk berikatan dengan ion logam di atas titik isoelektriknya. Kemampuan ini disebabkan karena pada saat pH berada di atas titik isoelektrik protein atau asam amino, maka ia akan bermuatan negatif sehingga mampu mengikat ion logam yang bermuatan positif. Berdasarkan teori, titik isoelktrik albumin adalah : 4,55-4,90, alanin 6,00 , glisin  5,97 dan serin 5,68 (titik isoelektrik adalah keadaan pH dimana protein /asam amino memiliki jumlah muatan positif dan negatif yang sama). Adanya pertambahan ion logam menyebabkan putusnya jembatan disulfida dan ikatan kovalen S-S pada protein yang mengandung gugus sulfuhidril.
            Dengan adanya endapan saat penambahan albumin dan glisin dengan (CH3COO)2 Pb menunjukkan bahwa protein dan asam amino dapat bertindak sebagai antidotum/penawar racun pada keracunan logam berat seperti Hg dan Pb. Sedangkan untuk asam amino seperti asam aspartat, serin, dan alanin tidak membentuk endapan karena suasana larutan masih berada di bawah titik isoelektrik kedua asam amino tersebut, sehingga asam amino yang bermuatan positif tidak mampu berikatan dengan ion logam yang bermuatan positif pula. Selain itu, ketiga jenis asam amino tersebut tidak mengandung gugus sulfuhidril.   

4.3.3 Pengendapan dengan Alkohol
            Penambahan alkohol yang merupakan pelarut organik akan menurunkan kelarutan protein, karena kelarutaan suatu protein tergantung dari kedudukan dan distribusi dari gugus hidrofil polar dan hidrofob polar pada molekul. Mampu mengendapkan logam dalam suasan asam dan pada pH 4,7 yang merupakan titik isoelektrik.
Pada reaksi pengendapan dengan alkohol, larutan albumin akan membentuk endapan yang disebabkan karena adanya gugus hidrofobik polar (yang menarik gugus non-polar) didalam molekul protein dan menghasilkan protein dipol. Menurut teori, albumin + HCl dan albumin + NaOH membentuk larutan bening sedangkan albumin + buffer asetat pH 4,7 agak keruh. Hal ini disebabkan karena pada pH 4,7 merupakan titik isoelektrik albumin. Titik isoelektrik merupakan pH dimana kelarutn protein minimum karena jumlah ion positif dan ion negatif sama sehingga penambahan senyawa organik seperti aseton dan alkohol yang bersifat nonpolar (muatan = 0) cenderung menurunkan kelarutan protein. Sedangkan dengan penambahan asam atau basa menyebabkan larutan albumin kelihatan agak bening, hal ini menandakan naiknya kelarutan albumin. Hal ini berdasarkan sifat protein yang amfoter (protein dalam suasana pelarut yang bersifat asam akan bertindak sebagai basa dan dalam suasana pelarut yang bersifat basa akan bertindak sebagai asam). 







LAMPIRAN

Bagan Kerja
·         Tes Biuret
ulangi percobaan di atas dengan menggunakan larutan asam amino.
·        

5 tetes HgCl2 0,2 M
ditambahkan
 

Catat perubahan yang terjadi pada larutan
 

3 ml larutan albumin
 
Pengendapan Dengan Logam






Ulangi percobaan diatas dengan menggunakan (CH3COO)2Pb dan mengganti larutan albumin dengan larutan asam amino.

·         Pengendapan Dengan Alkohol
                    Tabung  Larutan
II
III
Albumin
2,5 ml
2,5 ml
2,5 ml
HCL 0,1  M
0,5 ml
-
-
NaOH 0,1 M
-
0,5 ml
-
Buffer asetat pH 4,7
-
-
0,5 ml
Etanol 95%
3 ml
3 ml
3 ml