Rabu, 23 April 2014

Laporan Praktikum Ekologi Perairan Sungai

-->
EKOSISTEM SUNGAI



Intisari

Praktikum ekologi perairan dengan acara ekosistem sungai dilaksanakan pada tanggal 8 April 2014 pukul13.45 WIB sampai selesai di Sungai Gajah Wong. Lokasi pengamatan dibagi menjadi tiga stasiun pengamatan.Masing-masing stasiun mengukur berbagai parameter perairan yang mencakup parameter fisik (suhu udara, suhu air, kecepatan arus, debit), parameter kimia ( DO, CO2 bebas, pH, alkalinitas), dan parameter biologi (plankton, makrobentos). Dilakukan pengukuran beberapa parameter tersebut bertujuan untuk mengetahui perbedaan populasi plankton dan makrobentos pada setiap stasiun pengamatan yang fluktuatif dan mempunyai kecenderungan korelasi yang sesuai dengan faktor-faktor pembatasnya. Hal tersebut digunakan untuk mengukur kualitas air masing-masing stasiun berdasarkan indeks deversitas plankton dan makrobentos. Berdasarkan hasil yang diperoleh parameter fisik terukur suhu udara tertinggi 300C dan  suhu air tertinggi 29 0C. kecepatan arus air tertinggi 0,135 m/s dan debit tertinggi 0,19692 m3/s. DO tertinggi diperoleh 9,6 ppm, CO2 bebas 20 ppm dan pH perairan tertinggi 7,13 serta alkalinitas air 114,6 ppm. Densitas plankton tertinggi pada stasiun tiga 1606 idv/L dan terendah pada stasiun dua 1104 idv/L sedangkan diversitas plankton tertinggi pada stasiun dua 2,03 dan terendah pada stasiun tiga 1,74. Densitas makrobentos tertinggi pada stasiun tiga 77 idv/m2,terendah pada stasiun satu 58 idv/m2 sedangkan diversitas makrobentos tertinggi pada stasiun dua 2,03 sedangkan yang terendah pada stasiun 0,25.  Densitas gastropoda tertinggi pada dtasiun dua 210 idv/m2 sedangkan terendah pada stasiun tiga 10 idv/m2 .Pada stasiun satu dan tiga kualitas air kurang begitu baik yang ditandai dengan kurangnya indeks deversitas biota, sedangkan stasiun dua kualitas airnya relatif baik dengan tingginya indeks deversitas makrobentos dan plankton. 

Kata Kunci: densitas, deversitas, ekosistem, gastropoda, Plankton

PENDAHULUAN

Ekologi dalam pemahaman kuantitatif relatif masih baru. Umpamanya jumlah beberapa matahari, jumlah air, dan luasan tanah untuk satu pohon (Rosoedarmo. Et.al, 1992).
Air merupakan komponen yang penting bagi manusia dan makhluk lainnya. Bukan hanya air saja yang menjadi penting bagi kehidupan manusia namun juga organisme-organisme yang hidup didalamnya. Organisme yang hidup di air biasanya memiliki sebuah peranan penting bagi manusia, entah itu positif maupun negatif. Meskipun begitu, organisme-organisme tersebut harus tetap dijaga dan dipertahankan guna menjaga keseimbangan ekosistem. Keseimbangan tersebut dapat dijaga dengan tidak mencemari perairan-perairan misalnya saja sungai. Dengan menjaga keseimbangan ekosistem sungai diharapkan biodeversitas organisme-organisme dapat berkembang dengan baik dan dapat mendukung kehidupan manusia.

Ekosistem merupakan tingkat yang lebih tinggi dari komunitas atau merupakan satu kesatuan dari suatu komunitas dengan lingkungannya dimana terjadi hubunan antara keduanya (Irwan,1992). Sungai adalah perairan umum yang airnya mengalir terus menerus pada arah tertentu, berasal dari air tanah, air permukaan yang akhirnya bermuara ke laut. Sungai sebagai perairan umum yang berlokasi di darat dan  merupakan suatu ekosistem terbuka yang berhubungan erat dengan sistem-sistem terestrial dan lentik. Sungai adalah lingkungan alam yang banyak dihuni oleh organisme (Odum,1996).
Pada ekosistem ini kecepatan arus merupakan faktor pembatas terpenting (Probosunu,2011). Ekosistem sungai dihuni oleh berbagai kelompok biota organisme perairan yaitu : neuston, plankton (fitoplankton,zooplankton), nekton, bentos, perifiton (Probosunu,2011).
Peredaran ikan diperairan serta kepadatan gerombolan disebabkan oleh kegiatan antar individu ikan itu dan keadaan sekelilingnya yang meliputi segi-segi kimiaiwi, phsyik, dan biologis. Ilmu yang mempelajari hubungan antara suatu organisme lainnya disebut ekologi. Didalam air keadaan sekeliling dari pada suatu populasi ikan adalah organism lainnnya yang berbeda dalam kelompok-kelompok di habitat yang berbeda-beda. Semua merupakan “masyarakat” dalam suatu perairan berikut habitat dan semua yang mendukung disebut ekosistem (Soemarto, 1983).

Zonasi pada habitat air mengalir adalah mengarah ke longitudinal, yang menunjukkan bahwa tingkat yang lebih atas berada di hulu dan kemudian mengalir ke hilir. Menurut Semartowo (1980) pada habitat air mengalir ini, perubahan-perubahan terjadi akan nampak pada bagian atas dari aliran air karena adanya kemiringan, volume air atau komposisi kimia yang berubah. Sungai yang merupakan ekosistem lotik termasuk ekosistem terbuka yang mendapat masukan unsur hara dari kikisan tanah sejak dari bagian huluhingga hilir sungai.

Dalam praktikum ini akan dilaksanakan pengamatan mengenai ekosistem sungai dengan metode plot yang berukuran 40 cm x 40 cm. Dalam metode ini akan diambil substrat untuk mengetahui kepadatan makrobentos untuk mempelajari kualitas air sungai berdasarkan indeks biodeversitas perairan. Kemudian setelah didapatkan sampel percobaan berupa kepadatan plankton dan makrobentos maka dapat dipelajari korelasi antara beberapa tolok ukur lingkungan dengan kepadatan plankton maupun makrobentos. Dari praktikum ini diharapkan diketahui kualitas perairan untuk menemukan solusi penanggulangan bagi perairan tersebut. Selain itu diharapkan seluruh praktikan dapat mengidentifikasi perbedaan populasi plankton yang mempunyai kecenderungan korelasi yang sesuai dengan faktor-faktor pembatasnya. Faktor pembatas ini disebut faktor abiotik (Selvich,2005).


METODOLOGI

Sungai yang dipilih sebagai tempat praktikum adalah Sungai Gajah Wong. Dipilih Sungai Gajah Wong karena tempat tersebut memiliki potensi sebagai habitat plankton dan makrobentos. Selain itu juga bertujuan untuk mengukur kualitas perairan sungai. Praktikum ini dilaksanakan pada hari Selasa, 8 April 2014antara pukul 13.45 WIB sampai selesai.
Adapun metode yang digunakan dalam praktikun ini adalah metodeplot dengan ukuran 40 cm x 40 cm. Bukan hanya mempelajari populasi makrobentos maupun plankton saja, namun dalam praktikum ini juga akan dipilajari beberapa parameter yang mempengaruhi populasi makrobentos maupun plankon sebagai tolok ukur kualitas perairan sungai. Parameter tersebut mencakup kecepatan arus, debit, suhu air, suhu udara, pH, kadar oksigen terlarut (DO), CO2 bebas, dan alkalinitas dalam suatu perairan.
Cara kerja praktikum ini dimulai dengan penentuan stasiun pengamatan yang dibagi menjadi tiga stasiun yang berbeda. Kemudian dilakukan pengambilan cuplikan berupa plot-plot. Dalam plot yang telah ditentukan kemudian diambil berbagai macam substrat yang ada di dalamnya. Kemudian dilakukukan identifikasi dan perhitungan makrobentos dan plankton dengan menggunakan mikroskop. Setelah data cuplikan didapatkan maka dapat ditentukan indeks deversitas makrobentos dengan rumus Shannon-Wiener yakni H= . Adapun H mewakili indeks keanekaragaman, ni mewalili cacah individu suatu genus dan N adalah cacah individu seluruh genera.sedangkan densitas atau kepadatan makrobentos dinyatakan dalam satuan individu per luas plot dengan rumus  D .
Pada masing-masing stasiun pengamatan dilakukan pengukuran beberapa tolok ukur lingkungan yakni parameter fisik yang melipui kecepatan arus, debit air, suhu air dan suhu udara dengan menggunakan termometer. Sedangkan untuk parameter kimia meliputi DO yang diukur dengan menggunakan metode Winkler yakni DO = 1000/50 x A x 0,1 mg/Ldimana A adalah volume titrasi 1/80 N Na2S2O3. CO2 bebas dengan menggunakan metode alkalimetri yakni CO2 bebas = 1000/50 x Y x 1mg/L dimana Y adalah volume titrasi 1/44 N NaOH. Dan alkalinitas dengan menggunakan metode alkalimetri yakni rumus Alkalinitas = 1000/50 x (X+Y) x 1 mg/L dimana X dan Y adalah volume titrasi 1/50 N H2SO4. Untuk parameter biologi sendiri mencakup densitas, deversitas plankton dan makrobentosyang dapat diukur dengan rumus deversitas Shannon-Wiener.
Bahan-bahan yang digunakan antara lain : kertas pH atau pH meter, larutan MnSO4, larutan reagen oksigen, larutan H2SO4 pekat, larutan 1/80 N Na2S2O3, larutan KOH-KI, larutan 1/40 N Na2S2O3, larutan 1/44 N NaOH, larutan 1/50 H2SO4, larutan 1/50 N HCl, larutan indikator amilum, larutan indikator Phenolphphtalein(PP) larutan indikator Methyl Orange (MO), larutan indikator Bromcresol Green/Methyl Red (BCG/MR), dan larutan 4% formalin.
Alat- alat yang digunakan dalam praktikum ini antara lain : bola tenis meja, stop-watch atau arloji, roll-meter, meteran kain, atau penggaris, termometer, botol oksigen, erlenmeyer, gelas ukur, pipet ukur, atau buret, pipet tetes, mikroburet, ember plastik, petersen grab, surber, plot kayu/ bambu, sikat halus, kuas halus, saringan ( seine ). Mikroskop, kertas label dan pensil.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Praktikum ekologi perairan dengan acara ekosistem sungai ini dilaksanakan di Sungai Gajah Wong. Sungai Gajah Wong yang menjadi lokasi tujuan praktikum dibagi menjadi tiga stasiun pengamatan. Stasiun pertama berada di hulu dilakukan pengamatan oleh kelmpok satu, stasiun kedua berada di tengah oleh kelompok dua, dan stasiun tiga di hilir oleh kelompok tiga.
Dari pengamatan ketiga stasiun maka didapatkan data sebagai berikut:

Hasil Pengamatan Parameter
Acara Ekosistem Sungai dan Estimasi Populasi Gastropoda
Praktikum Ekoper
Parameter
Stasiun
1
2
3
Fisik
Suhu Udara (◦C)
26.2
28
30
Suhu Air (◦C)
27.2
29
29
Kecepatan Arus (m/s)
0.135
0.134
0.38
Debit (m3/s)
0.0796
0.19692
0.13
Kimia
DO (ppm)
5.22
9.6
4.08
CO2 (ppm)
20
8.93
9.6
Alkalinitas (ppm)
114.6
111.3
67.67
pH
7.13
7.1
7.2
Biologi
Densitas Plankton (idv/L)
1255
1104
1606
Diversitas Plankton
2.02
2,03
1,74
Densitas Makrobentos (idv/m2)
58
69
77
Diversitas Makrobentos
0.25
2.03
1.48
Densitas Gastropoda (idv/m2)
106
210
10
Cuaca
Cerah Berawan
Cerah berawan
Cerah berawan
Vegetasi
Pohon Bambu, Kelapa, dan Pohon Salak
Pohon Pisang, Rumput Gajah Rimbun
Bambu (rimbun)


Kondisi perairan sungai Gajah Wong bercuaca mendung dan tertutupi vegetasi pepohonan yang lebat. Jenis vegetasi untuk stasiun pertama antara lain : pohon bambu,pohon kelapa dan pohon salak . Untuk stasiun dua terdapat rumput gajah yang rimbun dan didomonasi pohon pisang. Sedangkan untuk stasiun tiga lokasi sungai mempunyai kedalaman yang sedang. Pada stasiun ini sungai mendapat penyinaran yang kurang dari sinar matahari karena banyaknya vegetasi yang menjulang tinggi da rimbun di sekitar lokasi yang didominasi dengan pohon bambu. Substat berupa batu dan warna air jernih. Aktivitas yang ada disekitar pengamatan digunakan untuk mandi dan untuk area menembak burung.

Ketiga stasiun tersebut kemudian dilakuakan berbagai pengamatan parameter yang digunakan sebagai parameter pengukuran indeks diversitas plankton dan makrobentos. Parameter yang diamati adalah parameter fisik yang meliputi suhu udara, suhu air, debit, dan kecepatan air.
Berdasarkan tabel diatas di stasiun tiga pada parameter fisik terukur suhu udara tertinggi 300C dan  suhu air tertinggi 29 0C. kecepatan arus air sungai di stasiun ini adalah 0,135 m/s dan debitnya 0,19692 m3/s yang merupakan debit tertinggi dibandingkan dengan stasiun lainnya. DO yang diperoleh adalah 9,6 ppm, CO2 bebasnya 20 ppm dan terukurnya pH perairan 7,13 yang termasuk dalam pH normal perairan serta alkalinitas airnya 114,6 ppm. Densitas plankton tertinggi ada pada stasiun tiga sebanyak 1606 idv/L dan yang terendah pada stasiun dua sebanyak 1104 idv/L sedangkan diversitas plankton tertinggi ada pada stasiun dua yaitu 2,03 dan yang terendah pada stasiun tiga yaitu 1,74 . Densitas makrobentos tertinggi pada stasiun tiga sebanyak 77 idv/m2,terendah pada stasiun satu sebanyak 58 idv/m2sedangkan diversitas makrobentos tertinggi pada stasiun dua yaitu 2,03 sedangkan yang terendah pada stasiun 0,25.  Densitas gastropoda tertinggi pada dtasiun dua sebanyak 210 idv/m2 sedangkan terendah pada stasiun tiga sebanyak 10 idv/m2 .Grafik yang diperoleh dari hasil suhu udara dan suhu air adalah :

 
Pengamatan suhu dimaksudkan untuk mengetahui kondisi perairan dan interaksi antara suhu dengan aspek kesehatan habitat dan biota air lainnya. Hasil grafik yang diperoleh dari praktikum ini menunjukkan bahwa suhu udara pada stasiun tiga cukup tinggi yaitu 300C, sedangkan yang terendah adalah stasiun satu dengan suhu 26,20C. Untuk suhu air yang tertinggi terdapat pada stasiun dua dan stasiun tiga yaitu 290C, sedangkan yang terendah pada stasiun satu dengan suhu 27,20C. Menurut shyham 2010,”semakin tingginya kedudukan suatu tempat, temperatur udara di tempat tersebut akan semakin rendah, begitu juga sebaliknya semakin rendah suatu tempat, temperatur udara akan semakin ringgi”. Suhu yang cukup tinggi di stasiun II dan III mungkin disebabkan oleh kesalahan pada pengukuran, karena sangat mustahil jika suhu yang terukur di stasiun I memiliki rentan yang jauh beda dengan stasiun II dan III yaitu dari 27,20C ke 290C. Suhu yang lebih tinggi dapat saja terjadi jika di sekitar lokasi ada pembuangan limbah industri seperti tekstil atau semacamnya yang menggunakan bahan kimia berbahaya lainnya yanga menyebabkan suhu perairan sekitar lebih tinggi.
Perbedaan suhu air dan suhu udara umumnya dikarenakan kapasitas air lebih besar daripada kapasitas udara. Suhu udara dipermukaan bumi adalah relative, tergantung pada faktor-faktor yang mempengaruhinya seperti misalnya lamanya penyinaran matahari. Hal itu dapat berdampak lansung akan adanya perubahan suhu di udara. Kenaikan suhu air akan menimbulkan beberapa akibat sebagai berikut : (1) jumlah oksigen terlarut di dalam air menurun. (2) kecepatan reaksi kimia meningkat. (3) kehidupan ikan dan hewan air lainnya terganggu.(4) jika batas suhu yang mematikan terlampaui, ikan dan hewan air lainnya akan mati. (Fardiaz, 1992)
Kecepatan arus dan debit air akan sangat mempengaruhi keberadaan plankton karena plankton merupakan organiame akuatik yang mikroskopik yang biasanya berenang atau tersuspensi dalam air, tidak bergerak atau hanya bergerak sedikit untuk melawan atau mengikuti arus (Wibisono,2005). Kecepatan arus dan debit air masing-masing stasiun juga merupakan parameter fisik yang penting. Stasiun satu mempunyai kecepatan arus 0,135 m/s dan debit air sebesar 0,0796 m3/s.kecepatan arus untuk stasiun dua berkisar 0,134 m/s dan debit airnya 0,19692 m3/s. sedangkan untuk stasiun tiga kecepatan arus mencapai 0,38 m/s dan debit airnya sebesar 0,13 m3/s. stasiun tiga memiliki kecepatan arus yang relatif tinggi karena topografi dasar perairannya berbatu.Sehingga stasiun tiga memiliki kecepatan arus tinggi, stasiun dua agak rendah, kemudian stasiun satu meskipun tidak jauh berbeda dari stasiun dua. Untuk debit air stasiun dua memiliki debit tertinggi kemungkinan pada lokasi ini memiliki kedalaman perairan yang relatif dalam dibandingkan kedua stasiun lainnya.

Parameter selanjutnya yang menjadi perhatian adalah parameter kimia. Dalam perameter ini diambil sampel DO,CO2 bebas, alkalinitas dan pH.Pada stasiun satu kadar DO sebesar 5,22 ppm, stasiun dua sebesar 9,6 ppm, dan stasiun tiga 4,08 ppm. Kandungan CO2 bebas stasiun satu bernilai 20 ppm, stasiun dua 8,93 ppm, dan stasiun tiga 9,6 ppm. Kadar oksigen terlarut di alam umumnya < 2 ppm. Kalau kadar DO dalam air tinggi maka akan mengakibatkan instalasi menjadi berkarat, oleh karena itu diusahakan kadar oksigen terlarutnya 0 ppm yaitu melalui pemanasan (Setiaji, 1995).

Persentase oksigen di sekeliling perairan dipengaruhi oleh suhu perairan, salinitas perairan, ketinggiantempat dan plankton yang terdapat di perairan (di udara yang panas, oksigen terlarut akan turun). Daya larut oksigen lebih rendah dalam air laut jika
dibandingkan dengan daya larutnya dalam air tawar. Daya larut O2 dalam air limbah kurang dari 95% dibandingkan dengan daya larut dalam air tawar (Setiaji,1995). Besarnya kadar oksigen di dalam air tergantung juga pada aktivitas fotosintesis organisme di dalam air. Semakin banyak bakteri di dalam air akan mengurangi jumlah oksigen di dalam air.Kandungan CO2 bebas yang kecil mengindikasikan kualitas suatu perairan. Dengan kandungan CO2 bebas yang relatif kecil maka kondisi perairan tersebut semakin subur. Jika disajikan dalam bentuk grafik maka akan membentuk pola sebagai berikut :

Parameter kimia selanjutnya adalah alkalinitas dan pH. Stasiun satu, dua, tiga memilki nilain pH berturut-turut adalah 7,13 ; 7,1 ; 7,2. sedangkan untuk alkalinitas stasiun satu bernilai 114,6 ppm, stasiun dua 111,3 ppm, dam stasiun tiga 67,67 ppm. Hubungan antara alkalinitas dan pH adalah hubungan yang saling mengimbangi. Alkalinitas secara umum menunjukkan konsentrasi basa atau bahan yang mampu menetralisir keasaman pH dalam perairan tersebut. Dengan kadar pH yang relatif normal pada masing-masing stasiun maka dimungkinkan organisme-organisme untuk hidup di perairan tersebut.
Dari uraian diatas maka dapat dijelaskan hubungan antara alkalinitas dan pH masing-masing stasiun. Stasiun yang memiliki pH tinggi adalah stasiun satu kemudian stasiun tiga dan yang terakhir stasiun dua. Sedangkan alkalinitas tinggi adalah stasiun satu kemudian stasiun dua dan terakhir stasiun tiga. Mahida (1986) menyatakan bahwa limbah buangan industri dan rumah tangga dapat mempengaruhi nilai pH perairan. Nilai pH dapat mempengaruhi spesiasi senyawa kimia dan toksisitas dari unsur-unsur renik yang terdapat di perairan Secara grafik kedua parameter kimia tersebut memilki pola yang sama. Semakin tinggi CO2 nya maka alkalinitasnya semakin naik. Saat alkalinitasnya naik maka pH akan turun.  Nilai alkalinitas yang baik berkisar 30 – 500. Perairan dengan nilai alkalinitas tinggi lebih produktif dari pada perairannya dengan nilai alkalinitasnya rendah (Effendi, 2003).



Parameter selanjutnya yaitu parameter biologi,yang diukur adalah densitas dan diversitas plankton, makrobentos dan gastropoda. Dari kepadatan yang diperoleh yakni kepadatan plankton dan makrobentos maka dari tiap stasiun indeks deversitas plankton dan makrobentos dapat diketahui. Untuk kepadatan plankton sendiri berturut-turut dari stasiun satu, dua, dam tiga adalah 1255 idv/L, 1104 idv/L, dan 1606 idv/L. Untuk stasiun satu memiliki densitas makrobentos sebesar 58 idv/plot, stasiun dua 69 idv/plot, dan stasiun tiga 77 idv/plot. Untuk densitas gastropoda stasiun satu,dua dan tiga berturut-turut 106 idv/m2 ; 210 idv/m2 ; 10 idv/m2 .
Jika dijadikan dalam bentuk grafik akan membentuk pola sebagai berikut :



Grafik tersebut menggambarkan bahwa stasiun tiga memiliki kepadatan plankton lebih tinggi jika dibandingkan dengan kedua stasiun yang lainnya, hal ini desebabkan kondisi perairan pada stasiun tiga mendapatkan sinar matahari yang cukup.Sedangkan untuk stasiun tiga menjadi stasiun yang tingkat kepadatan gastropodanya paling tinggi. Faktor yang menjadikan stasiun tiga memiliki kepadatan tinggi selain parameter kimia seperti DO, CO2 bebas, alkalinitas, dan Ph adalah kondisi fisik perairan. Faktor sinar matahari menjadi faktor yang penting karena dangan sinar matahari fitoplankton yang berada pada perairan tersebut dapat melakukan proses fotosintesis. Proses fotosintesis yang berlangsung di dalam air membawa perbaikan lingkungan, karena dalam sintesa tersebut timbul gas oksigen dan memperkaya air akan kandungan oksigennya (Prawiro,1988). Hal tersebutlah yang memicu banyaknya keanekaragaman plankton pada stasiun tiga. Dari proses fotosintesis tersebut maka akan memicu pertumbuhan mikroorganisme khususnya plankton dalan perairan tersebut karena tingginya DO dan adanya bahan-bahan organik yang berasal dari limbah rumah tangga yang merupakan nutrien dan makanan bagi banyak organisme air.
Deversitas plankton stasiun dua memiliki nilai yang paling tinggi dengan ukuran 2,03 disusul oleh stasiun satu dengan ukuran 2,02 dan kemudian stasiun tiga dengan 0,174. sedangkan untuk deversitas makrobentos stasiun dua memiliki tingkat kepadatan yang cukup tinggi dengan nilai 2,03, stasiun tiga dengan nilai 1,48 dan stasiun satu dengan 0,25.
Faktor yang menyebabkan tingginya makroorganisme pada stasiun dua adalah kandungan unsur-unsur hara yang terdapat pada perairan tersebut. Unsur hara atau nutrien tersebut dapat berasal dari kikisan tanah dari hulu hingga hilir. Selain itu, juga berasal dari limbah buangan kotoran hewan ternak masyarakat sekitar dan limbah rumah tangga yang mengalir kedalam perairan. Masukan bahan organik dan unsur hara akan mempengaruhi senyawa kimia yang terkandung dalam air sungai. Masukan yang terus-menerus ke dalam air sungai akan menentukan jenis biota yang mampu beradaptasi dengan kondisi lingkungan perairan tersebut (Probosunu,2011).

Hal tersebut menandakan bahwa pada stasiun satu dan tiga kualitas air kurang begitu baik yang ditandai dengan kurangnya indeks deversitas biota, sedangkan stasiun dua dapat dikatakan kualitas airnya relatif baik dengan tingginya indeks deversitas makrobentos dan plankton.  

KESIMPULAN

Dari praktikum ini maka dapat disimpulkan Gajah Wong sebagai tempat praktikum ekologi perairan dengan acara ekosistem sungai merupakan habitat plankton dan makrobentos. Keberagaman parameter pada setiap stasiun pengamatan menyebabkan perbadaan populasi plankton dan makrobentos pada setiap stasiun pengamatan. Indeks deversitas plankton dan makrobentos dapat dijadikan sebagai tolok ukur kualitas lingkungan perairan. Kualitas perairan pada stasiun dua dapat dikatakan relatif baik karena memiliki deversitas makrobentos yang cukup tinggi dibanding dengan dua stasiun lainnya. Sedangkan untuk stasiun satu dapat dikatakan memiliki kualitas perairan yang kurang baik karena indeks deversitas plankton dan makrobentosnya relatif kecil. jika indeks diversitas suatu daerah rendah maka kualitas airnya buruk.
Saran

Dalam pelaksanaan praktikum ekologi perairan dengan acara ekosistem sungai secara umum dapat dikatakan berjalan dengan baik. Namun dalam pelaksanaannya di lapangan masih saja tedapat kendala. Yang menjadi masalah dalam hal ini adalah kesulitan praktikan pemula untuk penggunaannya sehingga dapat mempengaruhi penentuan titik akhir titrasi yang secara langsung dapat berpengaruh pada perhitungan yang kurang tepat terhadap parameter kimia yang diukur. Untuk perairan sungai sendiri pembuangan limbah secara langsung harus segera dihentikan guna mencegah berlanjutnya kerusakan ekosistem sungai. Untuk itu, perlu adanya suatu penyuluhan pada masyarakat akan pentingnya keseimbangan ekosistem di alam sehingga kegiatan pembuangan limbah ke sungai dapat dikurangi atau bahkan dapat dihentikan.



Daftar Pustska

Effendi.2003.Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumber Daya dan Lingkungan Perairan.
            Kanisius:Yogyakarta.

Fardiaz, S.1992.Polusi Air dan Udara,Kanisius:Yogyakarta.

Irwan.1992.Ekosistem Komunitas dan Lingkungan.Jakarta:Bumi Aksara.

Mahida, U.N. 1986. Pencemaran dan Pemanfaatan Limbah Industri.Rajawali
Press:Jakarta.

Odum,T.Howard.1992.Ekologi system. Rajawali:Yogyakarta.

Prawiro, H. Ruslan.1988.Ekologi Lingkungan Pencemeran. Setya Wacana:Semarang.

Probosunu,Namastra.2011.Petunjuk Praktikum Ekologi Perairan.Laboratorium Ekologi Perairan Jurusan Perikanan Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada:Yogyakarta.


Resosoedarmo, S; kuswata, k dan Aplilani, S.1992.Pengantar Ekologi. PT Remaja
 Rosdakarya:Bandung.

Setiaji, B.1995. Baku Mutu Limbah Cair untuk Parameter Fisika, Kimia pada
Kegiatan MIGAS dan Panas Bumi. Lokakarya Kajian Ilmiah tentang
Komponen, Parameter, Baku Mutu Lingkungan dalam Kegiatan Migas dan
Panas Bumi, PPLH UGM:Yogyakarta.

Selvich.2005.”PengkajianSalinitas”.http://www.inovasionline.com/sri/Pengkajian_Salinitas.pdf.2
15 April 2014.14.00 WIB.

Wibisono.2005.Hikmah Kelimpahan Plankton.Universitas Sumatera Utara:Medan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar