EKOSISTEM SUNGAI
Intisari
Praktikum ekologi perairan dengan acara ekosistem
sungai dilaksanakan pada tanggal 8 April 2014 pukul13.45 WIB sampai selesai di
Sungai Gajah Wong. Lokasi pengamatan dibagi menjadi tiga stasiun pengamatan.Masing-masing
stasiun mengukur berbagai parameter perairan yang mencakup parameter fisik
(suhu udara, suhu air, kecepatan arus, debit), parameter kimia ( DO, CO2 bebas,
pH, alkalinitas), dan parameter biologi (plankton, makrobentos). Dilakukan
pengukuran beberapa parameter tersebut bertujuan untuk mengetahui perbedaan
populasi plankton dan makrobentos pada setiap stasiun pengamatan yang
fluktuatif dan mempunyai kecenderungan korelasi yang sesuai dengan faktor-faktor
pembatasnya. Hal tersebut digunakan untuk mengukur kualitas air masing-masing
stasiun berdasarkan indeks deversitas plankton dan makrobentos. Berdasarkan
hasil yang diperoleh parameter fisik terukur suhu udara tertinggi 300C
dan suhu air tertinggi 29 0C.
kecepatan
arus air tertinggi 0,135 m/s dan debit tertinggi 0,19692 m3/s. DO tertinggi
diperoleh 9,6 ppm, CO2 bebas 20 ppm dan pH perairan tertinggi
7,13 serta alkalinitas air 114,6 ppm. Densitas plankton tertinggi pada stasiun
tiga 1606 idv/L dan terendah pada stasiun dua 1104 idv/L sedangkan diversitas
plankton tertinggi pada stasiun dua 2,03 dan terendah pada stasiun tiga 1,74. Densitas
makrobentos tertinggi pada stasiun tiga 77 idv/m2,terendah pada
stasiun satu 58 idv/m2 sedangkan diversitas makrobentos tertinggi
pada stasiun dua 2,03 sedangkan yang terendah pada stasiun 0,25. Densitas gastropoda tertinggi pada dtasiun dua
210 idv/m2 sedangkan terendah pada stasiun tiga 10 idv/m2 .Pada
stasiun satu dan tiga kualitas air kurang begitu baik yang ditandai dengan
kurangnya indeks deversitas biota, sedangkan stasiun dua kualitas airnya
relatif baik dengan tingginya indeks deversitas makrobentos dan plankton.
Kata Kunci: densitas, deversitas, ekosistem,
gastropoda, Plankton
PENDAHULUAN
Ekologi
dalam pemahaman kuantitatif relatif masih baru. Umpamanya jumlah beberapa
matahari, jumlah air, dan luasan tanah untuk satu pohon (Rosoedarmo. Et.al,
1992).
Air merupakan komponen yang penting bagi manusia dan
makhluk lainnya. Bukan hanya air saja yang menjadi penting bagi kehidupan
manusia namun juga organisme-organisme yang hidup didalamnya. Organisme yang
hidup di air biasanya memiliki sebuah peranan penting bagi manusia, entah itu
positif maupun negatif. Meskipun begitu, organisme-organisme tersebut harus
tetap dijaga dan dipertahankan guna menjaga keseimbangan ekosistem.
Keseimbangan tersebut dapat dijaga dengan tidak mencemari perairan-perairan
misalnya saja sungai. Dengan menjaga keseimbangan ekosistem sungai diharapkan
biodeversitas organisme-organisme dapat berkembang dengan baik dan dapat
mendukung kehidupan manusia.
Ekosistem merupakan tingkat yang
lebih tinggi dari komunitas atau merupakan satu kesatuan dari suatu komunitas dengan
lingkungannya dimana terjadi hubunan antara keduanya (Irwan,1992). Sungai adalah
perairan umum yang airnya mengalir terus menerus pada arah tertentu, berasal
dari air tanah, air permukaan yang akhirnya bermuara ke laut. Sungai sebagai
perairan umum yang berlokasi di darat dan
merupakan suatu ekosistem terbuka yang berhubungan erat dengan sistem-sistem
terestrial dan lentik. Sungai adalah lingkungan alam yang banyak dihuni oleh
organisme (Odum,1996).
Pada ekosistem ini kecepatan arus
merupakan faktor pembatas terpenting (Probosunu,2011). Ekosistem sungai dihuni
oleh berbagai kelompok biota organisme perairan yaitu : neuston, plankton
(fitoplankton,zooplankton), nekton, bentos, perifiton (Probosunu,2011).
Peredaran
ikan diperairan serta kepadatan gerombolan disebabkan oleh kegiatan antar
individu ikan itu dan keadaan sekelilingnya yang meliputi segi-segi kimiaiwi,
phsyik, dan biologis. Ilmu yang mempelajari hubungan antara suatu organisme
lainnya disebut ekologi. Didalam air keadaan sekeliling dari pada suatu
populasi ikan adalah organism lainnnya yang berbeda dalam kelompok-kelompok di
habitat yang berbeda-beda. Semua merupakan “masyarakat” dalam suatu perairan
berikut habitat dan semua yang mendukung disebut ekosistem (Soemarto, 1983).
Zonasi pada habitat air mengalir
adalah mengarah ke longitudinal, yang menunjukkan bahwa tingkat yang lebih atas
berada di hulu dan kemudian mengalir ke hilir. Menurut Semartowo (1980) pada
habitat air mengalir ini, perubahan-perubahan terjadi akan nampak pada bagian atas
dari aliran air karena adanya kemiringan, volume air atau komposisi kimia yang
berubah. Sungai yang merupakan ekosistem lotik termasuk ekosistem terbuka yang
mendapat masukan unsur hara dari kikisan tanah sejak dari bagian huluhingga
hilir sungai.
Dalam praktikum ini akan
dilaksanakan pengamatan mengenai ekosistem sungai dengan metode plot yang
berukuran 40 cm x 40 cm. Dalam metode ini akan diambil substrat untuk
mengetahui kepadatan makrobentos untuk mempelajari kualitas air sungai
berdasarkan indeks biodeversitas perairan. Kemudian setelah didapatkan sampel
percobaan berupa kepadatan plankton dan makrobentos maka dapat dipelajari
korelasi antara beberapa tolok ukur lingkungan dengan kepadatan plankton maupun
makrobentos. Dari praktikum ini diharapkan diketahui kualitas perairan untuk
menemukan solusi penanggulangan bagi perairan tersebut. Selain itu diharapkan
seluruh praktikan dapat mengidentifikasi perbedaan populasi plankton yang
mempunyai kecenderungan korelasi yang sesuai dengan faktor-faktor pembatasnya.
Faktor pembatas ini disebut faktor abiotik (Selvich,2005).
METODOLOGI
Sungai yang dipilih sebagai tempat
praktikum adalah Sungai Gajah Wong. Dipilih Sungai Gajah Wong karena tempat
tersebut memiliki potensi sebagai habitat plankton dan makrobentos. Selain itu
juga bertujuan untuk mengukur kualitas perairan sungai. Praktikum ini
dilaksanakan pada hari Selasa, 8 April 2014antara pukul 13.45 WIB sampai
selesai.
Adapun metode yang digunakan dalam
praktikun ini adalah metodeplot dengan ukuran 40 cm x 40 cm. Bukan hanya
mempelajari populasi makrobentos maupun plankton saja, namun dalam praktikum
ini juga akan dipilajari beberapa parameter yang mempengaruhi populasi makrobentos
maupun plankon sebagai tolok ukur kualitas perairan sungai. Parameter tersebut
mencakup kecepatan arus, debit, suhu air, suhu udara, pH, kadar oksigen
terlarut (DO), CO2 bebas, dan alkalinitas dalam suatu perairan.
Cara kerja praktikum ini dimulai dengan
penentuan stasiun pengamatan yang dibagi menjadi tiga stasiun yang berbeda. Kemudian
dilakukan pengambilan cuplikan berupa plot-plot. Dalam plot yang telah
ditentukan kemudian diambil berbagai macam substrat yang ada di dalamnya.
Kemudian dilakukukan identifikasi dan perhitungan makrobentos dan plankton
dengan menggunakan mikroskop. Setelah data cuplikan didapatkan maka dapat
ditentukan indeks deversitas makrobentos dengan rumus Shannon-Wiener yakni H=
. Adapun H mewakili indeks keanekaragaman,
ni mewalili cacah individu suatu genus dan N adalah cacah individu seluruh
genera.sedangkan densitas atau kepadatan makrobentos dinyatakan dalam satuan
individu per luas plot dengan rumus D
.
Pada masing-masing stasiun pengamatan dilakukan
pengukuran beberapa tolok ukur lingkungan yakni parameter fisik yang melipui kecepatan
arus, debit air, suhu air dan suhu udara dengan menggunakan termometer.
Sedangkan untuk parameter kimia meliputi DO yang diukur dengan menggunakan
metode Winkler yakni DO = 1000/50 x A x 0,1 mg/Ldimana A adalah volume titrasi
1/80 N Na2S2O3. CO2 bebas dengan menggunakan metode
alkalimetri yakni CO2
bebas = 1000/50 x Y x 1mg/L
dimana Y adalah volume titrasi 1/44 N NaOH. Dan alkalinitas dengan menggunakan
metode alkalimetri yakni rumus Alkalinitas = 1000/50 x (X+Y)
x 1 mg/L dimana X dan Y adalah volume titrasi 1/50 N H2SO4. Untuk parameter biologi sendiri
mencakup densitas, deversitas plankton dan makrobentosyang dapat diukur dengan
rumus deversitas Shannon-Wiener.
Bahan-bahan yang
digunakan antara lain : kertas pH atau pH meter, larutan MnSO4,
larutan reagen oksigen, larutan H2SO4 pekat, larutan 1/80
N Na2S2O3, larutan KOH-KI, larutan 1/40 N Na2S2O3,
larutan 1/44 N NaOH, larutan 1/50 H2SO4, larutan 1/50 N
HCl, larutan indikator amilum, larutan indikator Phenolphphtalein(PP) larutan
indikator Methyl Orange (MO), larutan indikator Bromcresol Green/Methyl Red
(BCG/MR), dan larutan 4% formalin.
Alat- alat yang
digunakan dalam praktikum ini antara lain : bola tenis meja, stop-watch atau
arloji, roll-meter, meteran kain, atau penggaris, termometer, botol oksigen,
erlenmeyer, gelas ukur, pipet ukur, atau buret, pipet tetes, mikroburet, ember
plastik, petersen grab, surber, plot kayu/ bambu, sikat halus, kuas halus,
saringan ( seine ). Mikroskop, kertas label dan pensil.
HASIL
DAN PEMBAHASAN
Praktikum ekologi perairan dengan
acara ekosistem sungai ini dilaksanakan di Sungai Gajah Wong. Sungai Gajah Wong
yang menjadi lokasi tujuan praktikum dibagi menjadi tiga stasiun pengamatan.
Stasiun pertama berada di hulu dilakukan pengamatan oleh kelmpok satu, stasiun
kedua berada di tengah oleh kelompok dua, dan stasiun tiga di hilir oleh
kelompok tiga.
Dari pengamatan ketiga stasiun maka didapatkan data
sebagai berikut:
Hasil Pengamatan Parameter
|
|||
Acara Ekosistem Sungai dan
Estimasi Populasi Gastropoda
|
|||
Praktikum Ekoper
|
|||
Parameter
|
Stasiun
|
||
1
|
2
|
3
|
|
Fisik
|
|||
Suhu
Udara (◦C)
|
26.2
|
28
|
30
|
Suhu Air
(◦C)
|
27.2
|
29
|
29
|
Kecepatan
Arus (m/s)
|
0.135
|
0.134
|
0.38
|
Debit
(m3/s)
|
0.0796
|
0.19692
|
0.13
|
Kimia
|
|||
DO (ppm)
|
5.22
|
9.6
|
4.08
|
CO2 (ppm)
|
20
|
8.93
|
9.6
|
Alkalinitas
(ppm)
|
114.6
|
111.3
|
67.67
|
pH
|
7.13
|
7.1
|
7.2
|
Biologi
|
|||
Densitas
Plankton (idv/L)
|
1255
|
1104
|
1606
|
Diversitas
Plankton
|
2.02
|
2,03
|
1,74
|
Densitas
Makrobentos (idv/m2)
|
58
|
69
|
77
|
Diversitas
Makrobentos
|
0.25
|
2.03
|
1.48
|
Densitas
Gastropoda (idv/m2)
|
106
|
210
|
10
|
Cuaca
|
Cerah Berawan
|
Cerah berawan
|
Cerah berawan
|
Vegetasi
|
Pohon Bambu, Kelapa, dan Pohon Salak
|
Pohon Pisang, Rumput Gajah Rimbun
|
Bambu (rimbun)
|
Kondisi perairan sungai Gajah Wong bercuaca
mendung dan tertutupi vegetasi pepohonan yang lebat. Jenis vegetasi untuk
stasiun pertama antara lain : pohon bambu,pohon kelapa dan pohon salak . Untuk
stasiun dua terdapat rumput gajah yang rimbun dan didomonasi pohon pisang. Sedangkan
untuk stasiun tiga lokasi sungai mempunyai kedalaman yang sedang. Pada stasiun
ini sungai mendapat penyinaran yang kurang dari sinar matahari karena banyaknya
vegetasi yang menjulang tinggi da rimbun di sekitar lokasi yang didominasi
dengan pohon bambu. Substat berupa batu dan warna air jernih. Aktivitas yang
ada disekitar pengamatan digunakan untuk mandi dan untuk area menembak burung.
Ketiga stasiun tersebut kemudian
dilakuakan berbagai pengamatan parameter yang digunakan sebagai parameter
pengukuran indeks diversitas plankton dan makrobentos. Parameter yang diamati
adalah parameter fisik yang meliputi suhu udara, suhu air, debit, dan kecepatan
air.
Berdasarkan tabel diatas di stasiun
tiga pada parameter fisik terukur suhu udara tertinggi 300C dan suhu air tertinggi 29 0C. kecepatan
arus air sungai di stasiun ini adalah 0,135 m/s dan debitnya 0,19692 m3/s
yang merupakan debit tertinggi dibandingkan dengan stasiun lainnya. DO yang diperoleh
adalah 9,6 ppm, CO2 bebasnya 20 ppm dan terukurnya pH perairan
7,13 yang termasuk dalam pH normal perairan serta alkalinitas airnya 114,6 ppm.
Densitas plankton tertinggi ada pada stasiun tiga sebanyak 1606 idv/L dan yang
terendah pada stasiun dua sebanyak 1104 idv/L sedangkan diversitas plankton
tertinggi ada pada stasiun dua yaitu 2,03 dan yang terendah pada stasiun tiga
yaitu 1,74 . Densitas makrobentos tertinggi pada stasiun tiga sebanyak 77 idv/m2,terendah
pada stasiun satu sebanyak 58 idv/m2sedangkan diversitas makrobentos
tertinggi pada stasiun dua yaitu 2,03 sedangkan yang terendah pada stasiun 0,25.
Densitas gastropoda tertinggi pada
dtasiun dua sebanyak 210 idv/m2 sedangkan terendah pada stasiun tiga
sebanyak 10 idv/m2 .Grafik yang diperoleh dari hasil suhu
udara dan suhu air adalah :
Pengamatan suhu
dimaksudkan untuk mengetahui kondisi perairan dan interaksi antara suhu dengan
aspek kesehatan habitat dan biota air lainnya. Hasil grafik yang diperoleh dari
praktikum ini menunjukkan bahwa suhu udara pada stasiun tiga cukup tinggi yaitu
300C, sedangkan yang terendah adalah stasiun satu dengan suhu 26,20C.
Untuk suhu air yang tertinggi terdapat pada stasiun dua dan stasiun tiga yaitu
290C, sedangkan yang terendah pada stasiun satu dengan suhu 27,20C.
Menurut shyham 2010,”semakin tingginya kedudukan suatu tempat, temperatur
udara di tempat tersebut akan semakin rendah, begitu juga sebaliknya semakin
rendah suatu tempat, temperatur udara akan semakin ringgi”. Suhu yang cukup
tinggi di stasiun II dan III mungkin disebabkan oleh kesalahan pada pengukuran,
karena sangat mustahil jika suhu yang terukur di stasiun I memiliki rentan yang
jauh beda dengan stasiun II dan III yaitu dari 27,20C ke 290C. Suhu yang
lebih tinggi dapat saja terjadi jika di sekitar lokasi ada pembuangan limbah
industri seperti tekstil atau semacamnya yang menggunakan bahan kimia berbahaya
lainnya yanga menyebabkan suhu perairan sekitar lebih tinggi.
Perbedaan suhu air dan suhu udara
umumnya dikarenakan kapasitas air lebih besar daripada kapasitas udara. Suhu
udara dipermukaan bumi adalah relative, tergantung pada faktor-faktor yang
mempengaruhinya seperti misalnya lamanya penyinaran matahari. Hal itu dapat
berdampak lansung akan adanya perubahan suhu di udara. Kenaikan suhu air akan
menimbulkan beberapa akibat sebagai berikut : (1) jumlah oksigen terlarut di
dalam air menurun. (2) kecepatan reaksi kimia meningkat. (3) kehidupan ikan dan
hewan air lainnya terganggu.(4) jika batas suhu yang mematikan terlampaui, ikan
dan hewan air lainnya akan mati. (Fardiaz, 1992)
Kecepatan arus dan debit air akan
sangat mempengaruhi keberadaan plankton karena plankton merupakan organiame
akuatik yang mikroskopik yang biasanya berenang atau tersuspensi dalam air,
tidak bergerak atau hanya bergerak sedikit untuk melawan atau mengikuti arus
(Wibisono,2005). Kecepatan arus dan debit air masing-masing stasiun juga
merupakan parameter fisik yang penting. Stasiun satu mempunyai kecepatan arus
0,135 m/s dan debit air sebesar 0,0796 m3/s.kecepatan arus untuk
stasiun dua berkisar 0,134 m/s dan debit airnya 0,19692 m3/s.
sedangkan untuk stasiun tiga kecepatan arus mencapai 0,38 m/s dan debit airnya
sebesar 0,13 m3/s. stasiun tiga memiliki kecepatan arus yang relatif
tinggi karena topografi dasar perairannya berbatu.Sehingga stasiun tiga
memiliki kecepatan arus tinggi, stasiun dua agak rendah, kemudian stasiun satu
meskipun tidak jauh berbeda dari stasiun dua. Untuk debit air stasiun dua
memiliki debit tertinggi kemungkinan pada lokasi ini memiliki kedalaman
perairan yang relatif dalam dibandingkan kedua stasiun lainnya.
Parameter
selanjutnya yang menjadi perhatian adalah parameter kimia. Dalam perameter ini
diambil sampel DO,CO2 bebas, alkalinitas dan pH.Pada stasiun satu
kadar DO sebesar 5,22 ppm, stasiun dua sebesar 9,6 ppm, dan stasiun tiga 4,08
ppm. Kandungan CO2 bebas stasiun satu bernilai 20 ppm, stasiun dua 8,93
ppm, dan stasiun tiga 9,6 ppm. Kadar oksigen terlarut di alam umumnya < 2
ppm. Kalau kadar DO dalam air tinggi maka akan mengakibatkan instalasi menjadi
berkarat, oleh karena itu diusahakan kadar oksigen terlarutnya 0 ppm yaitu
melalui pemanasan (Setiaji, 1995).
Persentase
oksigen di sekeliling perairan dipengaruhi oleh suhu perairan, salinitas
perairan, ketinggiantempat dan plankton yang terdapat di perairan (di udara
yang panas, oksigen terlarut akan turun). Daya larut oksigen lebih rendah dalam
air laut jika
dibandingkan dengan daya larutnya dalam
air tawar. Daya larut O2 dalam air limbah kurang dari 95% dibandingkan dengan
daya larut dalam air tawar (Setiaji,1995). Besarnya kadar oksigen di dalam air
tergantung juga pada aktivitas fotosintesis organisme di dalam air. Semakin
banyak bakteri di dalam air akan mengurangi jumlah oksigen di dalam air.Kandungan
CO2 bebas yang kecil mengindikasikan kualitas suatu perairan. Dengan
kandungan CO2 bebas yang relatif kecil maka kondisi perairan
tersebut semakin subur. Jika disajikan dalam bentuk grafik maka akan membentuk
pola sebagai berikut :
Parameter kimia selanjutnya adalah alkalinitas dan
pH. Stasiun satu, dua, tiga memilki nilain pH berturut-turut adalah 7,13 ; 7,1
; 7,2. sedangkan untuk alkalinitas stasiun satu bernilai 114,6 ppm, stasiun dua
111,3 ppm, dam stasiun tiga 67,67 ppm. Hubungan antara alkalinitas dan pH
adalah hubungan yang saling mengimbangi. Alkalinitas secara umum menunjukkan
konsentrasi basa atau bahan yang mampu menetralisir keasaman pH dalam perairan
tersebut. Dengan kadar pH yang relatif normal pada masing-masing stasiun maka
dimungkinkan organisme-organisme untuk hidup di perairan tersebut.
Dari uraian diatas maka dapat dijelaskan hubungan
antara alkalinitas dan pH masing-masing stasiun. Stasiun yang memiliki pH
tinggi adalah stasiun satu kemudian stasiun tiga dan yang terakhir stasiun dua.
Sedangkan alkalinitas tinggi adalah stasiun satu kemudian stasiun dua dan
terakhir stasiun tiga. Mahida (1986) menyatakan bahwa limbah buangan industri
dan rumah tangga dapat mempengaruhi nilai pH perairan. Nilai pH dapat
mempengaruhi spesiasi senyawa kimia dan toksisitas dari unsur-unsur renik yang
terdapat di perairan Secara grafik kedua parameter kimia tersebut memilki pola
yang sama. Semakin tinggi CO2 nya maka alkalinitasnya semakin naik. Saat
alkalinitasnya naik maka pH akan turun.
Nilai alkalinitas yang baik berkisar 30 – 500. Perairan dengan nilai
alkalinitas tinggi lebih produktif dari pada perairannya dengan nilai
alkalinitasnya rendah (Effendi, 2003).
Parameter selanjutnya yaitu
parameter biologi,yang diukur adalah densitas dan diversitas plankton, makrobentos
dan gastropoda. Dari kepadatan yang diperoleh yakni kepadatan plankton dan
makrobentos maka dari tiap stasiun indeks deversitas plankton dan makrobentos
dapat diketahui. Untuk kepadatan plankton sendiri berturut-turut dari stasiun
satu, dua, dam tiga adalah 1255 idv/L, 1104 idv/L, dan 1606 idv/L. Untuk
stasiun satu memiliki densitas makrobentos sebesar 58 idv/plot, stasiun dua 69
idv/plot, dan stasiun tiga 77 idv/plot. Untuk densitas gastropoda stasiun satu,dua
dan tiga berturut-turut 106 idv/m2 ; 210 idv/m2 ;
10 idv/m2 .
Jika dijadikan dalam bentuk grafik akan membentuk
pola sebagai berikut :
Grafik tersebut menggambarkan bahwa
stasiun tiga memiliki kepadatan plankton lebih tinggi jika dibandingkan dengan
kedua stasiun yang lainnya, hal ini desebabkan kondisi perairan pada stasiun
tiga mendapatkan sinar matahari yang cukup.Sedangkan untuk stasiun tiga menjadi
stasiun yang tingkat kepadatan gastropodanya paling tinggi. Faktor yang
menjadikan stasiun tiga memiliki kepadatan tinggi selain parameter kimia
seperti DO, CO2 bebas, alkalinitas, dan Ph adalah kondisi fisik perairan.
Faktor sinar matahari menjadi faktor yang penting karena dangan sinar matahari
fitoplankton yang berada pada perairan tersebut dapat melakukan proses
fotosintesis. Proses fotosintesis yang berlangsung di dalam air membawa
perbaikan lingkungan, karena dalam sintesa tersebut timbul gas oksigen dan
memperkaya air akan kandungan oksigennya (Prawiro,1988). Hal tersebutlah yang
memicu banyaknya keanekaragaman plankton pada stasiun tiga. Dari proses
fotosintesis tersebut maka akan memicu pertumbuhan mikroorganisme khususnya
plankton dalan perairan tersebut karena tingginya DO dan adanya bahan-bahan
organik yang berasal dari limbah rumah tangga yang merupakan nutrien dan
makanan bagi banyak organisme air.
Deversitas plankton stasiun dua
memiliki nilai yang paling tinggi dengan ukuran 2,03 disusul oleh stasiun satu
dengan ukuran 2,02 dan kemudian stasiun tiga dengan 0,174. sedangkan untuk
deversitas makrobentos stasiun dua memiliki tingkat kepadatan yang cukup tinggi
dengan nilai 2,03, stasiun tiga dengan nilai 1,48 dan stasiun satu dengan 0,25.
Faktor yang menyebabkan tingginya makroorganisme
pada stasiun dua adalah kandungan unsur-unsur hara yang terdapat pada perairan
tersebut. Unsur hara atau nutrien tersebut dapat berasal dari kikisan tanah
dari hulu hingga hilir. Selain itu, juga berasal dari limbah buangan kotoran
hewan ternak masyarakat sekitar dan limbah rumah tangga yang mengalir kedalam
perairan. Masukan bahan organik dan unsur hara akan mempengaruhi senyawa kimia
yang terkandung dalam air sungai. Masukan yang terus-menerus ke dalam air
sungai akan menentukan jenis biota yang mampu beradaptasi dengan kondisi
lingkungan perairan tersebut (Probosunu,2011).
Hal tersebut menandakan bahwa pada
stasiun satu dan tiga kualitas air kurang begitu baik yang ditandai dengan
kurangnya indeks deversitas biota, sedangkan stasiun dua dapat dikatakan
kualitas airnya relatif baik dengan tingginya indeks deversitas makrobentos dan
plankton.
KESIMPULAN
Dari
praktikum ini maka dapat disimpulkan Gajah Wong sebagai
tempat praktikum ekologi perairan dengan acara ekosistem sungai merupakan
habitat plankton dan makrobentos. Keberagaman parameter pada setiap stasiun
pengamatan menyebabkan perbadaan populasi plankton dan makrobentos pada setiap
stasiun pengamatan. Indeks deversitas plankton dan makrobentos dapat dijadikan
sebagai tolok ukur kualitas lingkungan perairan. Kualitas perairan pada stasiun
dua dapat dikatakan relatif baik karena memiliki deversitas makrobentos yang
cukup tinggi dibanding dengan dua stasiun lainnya. Sedangkan untuk stasiun satu
dapat dikatakan memiliki kualitas perairan yang kurang baik karena indeks
deversitas plankton dan makrobentosnya relatif kecil. jika indeks diversitas
suatu daerah rendah maka kualitas airnya buruk.
Saran
Dalam pelaksanaan praktikum ekologi perairan dengan
acara ekosistem sungai secara umum dapat dikatakan berjalan dengan baik. Namun
dalam pelaksanaannya di lapangan masih saja tedapat kendala. Yang menjadi
masalah dalam hal ini adalah kesulitan praktikan pemula untuk penggunaannya
sehingga dapat mempengaruhi penentuan titik akhir titrasi yang secara langsung
dapat berpengaruh pada perhitungan yang kurang tepat terhadap parameter kimia
yang diukur. Untuk perairan sungai sendiri pembuangan limbah secara langsung
harus segera dihentikan guna mencegah berlanjutnya kerusakan ekosistem sungai.
Untuk itu, perlu adanya suatu penyuluhan pada masyarakat akan pentingnya
keseimbangan ekosistem di alam sehingga kegiatan pembuangan limbah ke sungai
dapat dikurangi atau bahkan dapat dihentikan.
Daftar Pustska
Effendi.2003.Telaah
Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumber Daya dan Lingkungan Perairan.
Kanisius:Yogyakarta.
Fardiaz, S.1992.Polusi Air dan Udara,Kanisius:Yogyakarta.
Irwan.1992.Ekosistem
Komunitas dan Lingkungan.Jakarta:Bumi Aksara.
Mahida, U.N. 1986. Pencemaran dan
Pemanfaatan Limbah Industri.Rajawali
Press:Jakarta.
Odum,T.Howard.1992.Ekologi system. Rajawali:Yogyakarta.
Prawiro, H.
Ruslan.1988.Ekologi Lingkungan Pencemeran.
Setya Wacana:Semarang.
Probosunu,Namastra.2011.Petunjuk Praktikum Ekologi Perairan.Laboratorium Ekologi Perairan
Jurusan Perikanan Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada:Yogyakarta.
Resosoedarmo,
S; kuswata, k dan Aplilani, S.1992.Pengantar
Ekologi. PT Remaja
Rosdakarya:Bandung.
Setiaji, B.1995. Baku Mutu Limbah Cair untuk Parameter
Fisika, Kimia pada
Kegiatan MIGAS dan Panas Bumi. Lokakarya Kajian Ilmiah tentang
Komponen, Parameter, Baku Mutu
Lingkungan dalam Kegiatan Migas dan
Panas Bumi, PPLH UGM:Yogyakarta.
Selvich.2005.”PengkajianSalinitas”.http://www.inovasionline.com/sri/Pengkajian_Salinitas.pdf.2
15
April 2014.14.00 WIB.
Wibisono.2005.Hikmah Kelimpahan Plankton.Universitas
Sumatera Utara:Medan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar