Selasa, 29 April 2014

Makalah Dasar Penangkapan Ikan dengan Tombak



MAKALAH 
PENANGKAPAN IKAN DENGAN TOMBAK

KATA PENGANTAR


Assalamu'alaikum wr.wb.
Segala puji dan syukur penulis haturkan kepada Allah SWT atas kesempatan yang diberikan kepada penulis untuk menyelesaikan makalah ini dengan judul Penangkapan Ikan dengan Tombak.
            Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Djumanto dan Bapak Soewarman, yang telah membimbing penulis dalam kegiatan belajar mengajar.
            Makalah ini ditulis dengan tujuan untuk memenuhi tugas kuliah Dasar-dasar Penangkapan Ikan. Selain itu juga untuk memberikan informasi kepada masyarakat Indonesia tentang jenis alat tangkap tombak, penggunaannya, serta keuntungan dan kerugian menggunakan alat tangkap ini.
            Banyak kesulitan yang penulis dapatkan dalam menyelesaikan tugas makalah ini. Namun, berkat bimbingan dan arahan penuh dari berbagai pihak, akhirnya penulis dapat menyelesaikan tugas ini.
            Penulis menyadari, sebagai seorang mahasiswa yang pengetahuannya belum seberapa dan masih perlu banyak belajar dalam penulisan makalah, bahwa makalah ini masih banyak kekurangannya. Oleh karena itu, penulis mengharapkan adanya kritik dan saran dari pembaca agar makalah ini menjadi lebih baik dan bermanfaat bagi pembaca di masa yang akan datang.

Wassalamua'alaikum wr.wb.


Penulis,


April 2014







DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................ ii        
DAFTAR ISI.............................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang........................................................................................................
B. Pembatasan Masalah...............................................................................................
C. Perumusan Masalah................................................................................................
D. Manfaat Penelitian...................................................................................................
E. Tujuan Penelitian...................................................................................................... ...........
BAB II ISI DAN PEMBAHASAN
A. Tinjauan Pustaka.....................................................................................................
B. Ulasan Materi..........................................................................................................
C. Solusi......................................................................................................................
BAB III PENUTUP
A.  Kesimpulan.............................................................................................................
B.  Saran......................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................
DAFTAR GAMBAR..................................................................................................










BAB I PENDAHULUAN

A.            Latar Belakang
Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia dengan panjang garis pantai lebih dari 81.000 km serta lebih dari 17.508. Di Indonesia sendiri 2/3 dari seluruh luas wilayahnya adalah wilayah perairan. Wilayah perairan Indonesia terdiri dari wilayah perairan laut dan wilayah perairan umum. Wilayah perairan umum sendiri masih terbagi lagi menjadi perairan sungai, danau, kolam, tambak dan lain-lain.
Dengan wilayah perairan yang begitu luas dan terdiri dari bermacam-macam jenis perairan hal ini berdampak pada jenis alat tangkap  yang begitu beragam pula. Ada jenis alat tangkap yang digunakan di laut adapula yang digunakan di perairan umum. Dari alat tangkap yang tradisional sampai yang modern, dari alat tangkap yang mahal sampai kealat tangkap yang sederhana.
Karena kemajuan teknologi yang begitu pesat maka alat tangkap yang sederhana akan tetapi memiliki berbagai keuntungan seperti tombak kini mulai menghilang. Oleh sebab itulah kami memilih untuk meneliti mengapa penggunaan tombak sebagai alat tangkap semakin hari semakin hilang dan mencari bagaimana solusi yang baik supaya tombak tetap digunakan sebagai alat tangkap karena penggunaan tombak sebagai alat tangkap lebih ramah lingkungan daripada menggunakan trawl.
Keberhasilan suatu penangkapan ikan dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya adalah keahlian nelayan dalam mengoperasikan alat tangkap (teknik penangkapan), daerah penangkapan yang yang tepat, dan masih banyak lagi faktor yang mempengaruhi keberhasilan dalam sebuah operasi  penangkapan  ikan. Dalam pembahsan kali ini akan dibahas mengenai klasifikasi teknik dalam penangkapan ikan.
Jika melihat berbagai jenis alat tangkap yang beroperasi di suatu perairan, sangatlah beragam. Tentu dari masing-masing alat tangkap membutuhkan teknik pengoperasian yang berbeda-beda. Namun beberapa alat tangkap ada yang mempunyai kemiripan dalam pengoperasiannya walaupun ada yang lebih sederhana dan ada yang lebih kompleks. Sebagai contoh  adalah alat tangkap pancing  yang menggunakan hanya satu mata pancing (hand line) jika dibandingkan dengan pengoperasian tuna lon gline yang membutuhkan mata pancing yang banyak. Ke dua alat tangkap ini adalah sama-sama pancing (line fishing), tetapi ada perbedaan dengan jumlah mata pancing yang diopersikan.
Pemanfaatan sumberdaya perikanan dari waktu ke waktu terus mengalami peningkatan, mengikuti permintaan yang cenderung terus bertambah, baik jumlah maupun jenisnya. Meningkatnya upaya sumberdaya perikanan mendorong berkembangnya teknik dan taktik penangkapan (fishing technique and fishing tactics) untuk dapat memproduksi secara lebih efektif dan efisien (Ayodhyoa, 1983).
Keberadaan alat penangkapan ikan di indonesia ini sudah berkembang pesat, dengan berbagai macam alat tangkap yang telah dimiliki sudah beredar diseluruh sektor perikanan indonesia. Diantaranya adalah pancing, payang dan purse seine. Dari alat-alat tersebut termasuk dalam golongan alat yang ramah lingkungan, sehingga alat tersebut digunakan sebagai komoditas utama dan bernilai ekonomis tinggi.
Pemanfaatan sumberdaya hayati laut tidak lepas dari kegiatan operasi penangkapan ikan yang melibatkan berbagai unit penangkapan ikan, unit penangkapan ikan yang berkembang saat ini cukup bervariasi mulai dari yang berukuran kecil seperti tombak, serok dan pancing sampai alat tangkap yang berukuran besar seperti trawl, purse seine, rawai tuna serta payang. Payang merupakan salah satu unit penangkapan ikan yang umum dikenal dan dioperasikan hampir di seluruh perairan indonesia (Subani, 1978).

B.            Pembatasan Masalah
Karena cakupan jenis alat tangkap begitu luas, maka kami hanya membataskan peneiltian pada jenis alat tangkap berupa tombak.

C.            Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan pembatasan masalah tersebut, masalah-masalah yang dibahas dapat dirumuskan sebagai berikut :   
1.     Apa itu tombak dan sejak kapankah tombak dipakai sebagai alat berburu oleh manusia?
2.     Apa sajakah yang termasuk dalam jenis alat tangkap tombak?
3.     Pada perairan seperti apakah jenis alat tangkap tombak digunakan?
4.     Apa keuntungan dan kerugian menggunakan tombak sebagai alat tangkap ikan?
5.     Apa solusi supaya penggunaan tombak sebagai alat tangkap tidak punah?
D.           Manfaat Penelitian
Kegunaan penelitian ini adalah sebagai informasi bagi masyarakat Indonesia tentang jenis alat tangkap tombak, cara penggunaannya dan keuntungan serta kerugian menggunakan alat tangkap ini.

E.            Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dilakukannya penelitian ini adalah sebagai :
1.    Memenuhi tugas dasar-dasar penangkapan ikan
2.    Untuk memberikan informasi tentang jenis alat tangkap ikan berupa tombak kepada masyarakat Indonesia serta keuntungan dan kerugian menggunakan tombak
3.    Untuk memberikan informasi mengapa semakin hari penggunaan tombak semakin langka dan mencari solusi yang terbaik supaya penggunaan tombak tetap bertahan

F.             Metode Penulisan
Metode yang digunakan dalam mendapatkan data dan informasi adalah dengan metode studi pustaka, yaitu mencari sumber data dan informasi yang dibutuhkan melalui internet. Data yang didapatkan kemudian diolah dan didiskusikan bersama.















BAB II ISI DAN PEMBAHASAN

A.      Tinjauan Pustaka
1)   Definisi dan Sejarah Perkembangan Tombak
Tombak adalah senjata lempar bagiannya terdiri dari mata tombak dan gagang tombak.
Sejarah Penggunaan Tombak yaitu terdapat pada zaman Paleolithikum ,di zaman ini manusia sudah menemukan alat penangkapan ikan berupa tombak, karena pada zaman ini peralatan tangkap sangat jarang ditemukan jadi kebanyakan manusia yang hidup di zaman ini menggunakan Tombak untuk mencari makan. Alat tanggkap ini terdiri dari alat penangkap yang terdiri dari batang (kayu, bambu) dengan ujungnya berkait balik (mata tombak) dan tali penarik yang diikatkan pada mata tombak. Tali penariknya dipegang oleh nelayan kemudian setelah tombak mengenai sasaran tali tersebut ditarik untuk mengambil hasil tangkapanTali juga memiliki fungsi untuk mengikat bagian pecahan pada bambu anda dan menjaga mata tombak anda pada posisi stabil.Penombakan ikan adalah metode kuno penangkapan ikan dengan menggunakan tombak atau varian lainnya seperti harpoon, trident, dan panah. Beberapa varian alat yang telah maju menggunakan berbagai cara untuk menggerakkan tombak, seperti penggunaan pegas dan bubuk mesiu.

2)      Struktur Tombak



Ujung tombak dibuat sedemikian rupa seperti pada mata kail agar ikan yang tertangkap tidak dapat lepas dari mata tombak, serta mata tombak dibuat sangat runcing agar mudah menusuk tangkapan yang diinginkan. Tombak yang digunakan boleh mermacam-macam bentuk, dari yang mempunyai gagang pendek Panjangnya berkisar 2,5-3 meter, dengan panjang ini berpengaruh terhadapa daya jangkau, daya tekan dan keseimbangan lemparan. hingga yang panjang dan biasanya bercabang tiga diujungnya (semacam trisula), atau dapat pula hanya bermata satu. Batang yang digunakan biasanya Bambu yang berumur tua karena mempertimbangan kekuatan struktur bambu. Diameter bambu atau kayu yang bagus yaitu tidak terlalu besar, hal ini akan berpengaruh terhadap control pada tombak bambu, yaitu tidak akan terlalu berat untuk menunjang daya refleks anda dan tidak terlalu ringan.

3)      Jenis – Jenis Tombak
Tombak sendiri memiliki berbagai macam jenis yang diklasifikasikan berdasarkan kegunaannya dan dilempar atau tidaknya tombak tersebut. Biasanya tombak yang tidak dilempar adalah tombak yang digunakan untuk berperang atau berburu hewan yang besar tetapi memiliki pergerakan yang pelan sedangkan tombak yang dilempar biasanya digunakan untuk berburu hewan-hewan kecil yang memiliki pergerakan yang cepat. Tombak yang digunakan sebagai alat tangkap ikan termasuk dalam tombak yang dilempar.
Semakin berkembangnya zaman, jenis tombak yang digunakan sebagai alat tangkap ikan pun semakin beragam. Berikut adalah contoh-contoh jenis tombak yang digunakan sebagai alat tangkap ikan :
·        Tombak Kayu
               
                Gambar 1.2 Tombak Kayu

Tombak kayu adalah tombak yang paling mudah pembuatannya karena hanya membutuhkan kayu  yang salah satu ada kedua ujungnya diruncingkan. Tombak jenis ini biasa digunakan oleh suku – suku pedalaman yang masih terbilang primitif dan digunakan oleh para survivor. Daya tahan tombak ini terbilang buruk karena terbuat dari kayu sehingga mudah patah dan mudah sekali mengalami pelapukan serta pada ujung tombak mudah mengalami penumpulan.
·        Tombak Kayu dengan Mata Tombak dari Logam
                Gambar 1.3 Tombak Dengan Satu Mata Tombak
Tombak jenis ini tidak jauh beda dengan tombak dari kayu, yang membedakan hanyalah mata tombak yang terbuat dari bahan logam. Tombak ini biasa digunakan oleh suku – suku yang sudah terbilang modern. Tombak jenis ini lebih baik daya tahannya daripada tombak kayu karena mata tombaknya yang terbuat dari bahan logam. Tombak ini terbagi lagi menjadi 2, yaitu dengan mata tombak yang hanya memiliki satu  ujung  yang runcing dan mata tombak yang memiliki banyak cabang yang meruncing.                     
Gambar 1.4 Tombak Dengan Mata Tombak Bercabang
·        Harpoon Lempar
Harpoon adalah tombak  yang mata tombaknya terbuat dari logam dan  ujungnya diberi tali yang cukup panjang. Harpun ini digunakan dengan cara melemparnya kearah mangsa. Harpun biasanya digunakan untuk berburu mamalia laut seperti ikan paus.
Gambar 1.5 Harpoon Lempar
·        Harpoon Tembak
Harpoon ini adalah modifikasi dari harpoon lempar. Harpun jenis ini memiliki dua bagian penting yaitu senapan dan mata tombak yang diikat ujungnya dengan menggunakan tali yang panjang dan kuat. Senapannya sendiri digunakan sebagai pelontar mata tombaknya menuju kearah mangsa yang diincar. Mata tombak harpoon jenis ini terbuat dari logam dan bisasanya berukuran kecil dan ramping, hal ini bertujuan supaya mata tombak mampu melesat dengan sempurna menuju kearah mangsa yang diincar. Biasanya harpoon jenis ini digunakan untuk berburu ikan-ikan kecil yang memiliki pergerakan yang cepat.
Gambar 1.6 Harpoon Tembak
4)    Pengoperasian
Pengoperasian tombak memang tak semudah pengoperasian alat tangkap yang lainnya. Penggunaan tombak sebagai alat tangkap sangatlah membutuhkan skill yang mumpuni. Selain ketepatan dan kecepatan sang pengguna juga harus jeli melihat sasarannya.
Untuk tiap – tiap jenis tombak juga memiliki cara penggunaan yang berbeda-beda. Untuk tombak kayu dan tombak kayu bermata tombak berbahan logam pengoperasiannya yaitu dengan cara melesatkan atau melemparkan tombak menuju ke sasaran tangkap. Untuk harpoon lempar pengoperasiannya berbeda sekali dengan harpoon tembak. Harpoon lempar dioperasikan dengan cara dilempar atau orang yang memakai harpoon tersebut melompat dan menancapkan tombak tersebut kearah badan sasarannya dalam hal ini biasanya adalah paus, sedangkan harpoon tembak pengoperasiannya mirip dengan pistol. Senapan harpoon tembak harus dikongkang terlebih dahulu lalu si pengguna harus terjun ke air dan menyelam untuk mendekati target sasaran. Bila sudah mendapatkan target sasaran sang pengguna harus membidik benar-benar dan harus memperkirakan jarak yang pas untuk melesatkan harpoon pada mangsa supaya kemungkinan meleset dari sasaran menjadi lebih kecil.
Gambar 1.7 Orang Menombak Ikan

             
Gambar 1.8  Orang Berburu Paus
5)      Daerah Pengoperasian
Tombak biasa digunakan sebagai alat tangkap ikan pada perairan umum maupun perairan laut. Di perairan umum contohnya seperti disungai, akan tetapi tidak semua sungai bisa menggunakan alat tangkap berupa tombak ini. Sungai yang dapat menggunakan alat tangkap ini adalah sungai yang memiliki air yang jernih dan berarus tenang. Penggunaan alat tangkap ini  pada perairan laut juga harus pada perairan yang jernih. Penggunaan tombak biasanya lebih banyak digunakan pada perairan yang dangkal dan jernihuntuk melihat dengan jelas sasaran yang dituju.
Gambar 1.9 Orang Menombak di Perairan Dangkal dan Jernih
6)      Keuntungan dan Kerugian Penggunaan Tombak
Setiap alat tangkap pasti memiliki keuntungan dan kerugian dalam penggunaannya, begitu pula dengan penggunaan tombak sebagai alat tangkap. Adapun keuntungan menggunakan tombak yaitu :
·           Tidak merusak terumbu karang jika digunakan pada perairan laut.
·           Bersifat selektif dalam penggunaannya karena hanya digunakan untuk menangkap jenis ikan sesuai dengan apa yang dikehendaki orang tersebut.
·           Densitas ikan tidak berkurang banyak
·           Menjaga kelestarian ekosistem perairan
·           Dapat digunakan oleh orang-orang awam yang belum mengerti cara penggunaan pancing modern
·           Tidak membutuhkan biaya mahal untuk memperoleh alat tangkap ikan ini.
Selain itu, penggunanaan tombak sebagai alat tangkap juga memiliki kekurangan. Kekurangan dalam penggunaan tombak yaitu :
·           Hasil yang didapat tidaklah banyak.
·           Perlu keahliah khusus dalam penggunaannya.
·           Target yang dijadikan tangkapan terkadang masih bisa lepas.
·           Salah arah pelemparan dapat mengakibatkan hal yang fatal.
·           Tombak terlihat gampang jika digunakan oleh orang yang sudah mahir, namun penggunaan alat ini membutuhkan ketelitian dan konsentrasi tinggi serta trik-trik tertentu.
·           Sulit untuk mendapatkan sasaran ikan yang berenang dengan cepat dan berada di dasar perairan.

B.      Ulasan Materi
Tombak adalah salah satu alat tangkap tradisional yang hari demi hari semakin menghilang keberadaannya. Hal ini dikarenakan kemajuan teknologi yang begitu pesat. Menghilangnya tombak mungkin juga disebabkan karena penggunaannya yang tidak praktis dan hanya menghasilkan hasil yang sedikit.
Penggunaan tombak sebagai alat tangkap ikan mungkin hanya bertahan pada daerah-daerah yang masih terbilang terpinggirkan seperti pada daerah yang ditinggali oleh suku-suku pedalaman dan masyarakat di Papua.Nelayan tradisional di Papua umumnya menggunakan alat tangkap sederhana dan sifatnya turun temurun antara lain pancing, jaring dan kalawai (alat sejenis tombak). Penggunaan alat selain berkaitan erat dengan teknik penangkapan ikan yang dilakukan oleh nelayan setempat juga berhubungan dengan kondisi musim. “Molo’ (menurut dialek setempat) artinya menyelam untuk menangkap ikan dengan alat bantu panah untuk memanah ikan.Molo merupakan teknik penangkapan yang dikenal secara turun temurun biasanya diwariskan kepada generasi yang lebih muda. Lama waktu menyelam bervariasi tergantung keahlian nelayan yang sering melakukan aktivitas ini. Yang menarik penyelaman dilakukan tanpa menggunakan alat selam, selain kaca mata selam.
Selain masyarakat di Papua ada juga yang masih menggunakan tombak sebagai alat tangkap ikan yaitu pada masyarakat suku laut. Walaupun sekarang masyarakat disana sudah banyak yang beralih menggunakan alat yang lebih modern dari tombak seperti menggunakan jala tapi masih ada yang mempertahankan tombak sebagi alat tangkap ikan.
Walau penggunaan tombak sebagai alat tangkap memiliki banyak kekurangan akan tetapi penggunaan tombak sebagai alat tangkap juga memiliki banyak kelebihan juga seperti tetap mempertahankan kelestarian ekosistem perairan karena penangkapan ikan menggunakan tombak bersifat selektif.



C.      Solusi
Agar penggunaan tombak sebagai alat tangkap tidak punah begitu saja, solusi yang terbaik adalah memberikan penjelasan dan penyuluhan tentang penggunaan tombak sebagai alat tangkap itu lebih ramah lingkungan walaupun banyak kekurangan dari penggunaan tombak ini. Selain itu kita harus merubah mindset mereka yang memikirkan keuntungan sesaat tapi tidak ada keberlanjutaannya menjadi mindset yang memikirkan keberlanjutan untuk seterusnya. Selain itu tombak seharusnya dimodifikasi lebih baik agar penggunaannya dapat digunakan secara luas.






BAB III PENUTUP

A.       Kesimpulan
Berdasrkan pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa penggunaan alat tangkap dengan tombak ini dapat digunakan pada perairan umum maupun laut, pada perairan laut juga harus pada perairan yang jernih. Penggunaan tombak biasanya lebih banyak digunakan pada perairan yang dangkal dan jernih.Walau penggunaan tombak sebagai alat tangkap memiliki banyak kekurangan, akan tetapi tombak ini meupakan alat tangkap yang sangat baik karena tetap mempertahankan kelestarian ekosistem perairan karena penangkapan ikan menggunakan tombak bersifat selektif.

B.       Saran
Diharapkan nelayan dapat mengoperasikan cara penagkapan yang lebih layak sehingga ikan tidak mengalami kepunahan. Selain itu, dapat juga menjaga dan melastarikan jenis alat tangkap tombak yang ada di Indonesia.

























DAFTAR PUSTAKA

Ayodhyoa,A.U.1983.Metode Penangkapan Ikan. Cetakan pertama. Faperik. IPB. Bogor
Subani,W. 1978. Alat dan Cara Penangkapan Ikan di Indonesia,jilid I. LPPL. Jakarta
Rizwan Raiz. 2013. Menombak ikan sambil terbang.http://www.google.com%2Fsearch%3Fnewwindow%3D1%26biw%3D1366%26bih%3D634%26tbm%3Disch%26sa%3D1%26q%3Dmenombak%2Bikan%26oq%3Dmenombak%2Bikan%26gs_l%3Dimg.3..0i24.11113.12852.0.13701.13.7.0.6.6.0.70.280.5.5.0....0...1c.1.42.img..2.11.285.ehaD1aHh2SA%23facrc%3D_%26imgrc%3DgwtTnREs9MY0fM%25253A%253BRHaX2VaHbu_qxM%253Bhttp%25253A%25252F%25252Fstatic.pulsk.com%25252Fimages%25252F2013%25252F04%25252F01%25252F7fe1a25c3de5f87a071a9ba61cea48a7.jpg%253Bhttp%25253A%25252F%25252Fwww.pulsk.com%25252F150033%25252FMenombak-ikan-sambil-terbang.html%253B679%253B444&h=8AQH4Ll8-28 April 2014.
Managing Editor. 2013. Pemburu Paus dari Lamalera. http://bosskeren.com/2013/01/lama-fa-pemburu-paus-dari-lamalera/ 28 April 2014.
Rusman. 2011. Jenis – Jenis Alat Penangkapan Ikan (types of fishing equipment).http://kapi.kkp.go.id/blog/2011/11/jenis-jenis-alat-penangkap-ikan-types-of-fishing-equipment 28 April 2014












DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Struktur Tombak....................................................................................
Gambar 1.2 Tombak Dengan Satu Mata Tombak......................................................
Gambar 1.3 Tombak Kayu .......................................................................................
Gambar 1.4 Tombak Dengan Mata Tombak Bercabang.............................................
Gambar 1.5 Harpoon Lempar....................................................................................
Gambar 1.6 Harpoon Tembak...................................................................................
Gambar 1.7 Orang Menombak Ikan..........................................................................
Gambar 1.8 Orang Berburu Paus...............................................................................
Gambar 1.9 Orang Menombak di Perairan Dangkal dan Jernih...................................

Rabu, 23 April 2014

Laporan Praktikum Ekologi Perairan Sungai

-->
EKOSISTEM SUNGAI



Intisari

Praktikum ekologi perairan dengan acara ekosistem sungai dilaksanakan pada tanggal 8 April 2014 pukul13.45 WIB sampai selesai di Sungai Gajah Wong. Lokasi pengamatan dibagi menjadi tiga stasiun pengamatan.Masing-masing stasiun mengukur berbagai parameter perairan yang mencakup parameter fisik (suhu udara, suhu air, kecepatan arus, debit), parameter kimia ( DO, CO2 bebas, pH, alkalinitas), dan parameter biologi (plankton, makrobentos). Dilakukan pengukuran beberapa parameter tersebut bertujuan untuk mengetahui perbedaan populasi plankton dan makrobentos pada setiap stasiun pengamatan yang fluktuatif dan mempunyai kecenderungan korelasi yang sesuai dengan faktor-faktor pembatasnya. Hal tersebut digunakan untuk mengukur kualitas air masing-masing stasiun berdasarkan indeks deversitas plankton dan makrobentos. Berdasarkan hasil yang diperoleh parameter fisik terukur suhu udara tertinggi 300C dan  suhu air tertinggi 29 0C. kecepatan arus air tertinggi 0,135 m/s dan debit tertinggi 0,19692 m3/s. DO tertinggi diperoleh 9,6 ppm, CO2 bebas 20 ppm dan pH perairan tertinggi 7,13 serta alkalinitas air 114,6 ppm. Densitas plankton tertinggi pada stasiun tiga 1606 idv/L dan terendah pada stasiun dua 1104 idv/L sedangkan diversitas plankton tertinggi pada stasiun dua 2,03 dan terendah pada stasiun tiga 1,74. Densitas makrobentos tertinggi pada stasiun tiga 77 idv/m2,terendah pada stasiun satu 58 idv/m2 sedangkan diversitas makrobentos tertinggi pada stasiun dua 2,03 sedangkan yang terendah pada stasiun 0,25.  Densitas gastropoda tertinggi pada dtasiun dua 210 idv/m2 sedangkan terendah pada stasiun tiga 10 idv/m2 .Pada stasiun satu dan tiga kualitas air kurang begitu baik yang ditandai dengan kurangnya indeks deversitas biota, sedangkan stasiun dua kualitas airnya relatif baik dengan tingginya indeks deversitas makrobentos dan plankton. 

Kata Kunci: densitas, deversitas, ekosistem, gastropoda, Plankton

PENDAHULUAN

Ekologi dalam pemahaman kuantitatif relatif masih baru. Umpamanya jumlah beberapa matahari, jumlah air, dan luasan tanah untuk satu pohon (Rosoedarmo. Et.al, 1992).
Air merupakan komponen yang penting bagi manusia dan makhluk lainnya. Bukan hanya air saja yang menjadi penting bagi kehidupan manusia namun juga organisme-organisme yang hidup didalamnya. Organisme yang hidup di air biasanya memiliki sebuah peranan penting bagi manusia, entah itu positif maupun negatif. Meskipun begitu, organisme-organisme tersebut harus tetap dijaga dan dipertahankan guna menjaga keseimbangan ekosistem. Keseimbangan tersebut dapat dijaga dengan tidak mencemari perairan-perairan misalnya saja sungai. Dengan menjaga keseimbangan ekosistem sungai diharapkan biodeversitas organisme-organisme dapat berkembang dengan baik dan dapat mendukung kehidupan manusia.

Ekosistem merupakan tingkat yang lebih tinggi dari komunitas atau merupakan satu kesatuan dari suatu komunitas dengan lingkungannya dimana terjadi hubunan antara keduanya (Irwan,1992). Sungai adalah perairan umum yang airnya mengalir terus menerus pada arah tertentu, berasal dari air tanah, air permukaan yang akhirnya bermuara ke laut. Sungai sebagai perairan umum yang berlokasi di darat dan  merupakan suatu ekosistem terbuka yang berhubungan erat dengan sistem-sistem terestrial dan lentik. Sungai adalah lingkungan alam yang banyak dihuni oleh organisme (Odum,1996).
Pada ekosistem ini kecepatan arus merupakan faktor pembatas terpenting (Probosunu,2011). Ekosistem sungai dihuni oleh berbagai kelompok biota organisme perairan yaitu : neuston, plankton (fitoplankton,zooplankton), nekton, bentos, perifiton (Probosunu,2011).
Peredaran ikan diperairan serta kepadatan gerombolan disebabkan oleh kegiatan antar individu ikan itu dan keadaan sekelilingnya yang meliputi segi-segi kimiaiwi, phsyik, dan biologis. Ilmu yang mempelajari hubungan antara suatu organisme lainnya disebut ekologi. Didalam air keadaan sekeliling dari pada suatu populasi ikan adalah organism lainnnya yang berbeda dalam kelompok-kelompok di habitat yang berbeda-beda. Semua merupakan “masyarakat” dalam suatu perairan berikut habitat dan semua yang mendukung disebut ekosistem (Soemarto, 1983).

Zonasi pada habitat air mengalir adalah mengarah ke longitudinal, yang menunjukkan bahwa tingkat yang lebih atas berada di hulu dan kemudian mengalir ke hilir. Menurut Semartowo (1980) pada habitat air mengalir ini, perubahan-perubahan terjadi akan nampak pada bagian atas dari aliran air karena adanya kemiringan, volume air atau komposisi kimia yang berubah. Sungai yang merupakan ekosistem lotik termasuk ekosistem terbuka yang mendapat masukan unsur hara dari kikisan tanah sejak dari bagian huluhingga hilir sungai.

Dalam praktikum ini akan dilaksanakan pengamatan mengenai ekosistem sungai dengan metode plot yang berukuran 40 cm x 40 cm. Dalam metode ini akan diambil substrat untuk mengetahui kepadatan makrobentos untuk mempelajari kualitas air sungai berdasarkan indeks biodeversitas perairan. Kemudian setelah didapatkan sampel percobaan berupa kepadatan plankton dan makrobentos maka dapat dipelajari korelasi antara beberapa tolok ukur lingkungan dengan kepadatan plankton maupun makrobentos. Dari praktikum ini diharapkan diketahui kualitas perairan untuk menemukan solusi penanggulangan bagi perairan tersebut. Selain itu diharapkan seluruh praktikan dapat mengidentifikasi perbedaan populasi plankton yang mempunyai kecenderungan korelasi yang sesuai dengan faktor-faktor pembatasnya. Faktor pembatas ini disebut faktor abiotik (Selvich,2005).


METODOLOGI

Sungai yang dipilih sebagai tempat praktikum adalah Sungai Gajah Wong. Dipilih Sungai Gajah Wong karena tempat tersebut memiliki potensi sebagai habitat plankton dan makrobentos. Selain itu juga bertujuan untuk mengukur kualitas perairan sungai. Praktikum ini dilaksanakan pada hari Selasa, 8 April 2014antara pukul 13.45 WIB sampai selesai.
Adapun metode yang digunakan dalam praktikun ini adalah metodeplot dengan ukuran 40 cm x 40 cm. Bukan hanya mempelajari populasi makrobentos maupun plankton saja, namun dalam praktikum ini juga akan dipilajari beberapa parameter yang mempengaruhi populasi makrobentos maupun plankon sebagai tolok ukur kualitas perairan sungai. Parameter tersebut mencakup kecepatan arus, debit, suhu air, suhu udara, pH, kadar oksigen terlarut (DO), CO2 bebas, dan alkalinitas dalam suatu perairan.
Cara kerja praktikum ini dimulai dengan penentuan stasiun pengamatan yang dibagi menjadi tiga stasiun yang berbeda. Kemudian dilakukan pengambilan cuplikan berupa plot-plot. Dalam plot yang telah ditentukan kemudian diambil berbagai macam substrat yang ada di dalamnya. Kemudian dilakukukan identifikasi dan perhitungan makrobentos dan plankton dengan menggunakan mikroskop. Setelah data cuplikan didapatkan maka dapat ditentukan indeks deversitas makrobentos dengan rumus Shannon-Wiener yakni H= . Adapun H mewakili indeks keanekaragaman, ni mewalili cacah individu suatu genus dan N adalah cacah individu seluruh genera.sedangkan densitas atau kepadatan makrobentos dinyatakan dalam satuan individu per luas plot dengan rumus  D .
Pada masing-masing stasiun pengamatan dilakukan pengukuran beberapa tolok ukur lingkungan yakni parameter fisik yang melipui kecepatan arus, debit air, suhu air dan suhu udara dengan menggunakan termometer. Sedangkan untuk parameter kimia meliputi DO yang diukur dengan menggunakan metode Winkler yakni DO = 1000/50 x A x 0,1 mg/Ldimana A adalah volume titrasi 1/80 N Na2S2O3. CO2 bebas dengan menggunakan metode alkalimetri yakni CO2 bebas = 1000/50 x Y x 1mg/L dimana Y adalah volume titrasi 1/44 N NaOH. Dan alkalinitas dengan menggunakan metode alkalimetri yakni rumus Alkalinitas = 1000/50 x (X+Y) x 1 mg/L dimana X dan Y adalah volume titrasi 1/50 N H2SO4. Untuk parameter biologi sendiri mencakup densitas, deversitas plankton dan makrobentosyang dapat diukur dengan rumus deversitas Shannon-Wiener.
Bahan-bahan yang digunakan antara lain : kertas pH atau pH meter, larutan MnSO4, larutan reagen oksigen, larutan H2SO4 pekat, larutan 1/80 N Na2S2O3, larutan KOH-KI, larutan 1/40 N Na2S2O3, larutan 1/44 N NaOH, larutan 1/50 H2SO4, larutan 1/50 N HCl, larutan indikator amilum, larutan indikator Phenolphphtalein(PP) larutan indikator Methyl Orange (MO), larutan indikator Bromcresol Green/Methyl Red (BCG/MR), dan larutan 4% formalin.
Alat- alat yang digunakan dalam praktikum ini antara lain : bola tenis meja, stop-watch atau arloji, roll-meter, meteran kain, atau penggaris, termometer, botol oksigen, erlenmeyer, gelas ukur, pipet ukur, atau buret, pipet tetes, mikroburet, ember plastik, petersen grab, surber, plot kayu/ bambu, sikat halus, kuas halus, saringan ( seine ). Mikroskop, kertas label dan pensil.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Praktikum ekologi perairan dengan acara ekosistem sungai ini dilaksanakan di Sungai Gajah Wong. Sungai Gajah Wong yang menjadi lokasi tujuan praktikum dibagi menjadi tiga stasiun pengamatan. Stasiun pertama berada di hulu dilakukan pengamatan oleh kelmpok satu, stasiun kedua berada di tengah oleh kelompok dua, dan stasiun tiga di hilir oleh kelompok tiga.
Dari pengamatan ketiga stasiun maka didapatkan data sebagai berikut:

Hasil Pengamatan Parameter
Acara Ekosistem Sungai dan Estimasi Populasi Gastropoda
Praktikum Ekoper
Parameter
Stasiun
1
2
3
Fisik
Suhu Udara (◦C)
26.2
28
30
Suhu Air (◦C)
27.2
29
29
Kecepatan Arus (m/s)
0.135
0.134
0.38
Debit (m3/s)
0.0796
0.19692
0.13
Kimia
DO (ppm)
5.22
9.6
4.08
CO2 (ppm)
20
8.93
9.6
Alkalinitas (ppm)
114.6
111.3
67.67
pH
7.13
7.1
7.2
Biologi
Densitas Plankton (idv/L)
1255
1104
1606
Diversitas Plankton
2.02
2,03
1,74
Densitas Makrobentos (idv/m2)
58
69
77
Diversitas Makrobentos
0.25
2.03
1.48
Densitas Gastropoda (idv/m2)
106
210
10
Cuaca
Cerah Berawan
Cerah berawan
Cerah berawan
Vegetasi
Pohon Bambu, Kelapa, dan Pohon Salak
Pohon Pisang, Rumput Gajah Rimbun
Bambu (rimbun)


Kondisi perairan sungai Gajah Wong bercuaca mendung dan tertutupi vegetasi pepohonan yang lebat. Jenis vegetasi untuk stasiun pertama antara lain : pohon bambu,pohon kelapa dan pohon salak . Untuk stasiun dua terdapat rumput gajah yang rimbun dan didomonasi pohon pisang. Sedangkan untuk stasiun tiga lokasi sungai mempunyai kedalaman yang sedang. Pada stasiun ini sungai mendapat penyinaran yang kurang dari sinar matahari karena banyaknya vegetasi yang menjulang tinggi da rimbun di sekitar lokasi yang didominasi dengan pohon bambu. Substat berupa batu dan warna air jernih. Aktivitas yang ada disekitar pengamatan digunakan untuk mandi dan untuk area menembak burung.

Ketiga stasiun tersebut kemudian dilakuakan berbagai pengamatan parameter yang digunakan sebagai parameter pengukuran indeks diversitas plankton dan makrobentos. Parameter yang diamati adalah parameter fisik yang meliputi suhu udara, suhu air, debit, dan kecepatan air.
Berdasarkan tabel diatas di stasiun tiga pada parameter fisik terukur suhu udara tertinggi 300C dan  suhu air tertinggi 29 0C. kecepatan arus air sungai di stasiun ini adalah 0,135 m/s dan debitnya 0,19692 m3/s yang merupakan debit tertinggi dibandingkan dengan stasiun lainnya. DO yang diperoleh adalah 9,6 ppm, CO2 bebasnya 20 ppm dan terukurnya pH perairan 7,13 yang termasuk dalam pH normal perairan serta alkalinitas airnya 114,6 ppm. Densitas plankton tertinggi ada pada stasiun tiga sebanyak 1606 idv/L dan yang terendah pada stasiun dua sebanyak 1104 idv/L sedangkan diversitas plankton tertinggi ada pada stasiun dua yaitu 2,03 dan yang terendah pada stasiun tiga yaitu 1,74 . Densitas makrobentos tertinggi pada stasiun tiga sebanyak 77 idv/m2,terendah pada stasiun satu sebanyak 58 idv/m2sedangkan diversitas makrobentos tertinggi pada stasiun dua yaitu 2,03 sedangkan yang terendah pada stasiun 0,25.  Densitas gastropoda tertinggi pada dtasiun dua sebanyak 210 idv/m2 sedangkan terendah pada stasiun tiga sebanyak 10 idv/m2 .Grafik yang diperoleh dari hasil suhu udara dan suhu air adalah :

 
Pengamatan suhu dimaksudkan untuk mengetahui kondisi perairan dan interaksi antara suhu dengan aspek kesehatan habitat dan biota air lainnya. Hasil grafik yang diperoleh dari praktikum ini menunjukkan bahwa suhu udara pada stasiun tiga cukup tinggi yaitu 300C, sedangkan yang terendah adalah stasiun satu dengan suhu 26,20C. Untuk suhu air yang tertinggi terdapat pada stasiun dua dan stasiun tiga yaitu 290C, sedangkan yang terendah pada stasiun satu dengan suhu 27,20C. Menurut shyham 2010,”semakin tingginya kedudukan suatu tempat, temperatur udara di tempat tersebut akan semakin rendah, begitu juga sebaliknya semakin rendah suatu tempat, temperatur udara akan semakin ringgi”. Suhu yang cukup tinggi di stasiun II dan III mungkin disebabkan oleh kesalahan pada pengukuran, karena sangat mustahil jika suhu yang terukur di stasiun I memiliki rentan yang jauh beda dengan stasiun II dan III yaitu dari 27,20C ke 290C. Suhu yang lebih tinggi dapat saja terjadi jika di sekitar lokasi ada pembuangan limbah industri seperti tekstil atau semacamnya yang menggunakan bahan kimia berbahaya lainnya yanga menyebabkan suhu perairan sekitar lebih tinggi.
Perbedaan suhu air dan suhu udara umumnya dikarenakan kapasitas air lebih besar daripada kapasitas udara. Suhu udara dipermukaan bumi adalah relative, tergantung pada faktor-faktor yang mempengaruhinya seperti misalnya lamanya penyinaran matahari. Hal itu dapat berdampak lansung akan adanya perubahan suhu di udara. Kenaikan suhu air akan menimbulkan beberapa akibat sebagai berikut : (1) jumlah oksigen terlarut di dalam air menurun. (2) kecepatan reaksi kimia meningkat. (3) kehidupan ikan dan hewan air lainnya terganggu.(4) jika batas suhu yang mematikan terlampaui, ikan dan hewan air lainnya akan mati. (Fardiaz, 1992)
Kecepatan arus dan debit air akan sangat mempengaruhi keberadaan plankton karena plankton merupakan organiame akuatik yang mikroskopik yang biasanya berenang atau tersuspensi dalam air, tidak bergerak atau hanya bergerak sedikit untuk melawan atau mengikuti arus (Wibisono,2005). Kecepatan arus dan debit air masing-masing stasiun juga merupakan parameter fisik yang penting. Stasiun satu mempunyai kecepatan arus 0,135 m/s dan debit air sebesar 0,0796 m3/s.kecepatan arus untuk stasiun dua berkisar 0,134 m/s dan debit airnya 0,19692 m3/s. sedangkan untuk stasiun tiga kecepatan arus mencapai 0,38 m/s dan debit airnya sebesar 0,13 m3/s. stasiun tiga memiliki kecepatan arus yang relatif tinggi karena topografi dasar perairannya berbatu.Sehingga stasiun tiga memiliki kecepatan arus tinggi, stasiun dua agak rendah, kemudian stasiun satu meskipun tidak jauh berbeda dari stasiun dua. Untuk debit air stasiun dua memiliki debit tertinggi kemungkinan pada lokasi ini memiliki kedalaman perairan yang relatif dalam dibandingkan kedua stasiun lainnya.

Parameter selanjutnya yang menjadi perhatian adalah parameter kimia. Dalam perameter ini diambil sampel DO,CO2 bebas, alkalinitas dan pH.Pada stasiun satu kadar DO sebesar 5,22 ppm, stasiun dua sebesar 9,6 ppm, dan stasiun tiga 4,08 ppm. Kandungan CO2 bebas stasiun satu bernilai 20 ppm, stasiun dua 8,93 ppm, dan stasiun tiga 9,6 ppm. Kadar oksigen terlarut di alam umumnya < 2 ppm. Kalau kadar DO dalam air tinggi maka akan mengakibatkan instalasi menjadi berkarat, oleh karena itu diusahakan kadar oksigen terlarutnya 0 ppm yaitu melalui pemanasan (Setiaji, 1995).

Persentase oksigen di sekeliling perairan dipengaruhi oleh suhu perairan, salinitas perairan, ketinggiantempat dan plankton yang terdapat di perairan (di udara yang panas, oksigen terlarut akan turun). Daya larut oksigen lebih rendah dalam air laut jika
dibandingkan dengan daya larutnya dalam air tawar. Daya larut O2 dalam air limbah kurang dari 95% dibandingkan dengan daya larut dalam air tawar (Setiaji,1995). Besarnya kadar oksigen di dalam air tergantung juga pada aktivitas fotosintesis organisme di dalam air. Semakin banyak bakteri di dalam air akan mengurangi jumlah oksigen di dalam air.Kandungan CO2 bebas yang kecil mengindikasikan kualitas suatu perairan. Dengan kandungan CO2 bebas yang relatif kecil maka kondisi perairan tersebut semakin subur. Jika disajikan dalam bentuk grafik maka akan membentuk pola sebagai berikut :

Parameter kimia selanjutnya adalah alkalinitas dan pH. Stasiun satu, dua, tiga memilki nilain pH berturut-turut adalah 7,13 ; 7,1 ; 7,2. sedangkan untuk alkalinitas stasiun satu bernilai 114,6 ppm, stasiun dua 111,3 ppm, dam stasiun tiga 67,67 ppm. Hubungan antara alkalinitas dan pH adalah hubungan yang saling mengimbangi. Alkalinitas secara umum menunjukkan konsentrasi basa atau bahan yang mampu menetralisir keasaman pH dalam perairan tersebut. Dengan kadar pH yang relatif normal pada masing-masing stasiun maka dimungkinkan organisme-organisme untuk hidup di perairan tersebut.
Dari uraian diatas maka dapat dijelaskan hubungan antara alkalinitas dan pH masing-masing stasiun. Stasiun yang memiliki pH tinggi adalah stasiun satu kemudian stasiun tiga dan yang terakhir stasiun dua. Sedangkan alkalinitas tinggi adalah stasiun satu kemudian stasiun dua dan terakhir stasiun tiga. Mahida (1986) menyatakan bahwa limbah buangan industri dan rumah tangga dapat mempengaruhi nilai pH perairan. Nilai pH dapat mempengaruhi spesiasi senyawa kimia dan toksisitas dari unsur-unsur renik yang terdapat di perairan Secara grafik kedua parameter kimia tersebut memilki pola yang sama. Semakin tinggi CO2 nya maka alkalinitasnya semakin naik. Saat alkalinitasnya naik maka pH akan turun.  Nilai alkalinitas yang baik berkisar 30 – 500. Perairan dengan nilai alkalinitas tinggi lebih produktif dari pada perairannya dengan nilai alkalinitasnya rendah (Effendi, 2003).



Parameter selanjutnya yaitu parameter biologi,yang diukur adalah densitas dan diversitas plankton, makrobentos dan gastropoda. Dari kepadatan yang diperoleh yakni kepadatan plankton dan makrobentos maka dari tiap stasiun indeks deversitas plankton dan makrobentos dapat diketahui. Untuk kepadatan plankton sendiri berturut-turut dari stasiun satu, dua, dam tiga adalah 1255 idv/L, 1104 idv/L, dan 1606 idv/L. Untuk stasiun satu memiliki densitas makrobentos sebesar 58 idv/plot, stasiun dua 69 idv/plot, dan stasiun tiga 77 idv/plot. Untuk densitas gastropoda stasiun satu,dua dan tiga berturut-turut 106 idv/m2 ; 210 idv/m2 ; 10 idv/m2 .
Jika dijadikan dalam bentuk grafik akan membentuk pola sebagai berikut :



Grafik tersebut menggambarkan bahwa stasiun tiga memiliki kepadatan plankton lebih tinggi jika dibandingkan dengan kedua stasiun yang lainnya, hal ini desebabkan kondisi perairan pada stasiun tiga mendapatkan sinar matahari yang cukup.Sedangkan untuk stasiun tiga menjadi stasiun yang tingkat kepadatan gastropodanya paling tinggi. Faktor yang menjadikan stasiun tiga memiliki kepadatan tinggi selain parameter kimia seperti DO, CO2 bebas, alkalinitas, dan Ph adalah kondisi fisik perairan. Faktor sinar matahari menjadi faktor yang penting karena dangan sinar matahari fitoplankton yang berada pada perairan tersebut dapat melakukan proses fotosintesis. Proses fotosintesis yang berlangsung di dalam air membawa perbaikan lingkungan, karena dalam sintesa tersebut timbul gas oksigen dan memperkaya air akan kandungan oksigennya (Prawiro,1988). Hal tersebutlah yang memicu banyaknya keanekaragaman plankton pada stasiun tiga. Dari proses fotosintesis tersebut maka akan memicu pertumbuhan mikroorganisme khususnya plankton dalan perairan tersebut karena tingginya DO dan adanya bahan-bahan organik yang berasal dari limbah rumah tangga yang merupakan nutrien dan makanan bagi banyak organisme air.
Deversitas plankton stasiun dua memiliki nilai yang paling tinggi dengan ukuran 2,03 disusul oleh stasiun satu dengan ukuran 2,02 dan kemudian stasiun tiga dengan 0,174. sedangkan untuk deversitas makrobentos stasiun dua memiliki tingkat kepadatan yang cukup tinggi dengan nilai 2,03, stasiun tiga dengan nilai 1,48 dan stasiun satu dengan 0,25.
Faktor yang menyebabkan tingginya makroorganisme pada stasiun dua adalah kandungan unsur-unsur hara yang terdapat pada perairan tersebut. Unsur hara atau nutrien tersebut dapat berasal dari kikisan tanah dari hulu hingga hilir. Selain itu, juga berasal dari limbah buangan kotoran hewan ternak masyarakat sekitar dan limbah rumah tangga yang mengalir kedalam perairan. Masukan bahan organik dan unsur hara akan mempengaruhi senyawa kimia yang terkandung dalam air sungai. Masukan yang terus-menerus ke dalam air sungai akan menentukan jenis biota yang mampu beradaptasi dengan kondisi lingkungan perairan tersebut (Probosunu,2011).

Hal tersebut menandakan bahwa pada stasiun satu dan tiga kualitas air kurang begitu baik yang ditandai dengan kurangnya indeks deversitas biota, sedangkan stasiun dua dapat dikatakan kualitas airnya relatif baik dengan tingginya indeks deversitas makrobentos dan plankton.  

KESIMPULAN

Dari praktikum ini maka dapat disimpulkan Gajah Wong sebagai tempat praktikum ekologi perairan dengan acara ekosistem sungai merupakan habitat plankton dan makrobentos. Keberagaman parameter pada setiap stasiun pengamatan menyebabkan perbadaan populasi plankton dan makrobentos pada setiap stasiun pengamatan. Indeks deversitas plankton dan makrobentos dapat dijadikan sebagai tolok ukur kualitas lingkungan perairan. Kualitas perairan pada stasiun dua dapat dikatakan relatif baik karena memiliki deversitas makrobentos yang cukup tinggi dibanding dengan dua stasiun lainnya. Sedangkan untuk stasiun satu dapat dikatakan memiliki kualitas perairan yang kurang baik karena indeks deversitas plankton dan makrobentosnya relatif kecil. jika indeks diversitas suatu daerah rendah maka kualitas airnya buruk.
Saran

Dalam pelaksanaan praktikum ekologi perairan dengan acara ekosistem sungai secara umum dapat dikatakan berjalan dengan baik. Namun dalam pelaksanaannya di lapangan masih saja tedapat kendala. Yang menjadi masalah dalam hal ini adalah kesulitan praktikan pemula untuk penggunaannya sehingga dapat mempengaruhi penentuan titik akhir titrasi yang secara langsung dapat berpengaruh pada perhitungan yang kurang tepat terhadap parameter kimia yang diukur. Untuk perairan sungai sendiri pembuangan limbah secara langsung harus segera dihentikan guna mencegah berlanjutnya kerusakan ekosistem sungai. Untuk itu, perlu adanya suatu penyuluhan pada masyarakat akan pentingnya keseimbangan ekosistem di alam sehingga kegiatan pembuangan limbah ke sungai dapat dikurangi atau bahkan dapat dihentikan.



Daftar Pustska

Effendi.2003.Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumber Daya dan Lingkungan Perairan.
            Kanisius:Yogyakarta.

Fardiaz, S.1992.Polusi Air dan Udara,Kanisius:Yogyakarta.

Irwan.1992.Ekosistem Komunitas dan Lingkungan.Jakarta:Bumi Aksara.

Mahida, U.N. 1986. Pencemaran dan Pemanfaatan Limbah Industri.Rajawali
Press:Jakarta.

Odum,T.Howard.1992.Ekologi system. Rajawali:Yogyakarta.

Prawiro, H. Ruslan.1988.Ekologi Lingkungan Pencemeran. Setya Wacana:Semarang.

Probosunu,Namastra.2011.Petunjuk Praktikum Ekologi Perairan.Laboratorium Ekologi Perairan Jurusan Perikanan Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada:Yogyakarta.


Resosoedarmo, S; kuswata, k dan Aplilani, S.1992.Pengantar Ekologi. PT Remaja
 Rosdakarya:Bandung.

Setiaji, B.1995. Baku Mutu Limbah Cair untuk Parameter Fisika, Kimia pada
Kegiatan MIGAS dan Panas Bumi. Lokakarya Kajian Ilmiah tentang
Komponen, Parameter, Baku Mutu Lingkungan dalam Kegiatan Migas dan
Panas Bumi, PPLH UGM:Yogyakarta.

Selvich.2005.”PengkajianSalinitas”.http://www.inovasionline.com/sri/Pengkajian_Salinitas.pdf.2
15 April 2014.14.00 WIB.

Wibisono.2005.Hikmah Kelimpahan Plankton.Universitas Sumatera Utara:Medan.